Rhenald Kasali Minta Pengelola Taksi Konvensional Berdamai dengan Perubahan

Luhung SaptoLuhung Sapto - Selasa, 22 Maret 2016
Rhenald Kasali Minta Pengelola Taksi Konvensional Berdamai dengan Perubahan

Guru Besar Manajemen FEB-UI, Rhenald Kasali (Twitter Rhenald Kasali)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Bisnis - Hari ini diperkirakan ribuan pengemudi taksi tumpah ruah di ibukota menuntut taksi aplikasi, Grab Car dan Uber, ditutup. Alasannya, kehadiran Grab Car dan Uber illegal dan membuat para pengemudi taksi konvensional kehilangan mata pencaharian karena penumpang berpindah ke taksi online.  

Rasanya tak adil jika kita hanya melihat dari satu sisi saja. Bagaimana dengan nasib pengemudi Grab Car dan Uber? Mereka juga tengah berjuang untuk menafkahi keluarganya.  

Grab Car dan Uber adalah evolusi dalam transportasi yang hadir karena kemajuan teknologi. Menurut Rhenald Kasali, pakar manajemen yang disejajarkan dengan Phillip Kotler sebagai Manajemen Guru Dunia, kemajuan teknologi adalah keniscayaan. Kehadiran teknologi dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa ditentang, malah semestinya kita berdamai dengan perubahan. 

Rhenald menyebut kehadiran Grab Car dan Uber juga Go-Jek menandakan era crowd business. Crowd business merupakan business model yang berbeda dengan bisnis konvensional atau yang bukan berbasis internet. 

"Dalam era crowd business, siapapun bisa menjadi pemasok Anda, tetapi sekaligus menjadi konsumen Anda. Crowd business kian kencang berputar akibat kemajuan teknologi informasi— yang terutama membuat arus informasi mengalir deras dan sekaligus memangkas biaya-biaya transaksi," kata Rhenald seperti dikutip MerahPutih.com dari tulisannya berjudul "Selamat Datang Sharing Economy" yang diunggah di situs Rumah Perubahan pada 17 Maret 2016 lalu. 

Rhenald mengatakan dahulu kalau untuk mencari suatu barang kita mesti menghabiskan waktu, tenaga dan uang. Mendatangi beberapa toko, melihat barang, membandingkan harganya, kemudian melakukan tawar-menawar. Kalau setuju, baru kita membayar. 

"Kini tidak perlu lagi. Kita cukup berselancar di dunia maya, mencari barang dan membandingkannya, memilih, memesan, lalu membayar. Semuanya bisa dilakukan tanpa kita harus beranjak dari kursi dan dengan biaya nyaris nol. Itu pula yang terjadi dalam perseteruan antara bisnis taksi konvensional vs taksi berbasis aplikasi," lanjut peraih gelar Phd dari University of Illinois ini.

Rhenald menambahkan di bisnis taksi konvensional, konsumen bukan hanya harus membayar jasa angkutannya, tetapi secara tidak langsung juga mesti menanggung biaya kredit mobilnya, gaji pegawai perusahaan taksinya, biaya listrik dan AC, dan sebagainya. Sedangkan di bisnis taksi berbasis aplikasi, konsumen tidak ikut menanggung biaya-biaya tersebut. Jadi, tak mengherankan kalau tarifnya bisa lebih murah. 

"Kolega saya pernah membandingkan. Untuk rute Cakung ke Halim Perdanakusuma yang samasama di Jakarta Timur, dengan taksi konvensional tarifnya Rp105.000, sementara dengan taksi berbasis aplikasi hanya Rp55.000. Ini jelas pilihan yang mudah buat calon konsumen. Switching cost dalam industri ini amat rendah. Maka terjadilah downshifting. Lalu, bagaimana yang satu bisa lebih mahal ketimbang yang lain? Ini adalah persoalan model bisnis," tegas Guru Besar ilmu Manajemen dan Ketua Program Pascasarjana Ilmu Manajemen FEB UI tersebut. 

Rhenald menyatakan kita tak bisa membendung teknologi. Ia akan hadir untuk menghancurkan bisnis bisnis yang sudah mapan—yang tak bisa beradaptasi dengan perubahan. Persis kata Charles Darwin, "bukan yang terkuat yang akan bertahan, tetapi yang mampu beradaptasi dengan perubahan". Maka, kita harus berdamai dengan perubahan. 

BACA JUGA:

  1. Sejajar dengan Philip Kotler, Rhenald Kasali Jadi Manajemen Guru Dunia
  2. Belum Ada Payung Hukum, Uber dan Grab Indonesia Tak Bisa Dipersalahkan
  3. 'Dosa-Dosa' Uber dan GrabCar Menurut Menteri Jonan
  4. Menkominfo: Aplikasi Online Keniscayaan, Tidak Bisa Distop
  5. Suasana Demo Persatuan Pengemudi Angkutan Darat
#Supir Taksi #Rhenald Kasali #Transportasi Berbasis Aplikasi #Uber Dan Grab
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak

Berita Terkait

Indonesia
Rano Karno di Mata Rhenald Kasali: Teman SMP yang Tahu Betul Soal Jakarta
Rano mempunyai rekam jejak yang mumpuni untuk mengurus sebuah provinsi.
Wisnu Cipto - Senin, 16 September 2024
Rano Karno di Mata Rhenald Kasali: Teman SMP yang Tahu Betul Soal Jakarta
Bagikan