Tugas Berat Menanti Timnas Jerman di Piala Dunia 2026


Jerman harus melakukan regenerasi saat Piala Dunia 2026. Foto: Instagram/dfb_team
MerahPutih.com - Berstatus sebagai tuan rumah Euro 2024, Jerman harus mengakui ketangguhan Spanyol saat tersingkir di babak perempat final dengan skor 2-1, Jumat (5/7) waktu setempat.
Kekalahan tersebut begitu menyakitkan bagi Jerman. Sebab, Jerman sudah puasa gelar Piala Eropa selama 28 tahun. Terakhir, Jerman mengangkat trofi Piala Eropa 1996 saat era Jurgen Klinsmann dan kawan-kawan.
Ambisi Jerman untuk menjadi "Raja Benua Eropa" pun harus pupus di tangan La Furia Roja, yang kini sama-sama mengoleksi gelar tiga kali Piala Eropa. Kemudian, menjadi dua negara dengan koleksi trofi Piala Eropa terbanyak.
Kekalahan atas La Furia Roja juga menjadi pukulan keras untuk Die Mannschaft yang hanya mampu meraih satu kemenangan dalam lima pertemuan terakhir, tepatnya pada 2014 dalam pertandingan uji coba.
Baca juga:
Hasil Euro 2024: Kalahkan Jerman 2-1 Lewat Perpanjangan Waktu, Spanyol ke Semifinal

Terakhir kali Jerman menundukkan Spanyol di kompetisi resmi terjadi di Piala Eropa 1988 berkat dwigol dari Rudi Voller, yang mengunci kemenangan 2-0.
Sejarah manis itu kemungkinan akan sulit terulang jika Jerman kini tetap berpacu di lintasan yang sama untuk bersaing menghadapi Spanyol atau negara-negara unggulan Eropa lainnya, seperti Prancis, Inggris, Portugal, hingga Belanda.
Pasalnya, Jerman kini dinilai membawa skuad uzur, dengan komposisi skuad yang memiliki rata-rata umur 28,58 tahun. Skuad Jerman sendiri juga masih dihuni oleh pemain-pemain yang berkiprah membawa mereka meraih gelar Piala Dunia 2014, yaitu Manuel Neuer, Toni Kroos, dan Thomas Mueller.
Meski nama-nama tersebut sudah memastikan ajang Euro 2024 merupakan karier terakhir mereka di timnas Jerman, tetapi ada hambatan yang terjadi dalam proses regenerasi. Sebab, hal itu dianggap telat dibanding pesaing-pesaing lainnya.
Baca juga:
Taylor Swift Manggung, Kota di Jerman Berubah Nama Jadi Swiftkirchen
Gaya Permainan Jerman Sedikit Berubah

Gaya permainan sepak bola Jerman kini sedikit berubah. Sempat menerapkan possesion football, kini Jerman bermain dengan skema dan strategi high pressing atau counter-pressing yang menekankan para pemain untuk melakukan pressing mulai dari lini depan.
Strategi tersebut lebih dikenal dengan gegenpressing yang diterapkan oleh pelatih asal Jerman, Juergen Klopp bersama Liverpool atau timnya sebelumnya, Borussia Dortmund dan Mainz.
Sebenarnya, strategi ini tak terlepas dari pelatih timnas Austria, Ralf Ragnick, yang menjadi "mahaguru" dari Juergen Klopp dan Julian Nagelsmann. Strategi ini merupakan reaksi yang memberikan tekanan kepada lawan saat dalam situasi perebutan bola dengan menutup setiap ruang umpan lawan.
Semua pemain dalam strategi pressing ini dituntut untuk bergerak menutup ruang saat berada di posisi bertahan dan melakukan pergerakan yang lebih dinamis untuk mengeksploitasi ruang saat dalam posisi menyerang.
Pada ajang Euro 2024, Nagelsmann lebih sering menerapkan formasi 4-2-3-1 yang bisa berganti 3-4-3 saat berada dalam proses transisi.
Hasilnya, strategi counter-pressing tersebut tak begitu mengecewakan dengan Die Mannschaft yang mencatatkan rata-rata 2,21 gol per pertandingan, melepaskan 94 tembakan di seluruh pertandingan, 91 persen akurasi umpan bola per pertandingan, serta penguasaan bola 59 persen.
Jerman juga tampi lebih fleksibel dan dinamis meski masih sering kecolongan saat menghadapi negara-negara dengan skema serangan balik cepat, salah satunya Denmark. Kendala kedua dari strategi Nagelsmann adalah para pemain yang tidak bisa lama memainkan tempo yang diinginkannya dalam strategi pressing ini.
Faktor usia dan stamina menjadi kunci dari penerapan strategi Nagelsmann di tim yang menuntut setiap pemain memiliki daya jelajah tinggi. Faktor tersebut makin terasa ketika Jerman sudah kehilangan daya saat menghadapi Spanyol dan pertandingan memasuki perpanjangan waktu.
Kendala tersebut juga sepertinya dipahami Nagelsmann yang tak punya banyak pilihan dengan kedalaman skuad yang tak begitu klop dengan strateginya.
Kekalahan atas Spanyol juga menjadi pukulan untuk mantan pelatih Bayern Muenchen tersebut agar segera melakukan regenerasi, yang setidaknya dengan skuad muda mampu bermain lebih dengan gaya pressing tingginya.
"Kami memiliki skuad yang tidak terlalu muda. Kami pasti akan mengubah beberapa hal," kata Julian Nagelsmann dikutip dari AFP, Sabtu (7/7).
Baca juga:
Luis de la Fuente Gambarkan Timnas Spanyol bak Kuda Pemenang Usai Kalahkan Jerman
Pekerjaan Berat Menanti Nagelsmann

