3. Persepsi terhadap Kesetaraan Gender di Dunia telah Berubah

stay at home dad
Persepsi terhadap peran perempuan telah berubah. Bapak rumah tangga tak lagi tabu. (foto: stayathomedad.com.au)

Meskipun peran dan andil perempuan dalam pembangunan telah diakui sama pentingnya dengan laki-laki, nyatanya kesetaraan antarkeduanya masih belumlah ideal. Sebuah studi yang dilakukan Ipsos Mori yang bekerja sama dengan Global Institute for Women's Leadership pada King’s College di London mengungkap bahwa mayoritas pria mengakui bahwa kesetaraan gender hanya bisa dicapai dengan dukungan pria.

Namun sayangnya, separuh dari pria dalam studi itu merasa mereka memberi dukungan untuk kesetaraan gender merupakan hal yang berlebihan.

Dua pertiga dari responden percaya bahwa kesetaraan gender di negara mereka tak akan terwujud apabila para pria tidak ambil bagian untuk mendukung hak-hak perempuan. "Studi ini menunjukkan bahwa jalan masih panjang untuk mencapai kesetaraan gender secara global," ujar Kelly Beaver, Managing Director of Ipsos MORI’s Social Research Institute, dalam pernyataan yang dilansir laman International Women's Day.

Ia juga menyoroti bahwa dari studi sebelumnya diketahui betapa banyak orang belum menyadari betapa krusialnya menciptakan kesetaraan gender dalam sebuah negara. "Namun, survei ini memberikan secercah harapan, optimisme. Dari studi ini jelas terlihat perubahan persepsi terhadap maskulinitas dan peran gender," imbuh Beaver.

Selain itu, studi tersebut membuktikan bahwa semua orang bisa berperan dalam menciptakan dan mewujudkan kesetaraan gender. "Kesetaraan gender bukanlah isu perempuan. Ini merupakan isu ekonomi. Oleh karena itu, advokasi, pola pikir inklusif, dan aksi nyata dibutuhkan dari semua orang. Studi ini menunjukkan bahwa kita sudah bergerak dari bagaimana perempuan bisa berhasil di dunia para lelaki," kata Glenda Slingsby, Partnerships Director untuk International Women’s Day.

Ipsos Mori, lembaga riset asal Inggris yang juga kolaborator dalam studi tahunan International Women's Day, melakukan survei secara daring di 27 negara dunia untuk mengetahui persepsi orang terhadap kesetaraan gender. Hasilnya, persepsi orang terhadap kesetaraan gender mulai berubah. Meskipun demikian, perjalanan masih jauh untuk mewujudkan kesetaraan gender secara global.

Separuh (50%) responden percaya bahwa perempuan akan mendapat hidup yang lebih layak ketimbang generasi orangtua mereka. Sebanyak 65% responden yakin bahwa mewujudkan kesetaraan gender penting bagi mereka secara personal. Meskipun demikian, angka itu turun dari temuan tahun lalu yang sebesar 70%.

Salah satu isu kesetaraan gender yang mendapat titik terang dalam studi tersebut ialah persepsi mengenai merawat anak. Sebanyak 75% dari 18.800 responden tak setuju bahwa bapak rumah tangga dianggap kurang maskulin. Selain itu, dalam bidang profesional, mayoritas (75%) pria mengaku enggak masalah punya atasan perempuan.

4. Masih ada Isu yang Harus Dihadapi secara Serius

Stop
Kekerasan terhadap perempuan jadi hal yang harus diatasi. (foto: pixabay/alexas_fotos)

Studi tersebut juga menemukan bahwa ada beberapa isu yang harus dihadapi untuk mewujudkan kesetaraan gender secara global. "Meskipun ada harapan, ada beberapa perubahan mendasar yang harus dilakukan untuk membuat perubahan. Semisal memastikan perempuan aman dari kekerasan dan pelecehan serta pengupahan yang setara antara laki-laki dan perempuan," ujar Beaver.

Isu pelecehan seksual disoroti sepertiga responden dalam studi tersebut. Hal tersebut masih sama seperti temuan studi tahun lalu. Sementara itu, isu pengupahan yang setara umumnya mencuat di negara-negara Eropa. Beberapa negara, seperti Serbia, Australia, Polandia, dan Rusia menekankan kekerasan dalam rumah tangga sebagai isu utama dalam kesetaraan gender.

Untuk itu, sebanyak 35% responden berharap ada hukum yang lebih tegas untuk mencegah kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan. Selain itu, pengupahan yang setara merupakan cara terbaik untuk mencapai kesetaraan gender. Sebesar 69% responden memandang aksi itu memberi dampak positif yang besar dalam menciptakan kesetaraan gender.

Adapun di negara-negara Asia, seperti Korea Selatan dan Jepang, menyeimbangkan pekerjaan dan tugas mengurus rumah tangga sebagai isu utama yang dihadapi perempuan.

Isu lain yang dikemukan dalam studi ialah keterwakilan perempuan dalam pemerintahan dan politik. Hanya 37% responden yang yakin bahwa hal itu akan terjadi dalam waktu dekat. Meskipun demikian, 47% respoden percaya bahwa diskriminasi terhadap perempuan di dunia pendidikan akan berakhir dalam 20 tahun.

"Stereoptipe saat ini tengah dilawan. Perwakilan perempuan yang beragam jelas terlihat. Namun, jelas sekali, aksi pola pikir yang progresif dan perilaku insklusif masih perlu dibentuk secara global," ujar Slingsby menyimpulkan temuan studi tersebut.

Beaver menambahkan, perubahan masih diperlukan untuk mencapai kesetaraan gender dan peran pria amatlah penting. "Temuan ini menyoroti bahwa pencapaian ini tidak akan terwujud tanpa dukungan pria. Mereka penting untuk mencapai kesetaraan gender," ujarnya.

Lanjut Baca lagi