Selama Empat Bulan Gunung Agung Meletus 22 Kali


Asap kelabu menyembur dari puncak Gunung Agung terpantau dari Pos Pengamatan Gunung Api (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
MerahPutih.com - Dalam kurun waktu empat bulan, Gunung Agung telah menghasilkan erupsi sebanyak 22 kali baik dalam skala kecil maupun besar, Selasa (2/1).
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM I Gede Suantika memaparkan bahwa erupsi terbesar ada di bulan November tanggal 25, di mana kolom abu yang keluar dari kawah Gunung Agung mencapai empat kilometer hingga menutup bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
“Yang letusan besarnya itu kan tetap tangal 25 sampai 29 November sampai tinggi kolom abunya, kemudian diikuti oleh letusan kecil,” terang Suantika kepada Medcom di Pos Pantau Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali.
Suantika memaparkan setelah letusan pendahulu terjadi di Bulan November silam, Gunung Agung kemudian beristirahat dari aktivitas keluarnya erupsi. Namun di tanggal 23 Desember 2017 kembali erupsi dengan kolom abu setinggi 2500 meter, yang mengarah ke timur-timur laut.
“Secara sporadis dia keluar, yang paling tinggi keluar tanggal 23 Desember setinggi 2500 meter diikuti juga tanggal 24 Desember seringgi 2000 meter,” katanya.
Setelah mengeluarkan erupsi besar hingga mengeluarkan material piroklastik berupa abu vulkanik dan lontaran batu serta lapili, Gunung Agung juga menghasilkan erupsi dalam skala kecil dengan kolom abu maksimum setinggi 1.500 meter.
“Ada banyak erupsi kecil yang dihasilkan, untuk saat ini yang besar-besar itu tercatat ada 10 ditambah yang kecil-kecil ada banyak karena hampir setiap hari ya erupsi,” simpulnya.
Sementara itu, Kasubdit Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Kementerian ESDM Devy Kamil Syahbana menjelaskan bahwa erupsi yang dihasilkan Gunung Agung selama krisis sejak tanggal 14 September hingga 31 Desember 2017 merupakan letusan terbanyak sepanjang sejarah erupsi Gunung Agung.
“Yang pasti, ini adalah kegempaan terbanyak Gunung Agung yang pernah terekam sejak erupsi 1963,” tandasnya.
Periode awal letusan pendahulu terjadi pada tanggal 21 November 2017, abu vulkanik dimuntahkan Gunung Agung setinggi 700 meter. Kemudian disusul pada tanggal 25 November kolom abu mencapai 1500 meter terjadi pada pukul 17.20 wita.
Setelah itu pada tanggal 26 November 2017 sekira pukul 05.05 wita Gunung Agung kembali erupsi efusif magmatik dengan mengeluarkan material abu vulkanik setinggi 2000 meter dan lontaran batu, di tanggal yang sama terjadi erupsi lagi pada pukul 05.45 wita dengan kolom abu setinggi 3000 meter, abu terdeteksi mengarah ke barat-barat daya hingga bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Setelah itu pada periode 12.00-00.00 wita tanggal 26 November 2017 terjadi erupsi kembali disertai tremor non-harmonik overscale, Gunung Agung mengeluarkan material abu vulkanik setinggi 3000 meter. Pada malam harinya, sinar api terlihat jelas. Pada periode ini terdeteksi dua kali letusan dan mengeluarkan material abu vulkanik selama 24 jam.
Selanjutnya pada tanggal 27 November 2017 terjadi letusan pada periode 00.00-06.00 wita dengan kolom abu setinggi 3000 meter di atas puncak kawah Gunung Agung, disertai adanya sinar lava yang terpantau dari Pos Batu Asah dan juga Batulompeh. Dalam kurun waktu 24 jam Gunung Agung mengeluarkan abu vulkanik.
Erupsi efusif magmatik juga terjadi pada tanggal 28 November 2017, Gunung Agung mengeluarkan abu vulkanik setinggi 2500-3000 meter selama 24 jam.
Pada tangal 23 Desember 2017 Gunung Agung kembali erupsi dengan tinggi abu 2.500 meter setelah itu terjadi lagi pada tanggal 24 Desember 2017 dengan kolom abu setinggi 1.500 meter. (*)
Berita ini merupakan laporan Raiza Andini, kontributor merahputih.com, untuk wilayah Bali dan sekitarnya. Baca juga berita lainnya tentang Gunung Agung di sini: Awal Tahun 2018, Gunung Agung Keluarkan Erupsi Efusif Magmatik
Bagikan
Berita Terkait
Cuaca Panas, 75 Ha Hutan di Gunung Agung Bali Terbakar

Pendaki Gunung Agung Diminta Waspada Potensi Bahaya Gas Beracun
