Mengenang Zainuddin MZ, Sosok Multitalenta Dai Sejuta Umat

Zaimul Haq Elfan HabibZaimul Haq Elfan Habib - Rabu, 23 Mei 2018
Mengenang Zainuddin MZ, Sosok Multitalenta Dai Sejuta Umat

Zainuddin MZ sedang memberikan ceramah. (Foto/Antara)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

UDIN bergegas menuju meja, tak jauh dari tempat tetamu dan kakeknya berbincang ringan. Bocah asli Betawi itu tanpa tedeng aling-aling naik ke meja. Ia berdiri tegap. Para tamu dibuat kebingungan. Lebih-lebih kakeknya terkesiap. Aneh bin ajaib! Tak lama, si bocah langsung casciscus beralagak bak serang ustaz.

Bocah itu, Udin, bernama lengkap Zainuddin Hamidi, di kemudian hari tersohor sebagai penceramah ulung dengan nama panggung Zainuddin MZ. Bakatnya sudah nampak sedari usia dini. Selain gemar berbicara di atas meja, ia mulai menempa kemampuannya berceramah lewat forum Ta'limul Muhadharah di Darul Ma'arif, tempatnya bersekolah, Tsanawiyah dan Aliyah.

Memiliki kebiasaan membanyol dan mendongeng keren membuat cara ceramah Zainuddin makin moncer. Setiap kali tampil menyampaikan pidato tak sedikit teman-temannya yang terpukau. Alhasil tawaran untuk berceramah mengalir begitu deras.

Pendidikan Aliyah usai. Zainuddin membawa ijazahnya ke Ciputat. Ia diterima menjadi mahasiswa Perbandingan Agama di Fakultas Ushuluddin, IAIN (Institute Agama Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta. Di sana Zainuddin lebih dalam mempelajari ilmu agama. Pendidikan Strata-1 pun rampung.

Zainuddin mulai berdakwah ke pelosok-pelosok negeri. Gaya dakwah yang jernih, mudah dipahami semua kalangan, dan kadang jenaka membuat orang berbondong-bondong ingin menyaksikannya. Puluhan ribu umat tumpah ruah di hadapannya. Makanya tak heran jika pers menjulukinya ‘Dai Sejuta Umat’.

Dai yang punya hobi mendengarkan lagu-lagu dangdut ini semakin melangit ketika ceramahnya mulai direkam. Kasetnya beredar bukan saja di seluruh pelosok Nusantara, tetapi juga ke beberapa negara Asia. Semangat dakwahnya menempatkan praktik keagamaan Islam menjadi nyaman dalam kebangsaan Indonesia yang plural.

”Dengan jalur dakwah, Zainuddin menumbuhkan Islam modern di Tanah Air. Dengan bahasa yang merakyat, keislaman itu mudah diserap khalayak yang tak terbatas,” kata Mahfud MD dikutip dari KOMPAS edisi Rabu 6 Juli 2011 Halaman: 5.

Terjun ke Dunia Akting

Sampul Kaset Film Nada dan Dakwah. (Foto/onesearch.id)
Sampul Kaset Film Nada dan Dakwah. (Foto/onesearch.id)

Tak hanya mahir dalam berpidato, Zainuddin juga memiliki bakat baik dalam dunia seni peran. Ia bersama Rhoma Irama, dan Ida Iasha pernah membintangi sebuah film yang berjudul "Nada dan Dakwah". Film yang disutradarai oleh Chaerul Umam ini dirilis pada 1991.

Dalam film tersebut mengisahkan tentang masyarakat Desa Pandanwangi yang mendadak resah karena mendengar kabar bahwa tanah tempat mereka bermukim akan dibeli oleh seorang konglomerat. Konflik antara penduduk dan para kaki-tangan konglomerat pun mulai bermunculan.

Konflik itu akhirnya meluas bukan hanya pada masalah tanah, tetapi juga menyentuh masalah moral dengan akan didirikan tempat hiburan dan biliar di tanah tersebut. Pimpinan pesantren di daerah tersebut, H. Murad yang dibantu Rhoma, berusaha menyadarkan penduduk agar tidak menjual tanahnya.

Tampilnya tokoh kharismatik K.H. Zainuddin MZ berhasil menjernihkan konflik tersebut, bahkan berhasil menyadarkan sang konglomerat Bustani.

Terjun ke Dunia Politik

Memiliki karisma dan penggemar yang berjuta membuat Zainuddin tertarik untuk masuk ke dunia politik. Pada 1977-1982 ia bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pemilihan partai berlambang Ka'bah ini bukan tanpa alasan. Mantan Ketua Umum PBNU, KH Idham Chalid menjadi magnet tersendiri. Idham Chalid ini adalah seorang deklarator PPP dan juga pemilik Darul Ma'arif tempat Zainuddin nyantri.

Awal menjadi kadar, Suami Hj. Kholilah ini menjadi pengurus aktif PPP, yakni menjadi anggota dewan penasihat DPW DKI Jakarta. Tak lama, Zainuddin masuk dalam pengurusan DPP. Jabatannya pun bertambah, selain dai juga sebagai politikus.

Kelihaiannya mengomunikasikan ajaran agama dengan gaya tutur yang luwes, sederhana, dan dibumbui humor segar dimanfaatkannya sebagai vote-getter jauh-jauh hari sejak Pemilu 1977. Bersama Raja Dangdut Rhoma Irama, Zainuddin berkeliling berbagai wilayah mengampanyekan PPP. Hasil yang diperoleh sangat signifikan dan mempengaruhi dominasi Golkar.

Pada 20 Januari 2002 ia bersama rekan-rekannya mendeklarasikan PPP Reformasi yang kemudian berubah nama menjadi Partai Bintang Reformasi dalam Muktamar Luar Biasa pada 8-9 April 2003 di Jakarta. Ia juga secara resmi ditetapkan sebagai calon presiden oleh partai ini. Zainuddin MZ menjabat sebagai Ketua umum PBR hingga 2006. (*)

#Zainuddin Mz
Bagikan
Ditulis Oleh

Zaimul Haq Elfan Habib

Low Profile

Berita Terkait

Bagikan