Dari Buku hingga Ojek, Kisah Abimana Aryasatya Jadi Produser


Abimana Aryasatya jadi produser film Sebelum Iblis Menjemput (Foto: MP/Albi)
BERAKTING di layar kaca sepertinya tak lagi cukup bagi beberapa senimann peran. Menjajal kemampuan di belakang layar jadi hal terbaru yang harus dilakukan. Sebut saja Ernest Prakasa yang kini lebih sering tampil sebagai sutradara. Sejumlah film telah ia garap. Begitu pula dengan Raffi Ahmad. Ia juga ikut kepincut menjadi produser film.
Kali ini, aktor Abimana Aryasatya yang merambah dunia belakang layar. Proyek terbaru Abimana ialah menjadi co-producer untuk film horor Sebelum Iblis Menjemput. Aktor kelahiran 24 Oktober 1981 itu mengaku sebagai seorang produser autodidak. Film tersebut merupakan keluaran rumah produksi Sky Media.
Menjadi autodidak berati ia harus menyelami sendiri seluk-beluk menjadi produser. Dalam proses itulah ia menemukan berbagai tantangan, terutama setelah turun langsung ke lapangan. Ia pun belajar bahwa menjadi produser tidak semudah berdasarkan teori yang ia pelajari. Praktik di lapangan tentu berbeda. "Teori memang bisa belajar dari buku, bisa dipelajari tapi enggak kaya gitu," kata Abimana saat ditemui Merahputih.com di kawasan Kasablanka, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Sebelumnya, ia juga pernah memproduseri film dengan genre berbeda, yaitu genre anak. Film Petualangan Menangkap Petir ia produseri secara indie. Menurutnya, menjadi produser secara indie dan jalur utama berbeda jauh. Di film jalur utama, setiap kru memiliki pemikiran masing-masing. Berbeda dengan memproduseri film indie yang lebih memiliki pendekatan secara kekeluargaan. "(Di industri) Semua harus jelas, lengkap, dari sebelum produksi udah disiapin printilan-printilannya, melelahkan," ungkapnya.
Sebenarnya proses belajar dunia belakang layar sudah ia mulai saat bermain dalam film Warkop DKI: Reborn. Abimana mengaku sudah turut terlibat dalam kegiatan produksi. Namun, karena ia juga berperan dalam film tersebut, keterlibatannya di bagian produksi film pun tak terlalu menyeluruh. Tak banyak kesulitan berarti yang ia temukan saat proses prduksi film keluaran Falcon Pictures tersebut. "Di Falcon di dalam lebih, kayak keluarga. Kita jadi kayak teman," papar Abimana.
Cari Lokasi Syuting Pakai Ojek
Untuk film Sebelum Iblis Menjemput, Abimana memutuskan total menjadi produser. Totalitas itu ia wujudkan dengan usahanya berkeliling sehari penuh dengan menumpang ojek demi mendapat lokasi syuting terbaik.
Mencari lokasi syuting pun tidak mudah. Meski ia sempat menemukan vila bernuansa angker, tempat tersebut tidak menjadi pilihan sang sutradara. Pasalnya, meski angker, rupanya vila itu sudah jadi langganan lokasi banyak film horor. Sementara itu, sutradara Timo Tjahjanto menginginkan tempat lebih 'ekslusif' demi film garapannya itu.
Akhirnya setelah seharian mengelilingi kawasan Bogor pemain film 'Haji Backpacker itu berhasil menemukan lokasi yang tepat. Vila tersebut memadukan dua unsur, yaitu unsur Indonesia dan Eropa. Kata Abimana, tanpa tukang ojek itu, ia akan sulit menemukan lokasi yang diinginkan Timo. "Tukang ojeknya ngerti tempat-tempat gitu. Orang sana," cerita Abimana. Secara keseluruhan, syuting film tersebut menghabiskan waktu 29 hari di daerah Bogor.
Tetap Fokus sebagai Pemain Film
Meski sudah menjajal profesi produser film, bukan berarti istri Inong Nidya Ayu ini akan fokus berada di belakang layar. Menurutnya, lebih mudah menjadi seorang pemain ketimbang menjadi produser, karena waktu yang tersita sebagai produser lebih banyak.
Menjadi pemain lebih mudah karena tidak perlu memikirkan hal di luar syuting, semisal masalah promosi. Pemain hanya mengikuti arahan sutradara dan menghafal naskah dialog. Di sisi lain, seorang produser harus putar otak bahkan sejak belum ada pemain yang dilibatkan. "Dari pemain belum ada, bahkan saya (sebagai produser) udah mulai," imbuhnya sambil tersenyum.
Ia mengaku melebarkan sayap di belakang layar belum ia pikirkan lebih jauh. Sebagai contoh posisi sebagai penulis skenario yang menurutnya paling sulit. Banyak penulis yang menurutnya tidak terbuka dengan ide orang lain, terutama dalam hal jalan cerita. Sementara itu, Abimana mengaku merupakan tipe orang yang terbuka dengan berbagai pandangan orang lain.
Keterbukaan itulah yang ia terapkan ketika menjadi produser. Abimana selalu memiliki prinsip untuk menyelesaikan masalah bersama. Hal itu mengingat masalah dari salah satu divisi kru, tentu akan berdampak kepada divisi lain. Contohnya, proses lighting yang lama akan memakan waktu proses syuting. "Gua selalu pakai hal sederhana. Musyawarah dan mufakat. Simpel banget," imbuh pria gondrong itu.
Namun, ia tidak menutup kemungkinan akan merambah profesi sebagai sutradara di masa depan. Profesi produser ia jadikan sebagai sarana untuk belajar menuju profesi sutradara. Banyak pelajaran yang ingin ia petik terlebih dulu. Namun, untuk saat ini ia tetap santai dan membiarkan waktu yang menjawabnya. "Ya kita liat saja nanti (jadi sutradara)," tukasnya. (Ikh)
Baca juga artikel menarik lainnya di sini Mengintip Kengerian Film Sebelum Iblis Menjemput