Jalan FC United untuk beranjak dari kasta ke-10 sepak bola Inggris cukup mulus. The Red Rebels hanya membutuhkan waktu dua musim untuk promosi. Mereka memenangi gelar divisi dua wilayah utara dan diikuti titel divisi satu.
Kemudian, FC United menghabiskan enam musim pada divisi Premier League utara sebelum naik ke liga nasional utara pada 2015. Pada tingkat keenam sepak bola Inggris tersebut FC United tampil angin-anginan. Saat ini, mereka menduduki peringkat ke-19 dengan raihan 18 poin dari 17 laga.
Pada perjalanannya, FC United bukan tanpa halangan. Mereka sempat mendapatkan kritik dari Sir Alex Ferguson. Sir Alex mengatakan para suporter harus tetap setia pada sisi Manchester United, mencoba menerima keputusan pemilik klub daripada sibuk mengurusi FC United.
"Saya minta maaf atas hal tersebut. Agak menyedihkan pada bagian itu, namun saya bertanya-tanya seberapa besar pendukung FC United. Bagi saya mereka tampak seperti mempromosikan atau memproyeksikan diri lebih sedikit daripada yang mengatakan. Pada akhirnya klub telah membuat keputusan, kami akan tetap dengan mereka. Ini lebih tentang mereka daripada kami," kata Sir Alex Ferguson pada The Official Manchester United Diary of the Season (2006).
Lebih lanjut, jurnalis asal Inggris, Andy Walker, mengatakan para suporter FC United sejatinya masih memantau perkembangan The Red Devils. Satu-satunya perbedaan adalah mereka tidak lagi datang ke Old Trafford karena harga tiket yang menguras kantong.
Masalah juga tidak hanya datang dari faktor eksternal, pun dengan internal. FC United mengalami kesulitan untuk berlaga di Broadhurst Park. FC United terpaksa berlaga di stadion milik klub lain karena pemugaran Broadhurst Park molor sembilan bulan dari tenggat.
Polemik kian meruncing setelah renovasi Broadhurst Park membuat anggaran klub membengkak 1 juta euro. Meski tak lagi nomaden, namun FC United berada di titik nadir dalam hal finansial.
Isu-isu lain pun kembali berembus. Biaya pemeliharaan stadion yang membebani klub. Menurut artikel BBC, FC United mulai mecari sponsor untuk mengatasi masalah itu.
Pada acara pembukaan stadion, raksasa asal Portugal, Benfica, mengirimkan tim B untuk bertanding. Untuk meramaikan pertandingan itu, laporan khusus setebal 44 halaman dijual.
Namun, para suporter justru murka karena menganggap hal tersebut sebagai bentuk dari komersialisasi klub. Pada akhirnya, Tony Howard sebagai editor melepaskan jabatannya.