TKN: Secara Matematis dan Statistik, Prabowo Sulit Menang


Jokowi-Prabowo. Foto: ANTARA
MerahPutih.com - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Usman mengatakan secara matematis dan statistik, Prabowo-Sandiaga Uno sulit memenangkan Pilpres 2019.
Usman menyampaikan, Pilpres 2019 hanya diikuti oleh dua pasang kandidat. Kondisi itu membuat suara pemilih dinilai sulit terpecah dengan selisih yang tinggi. Dirinya menghitung selisih suara yang tinggi hanya bisa dicapai jika Pemilu diikuti minimal tiga pasang kandidat.

"Di Pilpres 2009 contohnya, dengan tiga kompetitor. Pak SBY bisa dapat 60 persen suara lebih dan selisihnya cukup jauh dengan Bu Mega dan Pak JK. Nah, jadi dari hitungan matematika, hitungan survei, (target Prabowo) itu tidak mungkin," ujar Usman di Jakarta, Sabtu (6/4).
Lagipula, Usman menegaskan, banyak lembaga survei kredibel juga memprediksi kemenangan Jokowi-Ma'ruf dengan selisih di kisaran belasan persen saja dibanding Prabowo-Sandi. Dengan demikian, pernyataan Prabowo dinilai sekadar target yang tidak realistis semata.
"Secara matematika dan statistik tidak mungkin. Kami saja tidak pernah mengatakan ingin menang selisih sekian, selisih sekian," ujar Usman.
Ia meyakini suara yang diraup kubu oposisi di Pilkada DKI 2017, akan mudah dialihkan untuk perolehan suara Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019.
"Di DKI mungkin Pilkadanya menang tim sebelah, tetapi (di Pilpres) kita bisa mencuri, sehingga kita bisa menang di DKI," ujar Usman.
Adapun, Usman menyampaikan, faktor-faktor signifikan yang bisa membuat Anies-Sandi sebagai kandidat oposisi menang di Pilkada DKI contohnya pengerahan massa besar-besaran dalam 'Aksi 212'.
Usman menegaskan, situasi politik yang berbeda di Pilpres akan membuat strategi oposisi tidak mempan untuk mendulang suara lagi di Jakarta.
"Tidak selamanya Pilpres bisa disamakan dengan Pilkada. Ada situasi-situasi yang berbeda. Di DKI, faktor (aksi) 212 menjadi penting. Tetapi di Pilpres, relatif tidak ada peristiwa itu," ujar Usman.

Usman lantas mencontohkan kemenangan kubu petahana di Pilkada Jabar 2018 dengan terpilihnya Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum sebagai gubernur-wagub Jabar. Usman menekankan, Pilkada Jabar merupakan contoh bagaimana kubu petahana bisa membalikkan keadaan sehingga merebut suara oposisi.
"Di Pilkada Jabar, kita bisa membalik itu, Ridwan Kamil menang. Saya kira, situasi seperti itu, bisa juga terjadi di DKI (saat Pilpres)," ujar Usman. (Knu)
Bagikan
Andika Pratama
Berita Terkait
Survei Charta Politika Sebut 61 Persen Pemilih Jokowi Pilih Ganjar

Survei Algoritma: Masyarakat Puas Kinerja Jokowi, tapi Tak Setuju Pemilu Ditunda

Ada Kemunduran Demokrasi di 3 Tahun Kepemimpinan Jokowi-Ma'ruf Amin

Tindakan Represif Aparat Penegak Hukum Meningkat di 3 Tahun Jokowi-Ma'ruf
