The Resonanz Children's Choir Juara Pertama di European Grand Prix (EGP) for Cholar Singing


The Resonanz Children's Choir membuat juri kagum. (Foto: MP/Ikhsan Digdo)
LATIHAN keras tim paduan suara The Resonanz Children's Choir (TRCC) berbuah hasil manis. Tim paduan suara yang berada di bawah pimpinan Avip Priatna menyabet gelar juara dalam kompetisi paduan suara kelas internasional, European Grand Prix (EGP) for Cholar Singing. Kompetisi itu berlangsung di Maribor, Slovenia pada 21 April 2018 lalu.
Bakti Budaya Djarum Foundation juga mengapresiasi prestasi yang membanggakan itu. Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian mengatakan keberhasilan tersebut adalah bukti kecintaan generasi muda terhadap musik. Terutama paduan suara.
Tim paduan suara yang beranggotakan 44 anak remaja itu berusia 10-15 tahun. Menurut Renitasari keberhasilan mereka tidak lain karena kedisiplinan dan kerja keras yang diterapkan selama ini. "Kemanangan ini menunjukkan kita tidak kalah dengan negara lain," ungkapnya di Balai Resital Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (25/4).
Dalam kompetisi bergengsi itu, TRCC bersaing dengan juara umum kompetisi lain yang berada dalam rangkaian EGP. Di antaranya Allmanna Sangen (Swedia), Coro Musicanova (Italia), The Stockholms Musikgymnasium Chamber Choir (Swedia), dan Beijing Philharmonic Choir (Tiongkok).
Kerja Keras
Hasil manis tentunya datang dari usaha. Apalagi jika berusaha dengan keras dan maksimal. Begitu pula yang dilakukan TRCC. Setiap anak harus membagi waktu dengan jam sekolah. Prestasi akademis pun dipertaruhkan. "Kita juga kecapen. Biasanya abis sekolah langsung latihan," ungkap Bimashakti Naratama Ksatria salah satu anggota Paduan Suara TRCC.
TRCC tidak mengikuti kompetisi EGP secara langsung. Tim harus menjadi juara umum 2017 dari kompetisi Tolosa Choral Contest di Tolosa, Spanyol, pada November lalu. Setelahnya baru mereka bisa melanjutkan melalui kompetisi EGP.
Proses setiap kompetisi juga tidak mudah. Bukan langsung mendaftar secara cuma-cuma. Semua berawal dari proses seleksi. "Sampai bisa diterima oleh EGP kita harus menyediakan rekaman," papar Avip Priatna.
Mereka harus berlatih keras setiap hari. Bisa sampai 5-8 jam saat mendekati tanggal kompetisi. Ganjaran hasil latihan mereka menjadi sang juara. Terlebih mereka mengukir sejarah baru. TRCC menjadi tim paduan suara pertama yang mengharumkan Indonesia di kancah internasional. "Kita tahu bahwa hasilnya akan terbayar di panggung," terang Alicia Katrina Hartono yang berperan pada suara sopran 1.

Mereka membawakan tujuh lagu sebelum menikmati hasil jerih payah itu. Di antaranya Ad Amore, Duo Seraphim, Der Wasserman, Salve Regina, Steal Awa, dan 137 Hip Street. Jati diri sebagai warga Indonesia juga tetap melekat dengan membawakan lagu tradisional Bali, Janger sebagai penutup.
Warna Indonesia semakin diperlihatkan dengan memakai kostum yang terinspirasi budaya Bali. Kostum itu bertajuk putih dengan dihiasi warna keemasan. Tidak lupa dengan menampilkan koreografi ala tarian Bali yang diarahkan koreografer Nyoman Trianawati.
Juri Kagum
Para juri EGP sangat mengapresiasi penampilan TRCC. Penampilan lagu terakhir mereka, Janger memang membuat penonton sangat kagum. Seni modern digabungkan dengan seni tradisional khas Indonesia.
Saking bagusnya penampilan mereka, membuat para juri terkagum-kagum. Juri mengggap mereka berlatih setiap hari sejak Desember kemarin. Padahal, porsi latihan lebih sering di akhir pekan. Sebelum akhirnya intensif setiap hari menjelang lomba. "Juri bilang gimana ngelatihnya? Saya bilang anak-anak di atas rata-rata," imbuh Avip.
Selain itu prestasi mereka juga mendapatkan apresiasi dari pemerintah. KBRI Jepang mengundang TRCC tampil pada acara peringatan 60 tahun persahabatan Indonesia-Jepang. Mereka akan mengujungi Tokyo, Osaka, dan Sakai pada tanggal 23-25 Juni.
Wah keren banget ya temen-temen TRCC. Selamat dan semoga semakin sukses ke depannya! (ikh)
Bagikan
Berita Terkait
The Resonanz Children’s Choir Unjuk Gigi di Jepang: Tradisi dan Pop Kultur Berpadu di Expo 2025

Konser Tribute to GLEE Segera Digelar di Indonesia
