PRIMADONA BARU HUTANG ONLINE
Pay Later, terutama Traveloka, kali pertama muncul pada Juni 2018. Ide tersebut, menurut Senior Vice President Financial Products Traveloka Alvin Kumarga seperti dikutip techinasia.com, datang dari keluhan konsumen nan ingin membeli tiket pesawat atau memesan hotel namun dengan skema cicilan.
Bertolak dari permintaan tersebut, pihak Traveloka pada sekira akhir tahun 2017 menggodok formulasi ide itu hingga akhirnya tercuat nama produk layanan Pay Later. "Sejak awal kami tidak mau menimbulkan kesan 'utang' yang mempunyai stigma buruk di masyarakat. Karena itu kami berusaha mencari kata atau istilah yang mempunyai kesan positif tanpa menghilangkan maksud dari fitur ini," kata Alvin dikutip techinasia.com.
Pihak Traveloka sebagai stratup travel berbasis daring kemudian menggandeng layanan peer to peer (P2P) lending, Danamas, yang sudah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Seperti dilansir Okezone.com, Danamas sendiri merupakan financial service di bawah naungan Sinarmas yang sudah tak diragukan lagi keamanannya.
Mereka mengklaim selain transaksi yang terlindungi, data privasi pengguna Traveloka Pay Later juga dijamin keamanannya.
Di awal berjalan tahun, Pay Later Traveloka tak banyak dilirik para pengguna. Menurut Alvin, butuh waktu lama dan usaha besar untuk mengembangkan dan mengomunikasikan produk tersebut kepada masyarakat luas kalau Pay Later aman, bisa membantu, dan terpercaya.
Sejak kali pertama muncul hingga akhir tahun 2018, menurutnya, pengguna Pay Later telah meningkat sekitar puluhan persen per-bulannya.
Kemunculan Pay Later Traveloka kemudian memancing beragam penyedia jasa uang online maupun stratup lainnya mengeluarkanjasa serupa. Tercatat, aplikasi Go-Jek, OVO, Tiket.com, dan Kredivo membuka layanan Pay Later kepada pelanggannya.
Serupa Traveloka, mereka pun menggandeng perusahaan keuangan online P2P Lending. Bedanya, ada beberapa penyedia menghubungkan pengguna dengan merchant lain dengan sistem terintegrasi, seperti Kredivo.
Kepada merahputih.com, Head of Marketing Kredivo Indina Andamari mengklaim Kredivo mematok bunga lebih rendah dibanding layanan serupa.
Kredivo membagi penggunan ke dalam dua tipe akun; Basic dengan pinjaman hingga tiga juta dan Premium berlimit mencapai 30 juta. Bunga untuk tenor 30 hari sebesar 0 persen, sedangkan cicilan 3, 6, dan 12 bulan 2,95% per bulan.
Bagus lebih lanjut menjelaskan latas belakang Kredivo meluncurkan Pay Later. Kata dia, Indonesia sejatinya punya pertumbuhan ekonomi digital yang sangat pesat. Bahkan termasuk yang terpesat di dunia.
“Tapi, pertumbuhan ini tidak sejalan dengan infrastrukturnya. Kurangnya pilihan metode pembayaran yang relevan untuk transaksi digital ditambah dengan minimnya penetrasi kredit di Indonesia membuat banyak transaksi menjadi terhambat,” kata Indina.
BACA JUGA: Tips Agar Pengajuan Kreditmu 100 Persen Disetujui
Nah, Kredivo hadir untuk menawarkan proses serba online dan persetujuan yang cepat berdasarkan data alternatif calon debitur.
Calon pengguna, lanjut dia, hanya perlu mendaftarkan diri melalui aplikasi Kredivo. Syarat utamanya adalah harus memiliki KTP, berusia di atas 18 tahun, berpenghasilan minimal 3 juta per bulan. Selain itu mereka juga berdomisili di 17 kota dimana layanan Kredivo tersedia.
Ada dua tipe pengguna. Basic dan Premium. Akun basic hanya bisa mendapatkan limit Rp 3 juta. Sedangkan akun Premium bisa mendapat pinjaman hingga Rp 30 juta. Tapi syaratnya pengguna harus menghubungkan akun internet banking sebagai pengganti bukti penghasilan yang akan diakses sekali saja.
Menurut Indina, hubungan penyedia Pay Later dengan pengguna tak selamanya mulus. Sebagian besar hubungan keduanya kurang mesra lantaran dana macet. Kredivo tak menjawab secara pasti berapa besar dana macet ketika. "Angka NPL (non-performing loan) kami sangat terjaga, setara dengan bank papan atas di Indonesia," jawab pihak Kredivo.
Sudah ada sekitar 3.000 aduan nasabah korban fintech bermasalah