Tak lain dan tak bukan, tewasnya salah seorang warga kampung yang disangkakan sebagai kampung para bencoleng di sudut kampung inilah yang menjadi puncak malapetaka, serta pecahnya perang dua kubu tersebut. Orang itu, tewas diamuk masa, serta dibakar, dan disaksikan oleh kepala kampung tersebut, lantaran dituduh mencuri sapi.

Kampung itu benar-benar sudah setengah rata dengan tanah. Kebulan asap dari puing-puing sisa reruntuhan, membekas, dan membuat kampung itu menjadi nampak semakin angker. Lebih dari separuh penghuni kampung pun, sudah tunggang-langgang sebelum kampung itu berubah seperti kampung sisa perang.

Wajah-wajah yang sebelumnya garang; menghunus badik, golok, arit, tombak, linggis, serta segala rupa peralatan yang bisa dijadikan untuk membunuh, dalam sekejap meredup. Berubah seperti mendung yang disusul dengan cucuran air hujan.

“Kami benar-benar sudah tidak nyaman hidup di tempat ini. Betapa tidak, hidup sedikit kaya, diusik, dimaling, digarong, dibegal. Tetapi sebaliknya, hidup susah hanya menjadi bulan-bulanan, dan bahan olok-olokan. Tempat macam apa ini?” Seorang warga meratap, sambil meletakkan tombak di atas tanah, di depan puing-puing rumahnya yang sudah hampir rata dengan permukaan tanah.

Seorang yang lain lagi tidak kalah sedihnya, pun menanggalkan golok dari tangannya. Matanya yang semula garang, menjadi sayup, disusul dengan genangan air mata yang merembas ke pipi, dan jatuh ke tanah, yang memang sudah basah oleh tangis anak, isteri, dan sanak saudaranya yang sedang sembunyi di kampung-kampung sebelah.

“Kalau manusia-manusia bencoleng itu tidak liar, dan membuat kehidupan Kami menjadi resah, semua tidak akan begini jadinya. Bayangkan saja, begitu mudah mereka bisa menenteng locok, menakut-nakuti Kami, untuk selanjutnya menjarah barang-barang Kami. Negeri macam apa ini? Lebih baik ditembaki saja mereka, ketimbang hidup merepotkan, dan meresahkan manusia lainnya! Atau, dikerangkeng saja, dan jangan biarkan mereka keluar lagi. Biarkan mereka hidup di dalam penjara!”

Terus, dan terus mereka mengeluhkan apa yang sedang terjadi.

Lanjut Baca lagi