Wow, 8 Musisi Rock Ini Bergelar PhD

Asty TCAsty TC - Sabtu, 22 Juli 2017
Wow, 8 Musisi Rock Ini Bergelar PhD

Bad Religion (Foto: Noisey)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

GRUP band beraliran psychedelic rock, Pink Floyd, mengatakan, "We don't need no education" (Kita tidak butuh pendidikan) dalam lagunya. Namun tampaknya tidak semua rekan musisinya setuju dengan penggalan lagu "Another Brick In The Wall (Part II)" itu.

Seolah menepis stereotip rocker itu "dungu", sama seperti bintang pop yang juga lekat dengan stereotip "bermodal tampang", 8 musisi ini memiliki gelar PhD. Mereka mengambil jalur edukasi formal setinggi mereka bisa capai, bahkan beberapa di antaranya juga menjadi dosen. Berikut para musisi rock bertitel doktor tersebut, seperti dilansir dari The Best College.

1. Greg Graffin

greg graffin
Greg Graffin kini (Foto: Anti Records)

Vokalis dan penulis lagu dari band punk yang sangat berpengaruh pada zamannya, Bad Religion, ternyata memiliki gelar PhD Zoologi. Ia mendapatkannya di Cornell University, New York dan mengajar geologi secara reguler di UCLA setelahnya. Greg Graffin bahkan juga menjadi co-author dua buku tentang sains dan agama, Is Belief in God Good, Bad or Irrelevant: A Professor and a Punk Rocker Discuss Science, Religion, Naturalism and Christianity (2006) dan Anarchy Evolution: Faith, Science and Bad Religion in a World Without God (2010).

2. Brian May

Brian May Queen
Brian May (Foto: ultimateclassicrock)

Gitaris dan komposer grup Queen yang legendaris ini mendapatkan PhD bidang Astrofisika dari Imperial College, London, Inggris. Brian May sebenarnya telah mencoba menyelesaikan studinya ini selama 30 tahun sebelum menyelesaikannya di 2007. Ia teralihkan saat Queen mencapai kejayaannya, tapi tampaknya tidak ada kata terlambat untuk menyelesaikan apa yang sudah ia mulai.

3. Brian Cox

Brian Cox
Brian Cox (Foto: A Level Chemistry at the Alun)

Sebelum menyelesaikan gelar PhD Fisikanya di University of Manchester, Brian adalah keyboardist dari D:Ream, band 90-an beraliran pop rock/synthpop dan dance. Profesor University of Manchester ini pernah masuk di "Sexiest Man Alive" People Magazine tahun 2009.

4. Sterling Morrison

velvet underground
Sterling Morrison (paling kanan) bersama Velvet Underground (Foto: Time)

Setelah band rock Velvet Underground bubar tahun 1971, sang gitaris, Sterling Morrison, justru menyelesaikan studi Abad Pertengahannya dan meraih PhD di University of Texas, Austin, AS. Ia kemudian mengambil pascasarjana untuk mendapat lisensi kapten kapal penarik (tugboat) sebelum akhirnya meninggal di tahun 1995.

5. Milo Aukerman

descendents
Milo Aukerman (pria berkacamata) bersama The Descendents (Foto: dyingscene)

The Descendents, grup punk populer asal Los Angeles, juga punya anggota bertitel doktor, yakni Milo Aukerman. Sang vokalis meraih PhD Biokimia dari University of Wisconsin-Madison. Tidak malu dengan tekad akademis dan cap kutu buku, Aukerman dan band-nya justru menamai salah satu album mereka Milo Goes to College (1982).

6. David Grubbs

David Grubbs
David Grubbs (Foto: Wikimedia Commons)

David Grubbs adalah vokalis, gitaris, pianis, sekaligus komposer dari grup rock eksperimental Gastr del Sol, Squirrel Bait, dan Bastro. Ia juga berkontribusi di The Red Krayola dan The Wingdale Community Singers. Di tengah kesibukannya yang luar biasa di dunia musik, David masih menyempatkan diri untuk menyelesaikan PhD Bahasa Inggris di University of Chicago. Ia pun sempat menjadi asisten profesor Radio and Sound Art di Brooklyn College, CUNY.

7. Karl Precoda

the dream syndicate
Karl Precoda (kedua dari kiri) bersama The Dream Syndicate (Foto: 5gig)

Gitaris legendaris dari grup rock alternatif The Dream Syndicate, Karl Precoda, menerima gelar PhD Bahasa Inggrisnya di University of Virginia. Ia juga menjadi profesor Theater and Cinema di Virginia Tech. Ia masih terus bermain gitar dan membantu dalam produksi musikal multimedia, Persephone.

