Sejarah Awal Mula Ambisi Jepang di Asia, Perluasan Wilayah ke Selatan yang Bikin Sengsara Indonesia

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Senin, 20 Januari 2025
Sejarah Awal Mula Ambisi Jepang di Asia, Perluasan Wilayah ke Selatan yang Bikin Sengsara Indonesia

Illustrasi tentang hubungan kaum tani Indonesia dengan Jepang dalam pembangunan Asia Raya. (Foto: Repro buku Jagung Berbunga di Antara Bedil & Sakura)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih.com - Halo, Guys! Coba perhatikan keadaan jalan raya di sekitarmu deh! Mobil dan motor yang lalu-lalang pasti banyak bikinan pabrik Jepang. Sebut saja Toyota, Daihatsu, Honda, Mitsubishi, Suzuki, dan Yamaha.

Sekarang, coba bayangkan, bagaimana ceritanya kendaraan-kendaraan tersebut bisa mendominasi jalanan kita?

Nah, jawabannya berkaitan dengan sejarah panjang ambisi Jepang dalam memperluas pengaruhnya di Asia, termasuk Indonesia selama 1942-1945.

Yuk, kita mulai perjalanan menembus waktu lagi ke masa lalu. Tepatnya ke akhir abad ke-19, ketika Jepang mulai keluar dari cangkangnya.

Percaya enggak sih pada akhir abad ke-19, Jepang itu masih jadi negara terbelakang dan bangsa yang dianggap remeh oleh bangsa lain?

Jepang sempat menutup diri atau mengisolasi negaranya hampir 264 tahun. Masa ini dikenal sebagai masa Tokugawa (1608-1867).

Ciri-ciri masa Tokugawa antara lain kekuasaannya feodal. Hampir mirip sistem kerajaan dengan banyak penguasa lokal yang disebut daimyo.

Kerajaan itu punya bos masing-masing, tapi mereka semua tunduk ke satu penguasa besar yang disebut Shogun. Asalnya dari Klan (keluarga) Tokugawa. Kaisar memang ada, tapi enggak punya nilai penting saat itu.

"Ia ditempatkan terasing dalam lingkungan yang terkucil, yang upacara-upacara dan kegiatan lainnya dibatasi secara ketat oleh peraturan-peraturan Shogun," kata Ruth Benedict, penulis buku Pedang Samurai dan Bunga Seruni Pola-Pola Kebudayaan Jepang.

Baca juga:

Mengapa Indonesia Disebut Bangsa Pelaut? Ternyata Jawabannya Ada dalam Sejarah

Dari Isolasi Menuju Restorasi

Selama masa Tokugawa pula, ekonomi Jepang bertumpu pada sektor agraris. Masyarakatnya juga masih berkasta-kasta.

Kasta tertinggi dipegang oleh samurai, yang terendah diserahkan kepada pedagang dan tukang jagal hewan.

Karena berkasta-kasta, hak-hak penduduk beda-beda. Diskriminatif istilahnya. Samurai menerima banyak hak istimewa alias privileged kayak pegang senjata, punya jabatan, dan dapat pendidikan.

Kelompok lain? Mesti tahu diri. Hidup panjang dan cukup makan saja sudah syukur.

Politik ekonomi dan budaya juga sangat ekstrem pada masa Tokugawa.

"Selama hampir sepanjang periode Tokugawa, perdagangan luar negeri sebetulnya dilarang," kata Yoshihara Kunio, penulis buku Perkembangan Ekonomi Jepang.

Sementara persentuhan dengan bangsa lain juga sangat sedikit. Sebagai akibat politik isolasi itu, ekonomi Jepang jadi mandiri dan kecintaan pada budaya sendiri tumbuh pesat. Hidup juga enggak penuh konflik dengan bangsa lain.

Namun, sisi negatifnya, orang Jepang jadi kuper alias kurang pergaulan. Enggak tahu perkembangan negeri lainnya.

