Terjebak dalam Rangkaian Cerita Bohong, ini Kata Psikolog

Dwi AstariniDwi Astarini - Minggu, 07 Oktober 2018
Terjebak dalam Rangkaian Cerita Bohong, ini Kata Psikolog

Orang yang sering berbohong akan lihai dalam menyampaikan kabar bohong. (foto: pixabay/schwerdhoefer)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

BEBERAPA hari belakangan, publik Indonesia dihebohkan dengan kasus pengeroyokan yang melibatkan salah satu aktivis sekaligus figur publik, Ratna Sarumpaet. Setelah menimbulkan pro-kontra di tengah masyarakat, Ratna Sarumpaet mengakui bahwa berita tersebut kebohongan belaka. Alih-alih dikeroyok, wajah lebam-lebam yang ia dapatkan pada Jumat (21/9) merupakan hasil operasi.

Ratna Sarumpaet akhirnya mengakui bahwa kabar penganiayaan tersebut hanya rekayasanya. Pengakuan tersebut ia buat setelah pihak kepolisian mengungkap bukti-bukti perihal kebohongannya tersebut. Ia berkilah ucapan tersebut semula ia lontarkan kepada anaknya saja. “Anak saya bertanya kenapa wajah saya lebam-lebam. Saya bingung bagaimana menjelaskannya, akhirnya saya katakan bahwa saya dipukul orang,” tuturnya ketika jumpa pers di Kampung Melayu, Rabu (3/10). Namun, kebohongan tersebut terus berlanjut. Seolah nyaman dengan kebohongan yang ia buat, ia pun menyampaikan kebohongan dengan alasan yang sama tersebut kepada Ketua Umum Partai Gerinda dan calon presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.

Sebelum membuat cerita rekayasa tersebut, Ratna Sarumpaet pernah memberikan pandangannya tentang orang yang suka berbohong. “Kalau orang biasa berbohong dan membuat cerita-cerita aneh, dia takkan tahu lagi kapan mengatakan kebohongan kapan kebenaran,” tuturnya kala tampil di acara Indonesia Lawyer Club, Selasa (21/8).

Psikolog Rena Masri menuturkan bahwa orang yang terbiasa berbohong membuat orang lain sulit membedakan kapan ia berbicara benar atau bohong. “Jika seseorang sudah terbiasa berbohong, ada beberapa hal yang akhirnya terlihat seperti benar atau sulit dibedakan,” jelasnya. Ia mencontohkan orang yang baru pertama kali berbohong akan melakukan banyak jeda dalam ceritanya. Orang-orang yang jarang berbohong lebih mudah dideteksi ketika mereka melakukan kebohongan, di antaranya terlihat dari gerakan tubuh, jeda saat bercerita, pergerakan bola mata, nada suara, dan napas.

Berbeda dengan orang yang sudah terbiasa berbohong. Mereka akan dengan mudah menceritakan kebohongan dengan lancar. Mereka lebih mampu mengatur emosin sehingga tak terlihat kalau sedang berbohong.

Tak hanya itu, lebih jauh Rena mengatakan bahwa orang yang melakukan suatu kebohongan biasanya disertai dengan kebohongan lain. “Suatu cerita itu berkesinambungan. Oleh karena itu, biasanya satu kebohongan akan disertai kebohongan lain agar keseluruhan cerita terlihat nyata,” ucap Rena.(Avi)

Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan