Tanpa Kata, Teater Tujuh Gebrak Panggung Teater Indonesia
Aktor tuli tampil dalam karya teater yang menggugah. (foto: MP/Iftinavia Pradinantia)
DI sebuah ruangan teater temaram di Taman Ismail Marzuki, aktor dan aktris meliukkan tubuh mereka dengan begitu ekspresif. Mulut mereka bungkam, tetapi mata dan tubuh mereka berbicara. Mereka tak saling mendengar, tetapi intuisi menghubungkan hati mereka. Tanpa suara, mereka mampu menyampaikan isi hati mereka kepada ratusan penonton yang hadir. Untuk pertama kalinya dalam dunia teater Indonesia, orang-orang dengan kemampuan spesial mendapat tempat di panggung teater. Di bawah Teater Tujuh, kemampuan aktor-aktor tuli diasah aktor kawakan Ray Sahetapy.
“Ini merupakan suatu gerakan baru karena anak-anak tuli memberikan pelajaran untuk kita, bukan hanya dari mata, melainkan juga ekspresi,” ucap Ray Sahetapy saat ditemui di Taman Ismail Marzuki, Minggu (6/8).
Cerita yang ditampilkan dalam teater bertajuk Sunyi Dalam Bunyi merupakan karya dari 16 aktor yang tampil. “Aku hanya menyutradarainya supaya penonton lebih bisa menikmati penampilan mereka karena mereka kan belum berpengalaman,” tutur Ray. Dengan penuh keyakinan, aktor bernama lengkap Ferenc Raymond Sahetapy tersebut mengatakan bahwa suatu hari mereka bisa menyutradarai sendiri karya mereka.
Anak-anak tuli memiliki keistimewaan berupa ketajaman intuisi dan ekspresi. Sebagai sutradara dan aktor yang sudah malang melintang di dunia seni peran, Ray memiliki kiat khusus untuk mengolah rasa. Dengan begitu, penampilan para pemain saat di atas panggung lebih 'berbicara'.
“Saya selalu mengatakan kepada mereka, ketika bangun pertama kali di pagi hari, yang pertama terbuka ialah hati dan pikiran kita. Jadi jangan langsung buka matamu. Tahan matamu, kembangkan pikiranmu,” urai Ray. Menurutnya, cara tersebut membuat imajinasi para pemain dapat berkembang baik dan membuat mereka lebih tenang.
“Ruang tersebut saya eksplorasi. Kami ingin menggali hati nurani mereka,” imbuhnya.
Teater ini direncanakan digelar di berbagai kota. Produser teater tersebut, Kania Widjaja, menuturkan bahwa mereka juga akan menggelar pertunjukan teater pada Oktober 2018. “Kami ingin menunjukkan kepada publik bahwa orang-orang tuli juga berhak mendapat tempat di panggung teater,” jelasnya. Orang-orang yang terlibat di atas panggung seluruhnya merupakan orang tuli. Sementara itu, mereka yang memiliki kemampuan mendengar hanya bertugas di belakang layar.
Kania mengklaim Indonesia merupakan negara pertama yang menampilkan pertunjukan teater dengan melibatkan seluruh orang tuli. “Di luar negeri, ada pertunjukan orang berkebutuhan khusus, tapi tidak spesifik untuk orang tuli,” tukas perempuan berusia 24 tahun tersebut.(Avi)