Wow, 2030 Indonesia Bakal Menikmati Tren Demographic Boost


Simposium PPI Dunia digelar untuk ke-9 kalinya. Acara berlangsung di University of Warwick, Inggris tersebut berkolaborasi dengan Konvensi Internasional Sarjana Indonesia (Indonesian Scholars Internat
MerahPutih.com - Untuk ke-9 kalinya, simposium PPI Dunia digelar. Kali ini, acara yang berlangsung di University of Warwick, Inggris tersebut berkolaborasi dengan Konvensi Internasional Sarjana Indonesia (Indonesian Scholars International Convention/ISIC) dari Perhimpunan Pelajar Indonesia-Inggris Raya (PPI-UK). Dubes Indonesia untuk Inggris, Republik Irlandia dan IMO Rizal Sukma yang meresmikan acara tersebut.
Dalam sambutannya, Rizal mengatakan sangat terkesan dengan daftar nama para pembicaranya dan topik yang dirancang dengan sangat baik. Menurutnya, mahasiswa dan sarjana PPI kini jauh lebih cekatan dan jeli dalam menggelar acara se-kaliber ini.
Penyelenggaraan ISIC-SI 2017 memulai diskusi bertema penting. Yakni Memacu Potensi Nasional Indonesia Menuju Tahun 2030. Tema tersebut diusung dengan harapan agar dapat memberikan bekal wawasan kepada pelajar, mahasiswa serta sarjana Indonesia yang nantinya dapat membantu mereka bertarung di wilayah ilmu yang mereka geluti di kancah Internasional.
Konvensi ISIC-SI 2017 diikuti lebih dari 500 mahasiswa dan sarjana Indonesia yang merepresentasi lebih dari 100 negara serta 1.500 mahasiswa dan sarjana yang sedang menuntut ilmu di seluruh pelosok dunia.
Koordinator PPI Dunia Intan Irani mengatakan, pada 2030 Indonesia akan menikmati tren Demographic Boost. Ini adalah fenomena dimana populasi pekerja (atau angkatan kerja) diperkirakan mencapai hingga 70 persen dari total populasi.
Ini benar-benar sumber besar bagi pembangunan ekonomi negara ini. Namun, sumber hebat ini tidak akan dimanfaatkan dengan baik jika kita tidak dapat menentukan dan mengukur jenis masalah apa yang akan kita hadapi di depan.
’’Seperti ketimpangan dalam distribusi pendapatan nasional antara Indonesia Timur dan Indonesia Barat, antara kota dan desa, gap sosial antara orang kaya dan orang miskin, kurangnya infrastruktur, kemiskinan, korupsi dan kurang penegakan hukum dan ketertiban, pelayanan kesehatan yang buruk di beberapa daerah, mutlak dibutuhkan lebih banyak rumah sakit di luar Jawa, dan lainnya,’’ papar mantan Ketua PPI Italia tersebut.
Ketua Penyelenggara ISIC-SI 2017 Samuel Leonardo yang menyandang predikat Summa Cum Laude - First class honour dari University of Oxford tahun lalu dan saat ini sedang menempuh PhD di bidang teknik kimia pada universitas yang sama ini adalah ketua penyelenggara gabungan dua acara mahasiswa Indonesia terbesar di dunia ISIC-SI 2017. Dia sekarang sedang mengerjakan riset energi terbaharukan dari pemanfaatan air limbah untuk meningkatkan efisiensi proses dan scale-up.
ISIC merupakan acara tahunan PPI Inggris Raya yang sudah berjalan selama lebih dari 15 tahun, dan tahun ini PPI Inggris terpilih menjadi tuan rumah Simposium ke sembilan PPI-Dunia. Bagi Sam, "Tema tersebut diangkat dalam rangka mempersiapkan diri kita menghadapi tantangan bonus demografi di tahun 2030 di mana jumlah penduduk usia produktif mencapai tingkat 70 persen dibanding jumlah penduduk usia non produktif," papar Samuel.
Panitia pelaksana ISIC-SI 2017 menyediakan berbagai kegiatan, seperti diskusi panel, workshop, konser kesenian, serta kegiatan budaya lainnya. Upaya ini diharapkan dapat membuka wawasan para mahasiswa serta sarjana Indonesia dalam memahami beragam topik seperti Wirausaha dan Awal Usaha, Kota yang Berkelanjutan, Seni dan Budaya, Politik Indonesia, Masa Depan Indonesia Sisi Finansial, dan Pembelajaran ke depan. (ijo)