Tak ayal situasi itu membuat sejumlah pergolakan terjadi. Para pendiri klub mulai melayangkan mosi tidak percaya kepada anggota dewan serta para suporter melakukan demo di dalam lapangan sebagai bentuk protes.
Para suporter yang pada awalnya menginginkan klub bersahabat dengan mereka justru menghadapi kenyataan yang berbeda. Klub berjuang mengatasi masalah keuangan dengan membuat beberapa kompromi yang jauh dari nilai luhur pada awal cerita.
Selama 10 tahun pertama, FC United adalah klub terbesar non-liga karena apa yang mereka wakili. Namun, ketika masalah FC United mulai menjamur pada 2-14, tim lain dari area Manchester mengambil sorotan dengan berada di halaman depan surat kabar seluruh Inggris.
Pada Maret 2014, mantan bintang The Red Devils seperti Ryan Giggs, Paul Scholes, Nicky Butt, Phil dan Gary Neville menggandeng miliader, Peter Lim, membeli Salford City Football Club.
Salford City punya basis yang berjarak kurang dari lima mil dari Old Trafford dan Broadhurst Park. Salford City tidak hanya mengundang atensi, namun juga antrean sponsor, sesuatu yang belum didapatkan FC United.
Salford City dan FC United kian terasa timpang setelah klub milik class of '92 tersebut mendapatkan tawaran menerbitkan buku dan serial dokumenter untuk memasarkan nama klub. Mungkin, The Red Rebels juga pernah mendapatkan kesempatan yang sama. Namun, pertanyaan selanjutnya adalah apakah mereka akan mengambil kesempatan itu jika ada?
Sekarang, Salford City telah bertanding di stadion baru milik sendiri dengan rata-rata penonton mencapai 2.100 per pertandingan. Salford City mencapai kesuksesan di dalam dan luar lapangan dengan model bisnis yang berbeda dengan FC United.
Pada Oktober 2017, badai topan kembali menerpa FC United. Manajer tim yang telah melatih selama 12 tahun, Karl Marginson, memutuskan angkat kaki. Pada saat itu, Marginson gagal membawa FC United bersaing di papan atas karena menempati urutan dua terbawah.
Sekarang, Salford City telah bertanding di stadion baru milik sendiri dengan rata-rata penonton mencapai 2.100 per pertandingan. Salford City mencapai kesuksesan di dalam dan luar lapangan dengan model bisnis yang berbeda dengan FC United.
Pada Oktober 2017, badai topan kembali menerpa FC United. Manajer tim yang telah melatih selama 12 tahun, Karl Marginson, memutuskan angkat kaki. Pada saat itu, Marginson gagal membawa FC United bersaing di papan atas karena menempati urutan dua terbawah.
Kini, masa depan tidak tampak cerah bagi FC United. Tak seperti Robin Hood yang pemberontakannya berakhir dengan cerita manis, FC United justu sedang meringis.
FC United didirikan untuk membawa sepak bola kembali dekat dengan suporter. Namun, lebih dari satu dekade eksistensi, FC United justru semakin jauh dari cita-cita pemberontakan. Mungkin, sudah saatnya bagi petinggi klub dan suporter mengevaluasi arah haluan agar kembali pada jalan awal.
Atau, kembali ke pelukan Manchester United bisa menjadi pilihan yang layak dipertimbangkan. (*/Bolaskor)