Kehadiran duet Jamal Musiala dan Florian Wirtz menjadi angin segar bagi Jerman. Pada Piala Eropa kali ini, Musiala dan Wirtz menjadi tulang punggung tim dengan kontribusi yang begitu apik. Musiala tercatat sebagai top skor Jerman dengan torehan tiga gol, sementara Wirtz punya koleksi dua gol.
Musiala dan Wirtz yang baru menginjak 21 tahun, tentunya akan menjadi pondasi utama Nagelsmann hingga beberapa tahun ke depan, terutama saat Piala Dunia 2026.
Selama beberapa tahun ke depan, Nagelsmann akan merombak tim setelah Kroos dan Mueller menyatakan pensiun. Kini, masih ada Neuer (38 tahun) dan Ilkay Gundogan (33 tahun), yang masih mempertimbangkan untuk pensiun dari timnas usai tersingkir dari Euro 2024.
Bukan tidak mungkin, jika Nagelsmann akan melakukan pekerjaan besar dengan melahirkan sejumlah pemain muda potensial, seperti Aleksandar Pavlovic (Bayern Muenchen), Malick Thiaw (AC Milan), Alexander Nubel (VfB Stuttgart), Karim Adeyemi (Borussia Dortmund), dan Josha Vagnoman (VfB Stuttgart).
"Apa lagi yang harus saya katakan setelah kami tersingkir dari Piala Eropa? Tentu saja, kami ingin menjadi juara dunia," ujar Nagelsmann.
Kekalahan pahit ini akan terus berlanjut jika Nagelsmann tak segera melakukan regenerasi tim saat menghadapi Kualifikasi Piala Dunia 2026. (*)
Bagikan
Soffi Amira
Berita Terkait
Barcelona Masih Terobsesi Kejar Erling Haaland, Berani Bayar Berapa?

Manchester United Raup Pendapatan Rp 15 Triliun, Kenapa Masih Rugi Besar?

Jadi Menpora, Erick Thohir Ingin Perkuat Kapabilitas Pemuda dan Jadikan Olahraga Alat Pemersatu dan Duta Bangsa

Denzel Dumfries Bisa Tinggalkan Inter Milan, Manchester City Siap Sambut Kedatangannya

Prediksi Liverpool vs Atletico Madrid: Duel Panas Bakal Tersaji di Anfield

Prediksi Bayern Munich vs Chelsea: Ulangi Sejarah Panas Final Liga Champions 2012

Jalani Sidang di Inggris, Thomas Partey Bantah Tuduhan Pemerkosaan terhadap 2 Wanita

Masa Depan Kobbie Mainoo Mulai Temui Titik Terang, Manchester United Dapat Tawaran dari Newcastle?

Prediksi Ajax Amsterdam vs Inter Milan: Cristian Chivu Kemungkinan Rombak Susunan Pemain

Aturan Baru Liga Champions Mulai Berlaku, Arsenal Sudah Kehilangan Kesempatan
