Susi Minta Nelayan Bijak Ambil Benur di Laut

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berlibur bersama keluarga di Pantai Tanjung Binga, Belitung. (foto: Instagram @susipudjiastuti115)
Merahputih.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengingatkan komunitas nelayan di kawasan pesisir Pelabuhan Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur agar tidak berburu benur atau benih lobster. Terlebih dengan memasang rumpon di sekitar lepas pantai.
"Yang bijaksana kita mengambilnya (menangkap ikannya). Jangan 'agregate' (bersifat agresi). (Ada) yang pakai kompresor, pakai potas, pakai bom. Ada lagi agregate yang tampaknya tidak agregatif, yaitu pakai lampu-lampu itu untuk mengambil benur-benur lobster," ucap Menteri Susi saat berdialog dengan komunitas nelayan di pesisir Pantai Karanggongso, Trenggalek, Senin (4/2).
Ia gugah nalar nelayan dengan berasumsi, jika benur atau benih lobster ditangkapi secara masif, maka ke depan tidak akan pernah ada lobster besar. "Ibu ini percaya, kalau pak Bupati bodoh masalah laut itu karena dia memang tidak pernah ke laut. Tidak dibesarkan di laut. Tetapi jika nelayan lebih bodoh dari orang darat (pedagang), itu sungguh keterlaluan," ujarnya blak-blakan dengan bahasa daerah/lokal.
Tak jarang Menteri Susi menyebut nelayan tradisional terlalu mudah dibodohi. "Nek bibit dijupuk hla sing gede nendi (kalau bibit udang diambil terus yang gede dimana). Apa lobster yang besar itu datangnya dari buih-buih busa-busa ombak itu ta pak. Kan semua berasal dari bayi. Bayi gede, terus diambil besarnya," ucap Susi.
Ia lalu bercerita kenangan saat dulu masih aktif kerja menjadi pengusaha udang lobster, bisa mendapat suplai dari Trenggalek, Pacitan hingga satu ton sehari.

Dan produk lobster yang didapat ukurannya selalu besar-besar, jauh dibanding sekarang. "Padahal dulu harganya masih murah, kisaran Rp200 ribu per kilogram. Sekarang sudah berlipat empat kali. Mutiara yang delapan ons sudah Rp4 juta. Paling murah Rp2,5 juta. Tapi karena 'sampeyan bodho' (kalian bodoh), dijual Rp100 ribu, Rp30 ribu. 'Lak bodho temenan tho' (kan bodoh sekali kan)," cetusnya.
Padahal bandar yang beli (pedagang) dapat harga sampai Rp150 ribu per kilogram. "Guobloke pol (bodohnya maksimal)," singkat Susi seperti dikutip Antara
Harusnya, kata Susi, nelayan mau lebih bersabar menunggu lobster-lobster dan mutiara yang ada tumbuh menjadi lebih besar. Kendati menunggu waktu agak lama, namun pedapatan yang diperoleh bisa jauh berlipat.
"Kan nelayan hidupnya tidak hanya dari lobster. Ada tangkapan ikan dan lainnya. Biasanya musim lobster kan ada di bulan September-Oktober kan, saat musim hujan. Tapi ini sudah dipanen di Mei-Juni, ya habis lah. Lain waktu tidak akan ada beranak-pinak lagi," ujarnya. (*)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Susi Pudjiastuti Jadi Tim Konsultan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Tanpa Dibayar

PDIP Buka Peluang Usung Susi Pudjiastuti di Pilkada Jabar

Sri Mulyani Kenang Diajak Susi Jadi Menkeu 8 Tahun Silam

Susi Pudjiastuti Bakal Gabung TKD Jabar Menangkan Prabowo-Gibran

Pilih Susi Pudjiastuti Jadi Cawapres, Anies Bisa Raup Suara Perempuan

Peluang Duet Anies-Susi Masih Terbuka Lebar

Zulhas Bertemu Susi Pudjiastuti Bahas Seputar Pemilu 2024

Kelakar Prabowo Takut Ditenggelamkan jika Tidak Cicipi Masakan Susi Pudjiastuti

Susi Pudjiastuti Mohon Doa untuk Keselamatan Pilot dan Penumpang Pesawatnya

Kejagung Periksa Susi Pudjiastuti sebagai Saksi Kasus Dugaan Korupsi Impor Garam
