Temuan Mengejutkan KPAI Maraknya Fenomena Remaja Mabuk Air Rebusan Pembalut

Ilustrasi pembalut (pixabay)
Merahputih.com - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan fakta mengejutkan terkait maraknya fenomena maraknya remaja di berbagai daerah mengonsumsi air rebusan pembalut untuk mabuk. Berdasarkan penelusuran KPAi, fenomena itu terjadi karena terindikasi adanya dorongan ekonomi.
"Mereka melakukan percobaan ini, karena tidak mampu membeli karena tidak punya biaya, sementara mereka sudah kecanduan," ujar komisioner KPAI, Sitti Hikmawatty di Jakarta, Kamis (8/10).
Dengan begitu, kata dia, remaja-remaja di berbagai daerah itu berupaya mencari tahu dengan bantuan informasi internet untuk mabuk dengan meracik sendiri ramuan-ramuan sendiri.
Menurut komisioner KPAI Bidang Kesehatan dan NAPZA tersebut, anak-anak saat ini banyak yang cerdas karena berbekal internet sehingga bisa membuat beberapa varian baru dari racikan coba-coba.
"Dan di situ tingkat resiko/ bahaya menjadi meningkat karena mereka hanya fokus pada satu zat tertentu dalam sebuah bahan tapi zat lainnya cenderung diabaikan sehingga reaksi sampingan yang terjadi bisa berakibat fatal," bebernya.

Dia mengatakan KPAI terus berkoordinasi dengan banyak pihak agar fenomena itu bisa ditangani. "Namun tetap saja garda terdepan ada di dalam keluarga dan lingkungan terdekat di mana anak tinggal," katanya.
Menurut dia, deteksi dini atas perubahan perilaku anak-anak jika tidak ada alasan yang wajar maka perlu menjadi bahan bagi para orang tua agar menjadi lebih waspada.
KPAI mengaku sangat prihatin dengan semakin banyaknya kasus ditemukan anak-anak yang meminum rebusan pembalut. Sesuai data yang masuk di KPAI, Hikmah mengatakan kasus itu bukanlah hal baru.
"Pada saat kami tangani kasus penyalahgunaan PCC 2017 lalu juga sudah kita temui tapi jumlahnya relatif kecil," kata dia.

Dia mengatakan kegiatan remaja yang mencari alternatif zat yang dapat membuat mereka sakau, tenang ataupun gembira, awalnya didapatkan secara coba-coba.
"Jadi kalau kita mengenal beberapa golongan psikotropika di luar narkoba, maka beberapa zat 'temuan' para remaja itu termasuk kelompok eksperimen psikotropika" katanya dikutip Antara.
Hikmah mengatakan jumlah remaja itu belum bisa diprediksi karena berkaitan erat dengan jumlah anak serta kreatifitas mereka "meramu" bahan-bahan yang mudah di dapat di pasaran.
"Minum air rebusan pembalut juga di dapat dari coba-coba, selain fenomena lain seperti ngelem dan lain-lain," tutupnya. (*)