Tokoh Sumpah Pemuda Yang Nyaris Terlupakan, Soegondo Djojopuspito

Zulfikar SyZulfikar Sy - Selasa, 01 November 2016
Tokoh Sumpah Pemuda Yang Nyaris Terlupakan, Soegondo Djojopuspito

Soegondo Djojopuspito (foto: dok.Perpustakaan Nasional)

Ukuran:
14
Audio:

Tanggal 28 Oktober setiap tahun kita peringati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Peringatan itu mengacu pada penyelenggaraan Kongres Pemuda Indonesia ke-II pada 27-28 Oktober 1928 yang melahirkan "Sumpah Pemuda". Namun, tahukah Anda siapa sajakah tokoh-tokoh di balik peristiwa bersejarah itu?

Soegondo Djojopuspito adalah salah satu nama yang selama ini kurang dikenal publik, padahal peranannya sangat besar dalam memimpin kongres yang membuahkan ikrar suci kalangan pemuda Indonesia, yang menjadi pendorong persatuan dan kesatuan bangsa untuk meraih kemerdekaan. Pada saat Kongres Pemuda Indonesia ke-II, Soegondo menjadi Ketua. Mengingat peranannya yang besar itu, Menpora Imam Nahrawi mengusulkan agar Soegondo diangkat sebagai pahlawan nasional. Usulan itu disampaikan Imam pada acara Renungan dan Tasyakuran di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta, Sabtu (29/10) malam.

Soegondo lahir di Tuban, Jawa Timur, 22 Februari 1905. Anak seorang lurah ini sempat mengenyam pendidikan cukup tinggi pada masa itu yakni
Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta. Sekolah yang didirikan tahun 1924 ini merupakan cikal bakal Fakultas Hukum Universitas Indonesia sekarang. Berkat tingkat pendidikannya yang baik, Soegondo mampu membaca majalah Indonesia Merdeka terbitan Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda yang dilarang masuk ke Indonesia. Soegondo juga berkorespondensi dengan Muhammad Hatta yang mengasuh majalah tersebut. Bahkan ia juga menjadi anggota Persatuan Pemuda Indonesia (PPI) di bawah pimpinan Muhammad Hatta.

Berkat aktivitasnya di PPI, Soegondo terlibat dalam aktivitas politik memperjuangkan kemerdekaan RI. Ia bergaul dengan para aktivis pemuda saat itu seperti Soekarno, Muhammad Hatta, Muhammad Yamin. Soegondo terlibat dalam penyelenggaraan Kongres Pemuda Indonesia I pada tahun 1926. Bahkan pada Kongres Pemuda Indonesia II ia dipilih sebagai ketuanya. Pada Kongres Pemuda Indonesia ke-II inilah berhasil dicetuskan ikrar para pemuda Indonesia yang menyatakan pengakuan mereka: satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa yaitu Indonesia.

Soegondo juga sempat bergabung dengan PNI (Pendidikan Nasional Indonesia) pimpinan Sutan Syahrir, dan memperjuangkan kemerdekaan RI melalui pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme.

Pada masa revolusi, Soegondo aktif dalam Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP). Pada masa RIS (Republik Indonesia Serikat), dalam Negara Republik Indonesia dengan Acting Presiden Mr. Assaat, Sugondo diangkat dalam Kabinet Halim sebagai Menteri Pembangunan Masyarakat.

Soegondo meninggal dunia pada tahun 1978 di Yogyakarta. Atas jasa-jasanya Soegondo dianugerahi penghargaan Bintang Jasa Utama pada tahun 1978, dan Satya Lencana Perintis Kemerdekaan pada tahun 1992. Namun, menurut Menpora Imam Nahrawi, Soegondo belum diangkat menjadi pahlawan nasional. Oleh sebab itu, Imam mengusulkannya untuk memperoleh gelar tersebut, sebagai penghargaan atas jasa-jasanya pada tanah kelahiran dan bangsanya.

Kemenpora sendiri telah mengabadikan namanya menjadi nama Gedung Pertemuan Pemuda di Cibubur yaitu Wisma Soegondo Djojopoespito Cibubur milik PP-PON (Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional) yang dibangun oleh Kemenpora dan diresmikan oleh Menpora pada tanggal 18 Juli 2012.

Pemberian gelar Pahlawan Nasional kiranya sangat layak diberikan kepada Soegondo Djojopuspito, agar namanya tidak terlupakan dan kiprah kepahlawanannya tetap bisa dikenang. (mw)

Rujukan: id.wikipedia.org/wiki/Sugondo_Djojopuspito

 

#Tokoh Sumpah Pemuda #Soegondo Djojopuspito
Bagikan
Ditulis Oleh

Zulfikar Sy

Tukang sihir

Berita Terkait

Fun
3 Tokoh Perempuan Penting di Balik Sumpah Pemuda
Para perempuan juga terlibat dalam sejarah Sumpah Pemuda.
Andreas Pranatalta - Jumat, 28 Oktober 2022
3 Tokoh Perempuan Penting di Balik Sumpah Pemuda
Bagikan