SDM Jadi PR Utama Industri Film Indonesia


Mira Lesmana. Dunia film masih butuh SDM. (Foto: MP/Ikhsan Digdo)
INDUSTRI film Indonesia memiliki pasar yang besar. Setiap tahun pertumbuhan penonton semakin meningkat.
Di pembukaan tahun 2018 ini, berdasarkan data dari filmindonesia.or.id, Indonesia memiliki pencapaian penonton yang fantastis dengan 11 juta penonton dari 15 film yang rilis tahun 2018. Termasuk Dilan 1990, Eifel I'm In Love, dan Yowis Ben sebagai 3 peringkat teratas dengan penonton terbanyak.
Sementara sepanjang tahun 2017 sekitar 42 juta penonton lebih. Bisa dibayangkan meningkatnya jumlah penonton tanah air terhadap film lokal. Pun masuknya bulan keempat beberapa hari lagi, masih memiliki 8 bulan hingga berakhirnya tahun 2018.
Artinya kemungkinan besar masih banyak lagi kreator film yang akan menghasilkan banyak penonton hingga akhir tahuh nanti dengan waktu yang masih panjang.
Namun, industri film tetap memiliki masalah mendasar. Meskipun membludaknya jumlah penonton, tidak bisa dimungkiri masih minimnya sumber daya manusia (SDM) film. Hal tersebut diungkapkan oleh Mira Lesmana saat ditemui merahputih com beberapa waktu lalu.
"Nomor satu itu SDM, jadi ketika kebutuhan untuk membuat film bertambah banyak. Terus yang mendanai banyak, sponsor banyak, tapi produksi jadi tidak bisa ada kalau SDM tidak mencukupi," ungkapnya.
Menurut Mira, ide film akan percuma jika tidak memiliki SDM. Belum lagi masih kurang lahirnya pemain-pemain baru.
"Ide-ide yang bagus ini tidak akan terwujud ketika pendukungnya tidak ada. Pemain itu berebut dan regenerasi belum sepenuhnya terjadi," tambahnya.

Ditambahkan juga oleh wanita 54 tahun itu, perlu disiasati adanya pendidikan film. Sehingga generasi baru akan selalu terlahir. Dan SDM tentunya akan semakin berlimpah dan tentunya akan semakin mempermudah melahirkan film-film baru.
"Kedua kru juga sangat sulit. Saya selalu berpikir nih harusnya dibarengi dengan pendidikan. Supaya tercetak terus, enggak putus," imbuhnya.
Seperti diketahui lagi, dalam waktu dekat Mira akan segera disibukkan dengan film terbarunya bertema anak, Kulari Ke Pantai. Tujuan utamanya adalah kembali membangkitkan minat anak menonton film Indonesia. Mengingat jarangnya penggarapan film anak oleh para kreator film.
"Kenapa akhirnya saya memutuskan bikin film anak, karena menurut saya anak-anak ini harus didekatkan lagi sama film Indonesia supaya mereka punya gairah kayak dulu di zaman Petualangan Sherina," ungkapnya lagi.
Menurutnya, kesuksesan film anak seperi Petualangan Sherina perlu terulang kembali. Sebab selain menghidupkan kembali gairah anak, Mira yakin akan bertambah pula talenta baru dalam industri film jika kesuksesan tersebut terulang.
"Banyak dari Petualangan Sherina yang akhirnya terjun ke dunia kreatif, jadi penyanyi atau orang film itu banyak sekali," tambahnya lagi.
Intinya, minat penonton kata Mira akan selalu berkembang. Semua kembali lagi kepada kreator film. Asalkan film berkualitas tetap terjaga, penonton pun akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu.
"Sangat bergairah (penonton)! Yang musti dijaga adalah kualitas. Karena penonton sudah memberikan kepercayaannya. Ketika kepercayaan itu tidak di barengi dengan memberikan mereka yang terbaik, jadinya ya bisa lari lagi penontonnya," tutup Mira Lesmana. (ikh)
Bagikan
Berita Terkait
'Rangga & Cinta', Katyana Mawira dan Rafly Altama Bawa Kisah Milly-Mamet Lebih Seru

'Rangga & Cinta', Remake 'AADC' dengan Sentuhan Modern dan Bintang Muda

Kegugupan Mira Lesmana Jelang Rilis 'Petualangan Sherina 2'

Lika-Liku Talent Agency di Serial ‘Hubungi Agen Gue!’

Film 'Petualangan Sherina 2' Siapkan Banyak Kejutan
