Jancuk! Saat Kasar Jadi Akrab


ilustrasi. (foto: Youtube)
FILM Indonesia tengah berjaya belakangan. Setelah Pengabdi Setan sukses, muncul film Dilan 1990 yang berhasil bikin penonton baper. Yang baru saja rilis, film Indonesia berbahasa Jawa, Yowis Ben.
Karya garapan sutradara Fajar Nugros dan Youtuber Bayu Skak itu menjadi film pertama di Indonesia yang 90% dialognya berbahasa Jawa. Menarik. Yang bikin makin menarik, sepanjang film itu, kata-kata makian yang kasar bertebaran.
Bahkan sang sutradara mengakui dalam sebuah cicitan di Twitter bahwa ada sekitar 30 ucapan 'jancuk' selama 100 menit durasi film tersebut.
Wah, apa enggak kena sensor dan bahaya kalau dialog film dipenuhi kata-kata makian?
Sebelum membahas hal sensor, kenalan dulu deh sama kata 'jancuk'.
Menurut kamus daring Universitas Gadjah Mada, istilah 'jancuk' memiliki makna 'sialan, keparat, atau brengsek. Hal itu merupakan umpatan untuk mengekspresikan kekecewaan. Terkadang kata itu juga digunakan untuk mengungkapkan ekspresi keheranan atas suatu hal yang luar biasa.
Sebagai lema bahasa daerah, 'jancuk' punya penutur yang spesifik sehingga menjadi ciri khas komunitas masyarakat di Jawa Timur, terutama Surabaya dan sekitarnya. Selain itu, kata tersebut juga akrab digunakan di Malang dan Lamongan.
Meskipun umumnya kata tersebut digunakan sebagai umpatan pada saat emosi tengah meledak, marah, atau untuk membenci dan mengumpat seseorang. Belakangan kata 'jancuk' mengalami ameliorasi atau penaikan kelas menjadi bermakna positif.
Kata 'jancuk' menjadi simbol keakraban dan persahabatan khas, biasanya di kalangan warga Surabaya, Malang, dan sekitarnya. Bahkan, sejak mengalami ameliorasi, kata 'jancuk' menjadi semacam identitas kelompok yang akrab dan lekat. Dalam perkembangannya, sebagai sapaan antaranggota, kata 'jancuk' dipendekkan menjadi hanya 'cuk'.
Jika warga Jawa Timur punya 'cuk' untuk sapaan akrab, lain lagi dengan warga Yogyakarta. Warga di kota itu punya sapaan 'su' yang merupakan penggalan dari kata 'asu' yang berarti 'anjing'.
Tak jauh beda, warga Bali Utara, khususnya Singaraja, punya kebiasaan yang serupa. Sebagai simbol keakraban, warga di sana kerap saling sapa dengan kata 'bojog' yang berarti monyet atau 'cicing' yang bermakna 'anjing'.
Kata-kata makian bukanlah hal baru dalam ranah kebahasaan. Kata-kata makian yang menyebut nama penghuni kebun binatang, seperti monyet, anjing, hingga lutung merupakan hal biasa.
Meskipun demikian, Kamus Besar Bahasa Indonesia tentu saja tidak mencatatkan lema-lema tersebut sebagai kata makian. Salah satunya disebabkan kata-kata makian semacam itu hanya ada dalam ranah ucap.
Dalam ranah ucap, konteks ucapan tak akan bergantung pada makna teks, tapi kepada interaksi pembicara yang terlibat. Oleh karena itu, meskipun terhitung sebagai kata-kata makian yang bisa menyakitkan, 'jancuk', 'asu', 'bojog', dan 'cicing' malah menjadi simbol keakraban dalam sebuah komunitas. Bisa dikatakan, kata-kata makian tersebut mengalami ameliorasi dalam ranah ucap dalam konteks tertentu.
Ameliorasi makna tersebut hanya berlaku pada pembicara yang punya tingkat kedekatan yang teramat. Makna makian tersebut akan tetap menjadi umpatan saat pembicara yang berinteraksi tak punya kedekatan sama sekali.
Jadi meskipun 'jancuk' bisa masuk di percakapan film dan lolos sensor untuk rating 13 tahun ke atas. Bukan berarti Anda bisa memanggil semua orang, apalagi yang lebih tua, dengan sapaan 'cuk'.
Iso diseneni cuk! (Bisa dimarahi, cuk!) (dwi)
Bagikan
Berita Terkait
Suka Series Netflix 'Monster: The Ed Gein Story'? Ini 3 Film Horor Legendaris yang Terinspirasi Kisah Nyata Pembunuh dari Plainfield

Ngakak Bareng di Netflix Pas Natal, Rowan Atkinson Comeback Lewat Serial Man vs Baby

'What’s Up with Secretary Kim' Diadaptasi Jadi Film Versi Indonesia, Intip Sinopisis hingga Deretan Pemainnya

Lagu 'Tentang Seseorang' Kembali Populer setelah Dinyanyikan El Putra Sarira untuk OST 'Rangga & Cinta', Simak Lirik Lengkapnya

'Predator: Badlands' Tayang November 2025, Ketika Pemburu Alien dan Android Bekerja Sama untuk Bertahan Hidup

Oktober 2025 Jadi Bulan Paling Horor, Intip 8 Film Indonesia yang Siap Bikin Merinding di Bioskop

'Tron: Ares' Tayang 8 Oktober 2025 di Indonesia, Hidupkan Kembali Dunia Fiksi Digital karya Steven Lisberger

Film 'Tumbal Darah' Siap Teror Layar Lebar 23 Oktober 2025, Angkat Tema Pesugihan dan Keluarga

Dwayne Johnson Tampil Total di 'The Smashing Machine', Kisah Pahit di Balik Ketenaran Petarung UFC

Final Destination: Bloodlines Raup Rp 5,2 Triliun, Michiel Blanchart Siap Hadirkan 'Teror Baru'
