Ribuan Santri Banten Budayakan Menulis Satu Hari Satu Lembar

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Jumat, 06 Mei 2016
Ribuan Santri Banten Budayakan Menulis Satu Hari Satu Lembar

Santriwan-santriwati Ponpes Darul Iman, Kampung Kadupandak, Banjar, Pandeglang, Banten. (Foto: MerahPutih/Ctr)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih Nasional - Ribuan santri di Banten menulis untuk Presiden Joko Widodo. Santriwan dan santriwati dari Pondok Pesantren Ashabul Maimanah Pontang, Kabupaten Serang dan Pondok Pesantren Darul Iman Maja, Pandeglang tersebut menyampaikan harapan-harapan mereka.

Dewan Pembina Yayasan Darul Iman Alwis Rustam mengatakan, tidak sedikit karya dilahirkan pesantren di Banten oleh kaum santri dan ulama yang memiliki bobot kelas dunia. “Budaya menulis itu budaya pesantren dan ulama," katanya.

Seperti diketahui, budaya literasi masyarakat Indonesia masih terbilang rendah. Data UNESCO menyebut, persentase minat baca Indonesia sebesar 0,01 presen atau hanya 1 banding 10.000. Data tahun 2015 menyebutkan, sekitar 51.000 jiwa warga Banten masih buta huruf. Jumlah ini turun dari periode sensus sebelumnya, 218.000 jiwa.

Gerakan menulis dengan tangan ini didukung penuh oleh Standardpen, perusahaan alat tulis asli Indonesia. Hal ini ditandai dengan kegiatan sosial Satu Juta Bolpoin untuk Anak Indonesia. Hal ini dilakukan Standardpen untuk membantu mengembalikan semangat anak-anak dalam menjalani pendidikan.

“Dalam kesempatan ini, kami mengajak anak-anak dan guru untuk melestarikan kegiatan menulis dengan tangan yang dapat mengasah kinerja otak,” kata CEO Standardpen Megusdyan Susanto.


Santriwan-santriwati Ponpes Ashabul MAimanah. (Foto: MerahPutih/Ctr)


Selain itu, Standardpen ingin mengembalikan tradisi lama yang mulai ditinggalkan karena kemajuan teknologi informatika.

Hal senada disampaikan penggagas acara Nury Sybli. Ia mengatakan bahwa kenyataan sekarang ini anak Indonesia termasuk dalam generasi 2.0 yang lebih akrab dengan gawai (gadget) dan internet, ketimbang alat tulis. “Bukan hal yang salah anak-anak mempelajari internet, tapi malas menulis justru sebuah kesalahan,” katanya.

"Menulis dengan tangan satu hari satu lembar jika dibiasakan akan menjadi tradisi yang biasa seperti kita biasa makan siang. Untuk memulainya tentu harus mendapat dukungan banyak pihak, guru dan orang tua. Jangan bosan-bosan mengajak anak-anak bahwa menulis itu asyik,” papar Nury yang juga aktif mengajar anak-anak pedalaman Baduy, Banten.

Sementara itu, Ketua Yayasan Ashabul Maimanah Ustaz Dailami Aziz mengaku senang dan menyambut baik langkah yang digagas Nury Sybli bersama Standardpen tersebut, mengingat budaya baca dan tulis di kalangan pelajar saat ini sudah berkurang. Padahal dengan membiasakan baca dan tulis, akan mengasah kecerdasan dan kreatifitas anak-anak pelajar.

"Kami berharap gerakan ini terus ditularkan kepada pelajar lainnya di Indonesia. Kami mengapresiasi dan terima kasih atas kepedulian semua pihak yang peduli terhadap generasi bangsa," katanya.

Untuk diketahui, Pondok Pesantren Ashabul Maimanah, Sampang Susukan, Pontang, Serang didirikan oleh enam bersaudara putra-putri KH Abdul Aziz yakni Hj Siti Robiah, KH Abdullah, KH Sanwani, KH Syarani, KH M Syibli dan KH Sadeli dengan metode salafi (belajar membaca kitab kuning dan menulis Arab). Pondok yang berada di sudut kampung ini bertahan dengan konsep asrama dan sekolah gratis sejak pendiriannya tahun 1960 hingga sekarang.

Sementara Pondok Pesantren Darul Iman, Kampung Kadupandak, Banjar, Pandeglang memadukan konsep belajar mengaji dan pondok modern. Pesantren yang didirikan oleh kiai kharismatik almarhum KH Ahmad Aminuddin Ibrahim ini sejatinya tempat bersejarah lahirnya pembentukan Banten sebagai provinsi. (Ctr)


BACA JUGA:

  1. Ribuan Anak Sekolah Banten Ramai-ramai Surati Presiden Jokowi
  2. Aksi Pesilat Banten dalam Festival Silat Cilegon
  3. Pesan Pendidikan dalam Lagu Banten Jareh Bu Guru
  4. Keris Sultan Banten Hadir dalam Acara Golok Day 2016
  5. Golok Day dari Cilegon, Banten
#Ponpes Darul Iman Pandeglang # Ponpes Ashabul Maimanah Serang #Budaya Membaca
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Bagikan