Perjuangan Mira Lesmana dan Riri Riza saat Berkarya di Masa Orde Baru


Riri Riza dan Mira Lesmana bercerita suka duka buat film pertama kali (FOTO: MP/IFTINAVIA PRADINANTIA)
1. Mira Lesmana "Naksir" Karya Rizal Mantovani

2. Dikekang rezim Orde Baru

Peraturan perfilman berlangsung begitu ketat di tangan rezim Orde Baru. Mereka harus membuat surat perizinan di bawah Departemen Penerangan.
"Kalau tidak ada surat perizinan maka proses syuting akan dihentikan oleh pihak kepolisian," ungkap Riri setelah 20 tahun Kuldesak selesai diproduksi.
Tak hanya itu, pemerintahan juga membuat peraturan yang mewajibkan semua pekerja film harus menjadi anggota organisasi KFT (Karyawan Film dan Televisi).
Mereka juga harus melewati proses menjadi asisten sutradara dalam kurun waktu tertentu sebelum menjadi sutradara. "Saya pernah lihat sidang untuk mengukuhkan seseorang menjadi sutradara. Karya-karyanya dipertanyakan dan dinilai oleh suhu-suhu perfilman," beber Mira Lesmana.
3. Syuting dengan Bergerilya

Riri Riza beberkan strategi syuting secara bergerilya (FOTO: MP/ IFTINAVIA PRADINANTIA)
Melihat rumitnya birokrasi di masa itu, Riri Riza, Mira Lesmana, Rizal Mantovani dan Nan Triveni Achnas memutuskan untuk memberontak.
Mengingat kediktatoran kala itu, tentu mereka tak bisa sembarangan "melawan". Produksi film dilakukan dengan mengadaptasi taktik perang yakni siasat gerilya.
"Beberapa kru kami sebagian besar adalah mahasiswa. Jadi alih-alih buat surat perizinan, mereka membantu kami buat surat pernyataan bahwa syuting ini untuk keperluan ujian praktik," tutur Riri.
Selain itu, sebagian film diproduksi di ruangan agar tidak diketahui oleh polisi. Keempatnya justru baru mengurus perizinan ketika film telah selesai dibuat.
4. Menyoroti Realitas Kaum Urban

Lewat film Kuldesak, Mira dan kawan-kawan ingin bercerita tentang realitas yang mereka pahami disekitar mereka yakni kehidupan kaum urban kelas menengah.
Mereka melihat, kaum muda di perkitaan seperti terputus dari orang tuanya. Mira juga melihat bawa kaum muda-mudi di tahun 90-an banyak dipengaruhi oleh pop culture.
"Tontonan mereka MTV, sebagian dari mereka juga cukup fasih berbahasa Inggris. Kaum ini sering mempertanyakan eksistensi mereka. Apakah mereka bagian dari masyarakat dunia atau orang Indonesia?" jelas Mira.
5. Tembus Hingga Mancanegara

Keempat sineas muda ini tak hanya ingin menguak realitas kaum urban. Mereka juga ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa film Indonesia masih memiliki harapan untuk terus hidup.
Itulah sebabnya, mereka berjuang keras agar film ini masuk ke bioskop komersial. Mira ingin posisi film Indonesia setara dengan film-film impor dari Hollywood.
Nyatanya, film tersebut sukses dan bahkan bisa tembus hingga mancanegara. Film Kuldesak diputar di Paris dan Rotterdam serta terpilih di South Festival Programme dan Panasia Film Festival.
Bagikan
Berita Terkait
'Rangga & Cinta', Katyana Mawira dan Rafly Altama Bawa Kisah Milly-Mamet Lebih Seru

'Rangga & Cinta', Remake 'AADC' dengan Sentuhan Modern dan Bintang Muda

Kegugupan Mira Lesmana Jelang Rilis 'Petualangan Sherina 2'

Lika-Liku Talent Agency di Serial ‘Hubungi Agen Gue!’

Film 'Petualangan Sherina 2' Siapkan Banyak Kejutan