Lukisan Kapal yang Membawa Komodor Perry dari AS
Komodor Perry datang ke Jepang dengan serangkaian kapal perang hitam yang canggih pada masanya. (Foto: Massachusetts Institute of Technology)

"Tetapi masa kebijaksanaan isolasi yang panjang dan damai telah menyebabkan negara ini membeku dalam arti kekuatan kebiadaban, dan kedatangan Perry dalam tahun 1853 membuktikan bahwa Jepang telah jatuh ke taraf yang paling rendah," tulis Kenneth B. Pyle dalam buku Generasi Baru Zaman Meiji

Kekuatan kebiadaban (yaban ryoku) adalah kekuatan fisik, lawan dari kekuatan peradaban (budaya dan ilmu pengetahuan). Maksudnya, kalau sebuah bangsa ingin dipandang tinggi oleh bangsa lainnya, yang diperlukan bukan hanya peradaban, tapi juga kebiadaban alias nafsu berkuasa.

Sedangkan Perry yang dimaksud tadi adalah Komodor Matthew C. Perry, seorang perwira Angkatan Laut Amerika Serikat.

Perry datang ke Jepang dengan serangkaian kapal perang hitam yang canggih pada masanya. Kapal-kapal ini sering disebut sebagai 'Black Ships' karena warnanya gelap.

Orang Jepang kaget melihat kapal-kapal itu merapat di Teluk Edo (sekarang Teluk Tokyo). Mereka enggak menyangka ada bangsa yang bisa membuat kapal sebesar itu, lengkap dengan tenaga penggeraknya, yaitu mesin uapnya.

Baca juga:

Sejarah VOC dan EIC Berebut Rempah di Nusantara, Dua Perusahaan Multinasional yang Berperang di Negeri Orang

Restorasi Meiji, Awal Jepang Baru

Begitu turun dari kapalnya, Komodor Perry meminta penguasa Jepang untuk membuka diri dan menjalin perdagangan dengan dunia luar. Ia meyakinkan mereka bahwa kemajuan Jepang bergantung kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari Barat.

Perry mengatakan Amerika Serikat butuh Jepang untuk pemasaran produk dalam negerinya. Dan sebaliknya, Perry bilang bahwa Jepang bakal lebih maju dan untung jika menerima tawaran AS.

Bersama itu pula, Perry mengancam bakal mengepung kota Edo.

Penguasa Jepang menyadari politik isolasi enggak membawa Jepang kemana-mana. Maka mereka sepakat menandatangani Perjanjian Kanagawa pada 1854. Berakhirlah masa isolasi Jepang.

"Perjanjian itu mencantumkan bahwa dua bandar pelabuhan harus terbuka bagi kapal-kapal Amerika untuk pengisian bahan makanan, bahwa orang Amerika yang mengalami kecelakaan kapal harus diperlakukan dengan baik, dan bahwa seorang agen konsuler Amerika harus diizinkan tinggal di Jepang," cerita Kunio.

Dari satu negara, Jepang kemudian berdagang dengan lima negara. Ternyata hasilnya langsung kerasa. Ekspor sutera meningkat pesat. Sebab, barang ini sangat dibutuhkan oleh negara-negara Barat.

Istana Kaisar Jepang di Kyoto 1669
Rezim lama Tokugawa runtuh, kaisar ditempatkan ke posisi spesial dan terhormat (restorasi). (Foto: Delpher)

Saat bersamaan, situasi politik dalam negeri Jepang berubah. Kelompok muda menerima ajakan Barat untuk menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi mereka.

Untuk memperoleh dua hal itu, Shogun harus digulingkan lebih dulu. Penguasa harus diganti. Maka muncullah perlawanan terhadap Shogun. Dan mereka berhasil.

Pada 1868, kekuasaan berganti. Rezim lama Tokugawa runtuh, kaisar ditempatkan ke posisi spesial dan terhormat (restorasi).

