Ribuan Warga Blitar Hadiri Ritual Siraman Gong Kyai Pradah

Widi HatmokoWidi Hatmoko - Sabtu, 26 Desember 2015
Ribuan Warga Blitar Hadiri Ritual Siraman Gong Kyai Pradah

Siraman gong kyai Pradah. (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih Budaya - kebudayaan dari setiap daerah mampu menjadi identitas, daya tarik dan kekayaan dari setiap daerah tersebut. Begitu juga kota Blitar yang memiliki ritual pada bualn Mulud yakni siraman gong Kyai Pradah.

Ribuan warga yang menunggu ngalap berkah air kembang sisa jamasan ritual siraman gong Kiai Pradah di alun-alun Kota Lodoyo, Blitar, Jawa Timur, Jumat (25/12).

Ritual itu digelar bersamaan dengan peringatan hari besar keagamaan Maulid Nabi Muhammad SAW pada 12 Robiul Awal serta tahun baru Islam, 1 Muharam, dengan tujuan melestarian nilai-nilai kebudayaan daerah serta kearifan lokal.

Ritual Kota Lodoyo adalah sebuah ritual dari sudut Kabupaten Blitar. Dalam ritual yang diadakan pada bulan Maulud ini dilakukan siraman Gong Kyai Pradah. Sebuah gong bersejarah di arak keliling kampung lalu dimandikan di tengah alun-alun kota Lodoyo.

Konon kabarnya siapa yang terkena air bekas memandikan gong tersebut bisa menjadi awet muda. Siraman Gong Kyai Pradah mirip dengan ritual Sekaten di Yogyakarta dan Solo.

Menjelang pemilihan kepala daerah bupati kota Blitar, Gus Dur pernah datang ke tempat ini untuk melakukan ziarah bersama calon bupati Herry Z.. Dan ternyata Herry terpilih menjadi Bupati. Warga sekitar beranggapan bahwa Gong Kyai Pradah masih berpetuah dan mampu membuat Herry menjadi bupati.

Ritual siraman ini sendiri ternyata mempunyai aspek bisnis yang cukup besar. Banyak pedagang yang memanfaatkan acara ini untuk meraup keuntungan dari berbagai macam dagangan yang digelar selama kurang lebih satu bulan sebelum acara puncak.

BACA JUGA:

  1. Festival Seni Tradisi Pilih 5 Seni Tradisional Terbaik di Yogyakarta
  2. Tari Kolosal Gandrung Sewu Banyuwangi di HUT Korpri
  3. Bukan Bupati, Nyi Roro Kidul Menikah dengan Raja-Raja Jawa
  4. Mengenal Uniknya Tradisi Saparan Kopeng
  5. Tradisi Merti Desa Ketitang, Ungkapan Rasa Syukur Warga Temanggung
Bagikan
Ditulis Oleh

Widi Hatmoko

Menjadi “sesuatu” itu tidak pernah ditentukan dari apa yang Kita sandang saat ini, tetapi diputuskan oleh seberapa banyak Kita berbuat untuk diri Kita dan orang-orang di sekitar Kita.
Bagikan