8. Robert A. Leonard

Robert A. Leonard
Robert A. Leonard (Foto: YouTube)

Robert Leonard, vokalis sekaligus pendiri dari grup band nostalgia era 1950-an Sha Na Na, meraih gelar PhD Linguistiknya dari Columbia University dan mengajar bidang yang sama di Hofstra University. Ia dan grupnya adalah pendobrak musik dan kebangkitan budaya era 1950-an, yang mewariskan lagu "Grease" dan "Happy Days". (*)

Simak berita tentang anggota grup band rock lainnya di sini: Mengenang Kembali: 8 Fakta Seputar Chester Bennington.

#Musik Rock #Grup Band #Kuliah #Profesor #Musisi
Bagikan
Ditulis Oleh

Asty TC

orang Jawa bersuara alto

Berita Terkait

Indonesia
3 Mahasiswa KKN UIN Semarang Hanyut dan Meninggal di Sungai Jolinggo Kendal
Rektor UIN Semarang menyampaikan rasa duka yang mendalam dan komitmen penuh universitas dalam penanganan musibah ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 04 November 2025
3 Mahasiswa KKN UIN Semarang Hanyut dan Meninggal di Sungai Jolinggo Kendal
Indonesia
Kuota Beasiswa Internasional Bakal Naik, Perluas Kerja Sama Kampus Indonesia Dengan Luar Negeri
kerja sama antarnegara di bidang pendidikan tinggi merupakan bagian dari kontribusi Indonesia terhadap pembangunan global yang inklusif.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 04 November 2025
Kuota Beasiswa Internasional Bakal Naik, Perluas Kerja Sama Kampus Indonesia Dengan Luar Negeri
ShowBiz
Lirik Lagu 'drunk' Keshi, Sukses Tampilkan Ciri Khas Puitis dan Emosional sang Musisi
Lagu drunk dari Keshi menjadi bagian dari album GABRIEL yang rilis di 2020.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 24 Oktober 2025
Lirik Lagu 'drunk' Keshi, Sukses Tampilkan Ciri Khas Puitis dan Emosional sang Musisi
ShowBiz
Evolusi dari Remaja ke Musisi Matang, Ruel Tunjukkan Perjalanan Emosional lewat Album 'Kicking My Feet'
Album Kicking My Feet menjadi wadah bagi Ruel untuk mengisahkan perjalanan cinta dalam berbagai fase.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 22 Oktober 2025
Evolusi dari Remaja ke Musisi Matang, Ruel Tunjukkan Perjalanan Emosional lewat Album 'Kicking My Feet'
ShowBiz
Eksperimen Tanpa Batas, bbno$ Hadirkan 21 Lagu dalam Album Terbarunya
Album terbaru bbno$ menegaskan kemampuannya dalam menjelajahi berbagai genre musik tanpa kehilangan ciri khas rap yang enerjik dan jenaka.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 20 Oktober 2025
Eksperimen Tanpa Batas, bbno$ Hadirkan 21 Lagu dalam Album Terbarunya
ShowBiz
Tanpa Label dan Ambisi, Sezairi Hadirkan Album 'The Art of Surrender'
Lewat album The Art of Surrender, Sezairi menghadirkan musik yang lebih intim dan emosional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 20 Oktober 2025
Tanpa Label dan Ambisi, Sezairi Hadirkan Album 'The Art of Surrender'
ShowBiz
Elijah Woods Rilis Album Perdana 'Can We Talk?', Padukan Emosi Jujur dan Energi Pop yang Memikat
Elijah Woods berhasil menunjukkan kematangan musikalnya melalui album Can We Talk?.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 20 Oktober 2025
Elijah Woods Rilis Album Perdana 'Can We Talk?', Padukan Emosi Jujur dan Energi Pop yang Memikat
ShowBiz
Kevin Parker Hadirkan 'Deadbeat', Album Paling Eksperimental Tame Impala
Parker menghadirkan kumpulan lagu psychedelic dengan nuansa klub yang kuat di album Deadbeat.
Ananda Dimas Prasetya - Minggu, 19 Oktober 2025
Kevin Parker Hadirkan 'Deadbeat', Album Paling Eksperimental Tame Impala
ShowBiz
Versi Baru Lagu 'Ga Romantis' Sukses Antar LYLA ke Generasi Baru Pendengar
Versi baru lagu Ga Romantis, yang kini dibawakan oleh vokalis Ario Setiawan, sukses mencuri perhatian publik dan menjadi viral di berbagai platform media sosial.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 17 Oktober 2025
Versi Baru Lagu 'Ga Romantis' Sukses Antar LYLA ke Generasi Baru Pendengar
ShowBiz
Album 'Disposable Gods' Logic Lost: Manifesto tentang Ketuhanan, Teknologi, dan Keputusasaan
Album Disposable Gods dari Logic Lost hadir sebagai bentuk refleksi atas berbagai gerakan pemberontakan global, baik yang terjadi di masa lalu maupun masa kini.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 16 Oktober 2025
Album 'Disposable Gods' Logic Lost: Manifesto tentang Ketuhanan, Teknologi, dan Keputusasaan
Bagikan