Hak-hak istimewa para samurai dipreteli sedikit demi sedikit. Kaum muda ini juga menghapus sistem kasta, membolehkan jabatan dipegang siapa pun yang mampu, dan memberikan kesempatan pendidikan yang lebih luas kepada tiap penduduk.

Enggak kalah penting, mereka meyakinkan penduduk untuk menerima teknologi Barat modern dan sistem ekonomi baru yang bertumpu pada pengolahan barang mentah ke barang jadi (industri) melalui perencanaan jangka panjang.

Masa yang baru ini disebut sebagai masa Meiji (kekuasaan terang) dan berlangsung hingga 1911.

Baca juga:

Respons Masyarakat Nusantara terhadap Kedatangan Bangsa Eropa saat Masa Perdagangan Rempah: Terbuka, Kritis, dan Bermartabat

Jepang Menjadi Negara Industri

Selama masa Meiji, Jepang mengembangkan industri secara bertahap. Dari yang paling ringan seperti tekstil hingga yang paling berat semacam pengolahan besi dan baja.

Untuk menunjang aktivitas ekonomi, Jepang membangun rel kereta api dari kota-kota penting ke pelabuhan yang sibuk. Misalnya dari Tokyo ke Yokohama sejauh 18 mil pada 1872.

Selain rel kereta api, Jepang mendatangkan kapal uap dari Barat, membangun jaringan telekomunikasi lewat kantor pos, dan mengimpor mesin-mesin tekstil.

Enggak hanya mengimpor hasil teknologi dari Barat, Jepang juga mempelajarinya. Lalu mereka mengirim pelajarnya ke Barat untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi baru.

Sekembalinya ke Jepang, para lulusan Pendidikan Barat itu menerapkan ilmunya untuk industri Jepang.

Demi menjamin sirkulasi uang dan modal, Jepang mendirikan bank-bank. Sistemnya mengadopsi bank Amerika yang mendukung pertumbuhan industri.

"Bank industri ini berperan dalam menaikkan dana baik dalam negeri maupun luar negeri untuk investasi jangka panjang termasuk investasi langsung untuk memajukan kepentingan Jepang di daerah asia," sebut Meta Sekar Puji Astuti dalam buku Orang-Orang Jepang di Indonesia (1868-1942).

Pembangkit listrik di Osaka Jepang pada 1911
Industri Jepang tumbuh lebih cepat dari perkiraan dan menghasilkan barang-barang berlimpah. (Foto: Delpher)

Hasilnya perekonomian Jepang melaju pesat. Industri tumbuh lebih cepat dari perkiraan dan menghasilkan barang-barang berlimpah. Perusahaan keluarga bermunculan dan membentuk apa yang disebut 'zaibatsu'.

Zaibatsu adalah konglomerat raksasa yang biasanya dimiliki oleh keluarga dan memiliki kendali penuh dalam berbagai sektor industri, mulai dari perbankan, manufaktur, hingga pengapalan.

Beberapa nama perusahaan yang mungkin sudah enggak asing lagi di telinga kita adalah Mitsubishi, Sumitomo, dan Mitsui.

Namun, seiring pertumbuhan ekonomi Jepang, masalah mulai muncul. Penduduk Jepang sedikit dan sumber daya alam negeri itu terbatas.

Jika barang-barang itu enggak laku, ekonomi Jepang terancam. Mereka pun perlu bahan baku industri untuk terus memutar roda ekonomi.

Memasuki abad ke-20, karena perekonomian berkembang pesat, Jepang telah tumbuh jadi negara yang diperhitungkan. Apalagi Jepang memenangi dua perang melawan negara besar: China pada 1894-1895 dan Rusia pada 1905.

"Negara kecil terbelakang bernama Jepang yang tadinya tidak menarik perhatian siapa pun, tiba-tiba saja menakjubkan dunia," begitu menurut Kunio.

Baca juga:

Sejarah VOC, Perusahaan Multinasional yang Bertahan Dua Abad dan Berdiri karena Perdagangan Rempah di Kepulauan Nusantara

Teori Ekspansi ke Selatan

Bersama ini pula, para cendekiawan Jepang mulai memikirkan bagaimana caranya menjual barang ekspor dan memperoleh bahan baku industri.

Jawabannya adalah perluasan ke selatan (nanshin-ron), yang wilayahnya termasuk Hindia Belanda (Indonesia).

Meski mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi Barat, Jepang enggak meninggalkan cara pandangnya dalam melihat bangsanya sendiri. Mereka percaya bahwa secara spiritual, Jepang harus meluaskan pengaruhnya. Baik ke selatan maupun ke utara (hokushin-ron).

Perluasan ke selatan ditujukan buat penjualan barang ekspor dan pencarian bahan baku. Sedangkan ke utara, yang wilayahnya meliputi Korea, Cina, Manchuria, Mongol, dan Rusia, lebih kepada alasan keamanan nasional.

Lukisan propaganda tentara  Jepang anti Amerika dan lnggris
Kelompok ini percaya pada pan-Asianisme, sebuah gagasan tentang penyelamatan Asia dari kolonialisme Barat oleh Jepang. (Foto: Repro buku Jagung Berbunga di Antara Bedil & Sakura)

Pada awal abad ke-20, orang-orang Jepang telah berdagang, membuka toko di Hindia Belanda, dan berhubungan baik dengan warga lokal. Bahkan pada 1930-an, barang-barang Jepang membanjiri Hindia Belanda.

"Dan barang Jepang yang murah, yang bertambah lama bertambah baik kualitasnya itu, dengan mudah merebut pasar, mendesak hasil negeri lain," begitu pemberitaan majalah jadul Pandji Poestaka, 30 September 1932.

Perluasan ekonomi Jepang ke wilayah selatan berlangsung damai meski Jepang berganti rezim dua kali, Taisho pada 1912-1925 dan Showa pada 1926.

Namun, keadaan berubah ketika kelompok militer menguat di Jepang pada 1935.

Kelompok ini percaya pada pan-Asianisme, sebuah gagasan tentang penyelamatan Asia dari kolonialisme Barat oleh Jepang. Mereka juga memegang teguh paham hakko ichiyu atau penguasaan dunia di bawah satu atap Jepang.

Dua gagasan inilah yang mendorong Jepang merebut Hindia Belanda dari Belanda pada 1942. Tapi kelak justru politik ini membawa derita baru bagi penduduknya. Perluasan ekspansi ke selatan berubah, dari cara damai ke cara penjajahan.

Nah, di sinilah petualangan kita berhenti sejenak.

Petualangan tadi mengingatkan betapa sejarah Indonesia terbentuk dalam cara yang kompleks. Enggak hanya menyangkut apa yang ada di dalam, tapi juga terpengaruh dari apa yang ada di luar.

Tetap simak artikel-artikel sejarah di MerahPutih.com buat paham fenomena hari ini, ya! (dru)

Baca juga:

Jalur Rempah yang Menghubungkan Sejarah Dunia, Dari Perdagangan, Ilmu Pengetahuan, sampai Kolonialisme

#Sejarah
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

Lifestyle
6 September Memperingati Hari Apa? Ini Daftar Perayaan dan Fakta Uniknya
6 September Memperingati Hari Apa: 1. Festival Janmashtami, 2. Hari Baca Buku Nasional, 3. Hari Tradisi Melempar Telur, selengkapnya
ImanK - Jumat, 05 September 2025
6 September Memperingati Hari Apa? Ini Daftar Perayaan dan Fakta Uniknya
Lifestyle
5 September Memperingati Hari Apa? Ini Daftar Peringatan dan Peristiwa Pentingnya
5 September memperingati hari apa? Yup, setiap tahunnya menjadi hari yang sarat makna bukan hanya bagi umat Islam di Indonesia
ImanK - Kamis, 04 September 2025
5 September Memperingati Hari Apa? Ini Daftar Peringatan dan Peristiwa Pentingnya
Lifestyle
4 September Memperingati Hari Apa? Ini Fakta Menarik yang Jarang Diketahui
4 September Memperingati Hari Apa: 1. Hari Pelanggan Nasional, 2. International Hijab Solidarity Day, 3. Hari Kacang Macadamia Nasional, selengkapnya
ImanK - Rabu, 03 September 2025
4 September Memperingati Hari Apa? Ini Fakta Menarik yang Jarang Diketahui
Indonesia
Ketua DKJ Tegaskan Perusakan Benda dan Bangunan Bersejarah Adalah Kejahatan Serius yang Melampaui Batas Kemanusiaan
Sejarah bukan benda mati, melainkan sesuatu yang membuat diri kita ada hari ini
Angga Yudha Pratama - Senin, 01 September 2025
Ketua DKJ Tegaskan Perusakan Benda dan Bangunan Bersejarah Adalah Kejahatan Serius yang Melampaui Batas Kemanusiaan
Lifestyle
2 September Memperingati Hari Apa? Ini Fakta Uniknya
2 September memperingati hari apa? 1. Hari Kemerdekaan Vietnam, 2. Hari Kelapa Sedunia, 3. Hari Kemerdekaan Transnistria, selengkapnya
ImanK - Senin, 01 September 2025
2 September Memperingati Hari Apa? Ini Fakta Uniknya
Fun
29 Agustus Memperingati Hari Apa? DPR RI Ulang Tahun!
29 Agustus memperingati hari apa: 1. Hari Ulang Tahun DPR RI, 2. Hari Melawan Uji Coba Nuklir Internasional, 3. Hari Olahraga Nasional India, selengkapnya
ImanK - Kamis, 28 Agustus 2025
29 Agustus Memperingati Hari Apa? DPR RI Ulang Tahun!
Lifestyle
27 Agustus Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Kejadian Penting Dunia
27 Agustus Memperingati Hari Apa? 1. Pekan Keadilan Sosial di Australia, 2. Tumpek Kandang di Bali, 3. Hari Kemerdekaan Moldova, selengkapnya
ImanK - Selasa, 26 Agustus 2025
27 Agustus Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Kejadian Penting Dunia
Lifestyle
25 Agustus Memperingati Hari Apa? Begini Catatan Menariknya
25 Agustus Memperingati Hari Apa: 1. Hari Songun (Korea Utara), 2. Hari Perumahan Nasional, 3. Hari Kemerdekaan Uruguay, selengkapnya
ImanK - Minggu, 24 Agustus 2025
25 Agustus Memperingati Hari Apa? Begini Catatan Menariknya
Lifestyle
24 Agustus Memperingati Hari Apa? Dari Hari TV Nasional hingga Deklarasi Ukraina
24 Agustus memperingati hari apa? 1. Hari Televisi Nasional: Jejak Lahirnya TVRI, 2. Hari Burger Nasional, selengkapnya
ImanK - Sabtu, 23 Agustus 2025
24 Agustus Memperingati Hari Apa? Dari Hari TV Nasional hingga Deklarasi Ukraina
Fun
23 Agustus Memperingati Hari Apa? Ini Sejarah, Tokoh, dan Peristiwa Penting Dunia
23 Agustus Memperingati Hari Apa: 1. Cheap Flight Day, 2. Hari Internasional Mengenang Perdagangan Budak, 3. Black Ribbon Day, selengkapnya
ImanK - Jumat, 22 Agustus 2025
23 Agustus Memperingati Hari Apa? Ini Sejarah, Tokoh, dan Peristiwa Penting Dunia
Bagikan