Rekam Jejak Jin Bun, Raja Islam Berdarah Tionghoa

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Selasa, 13 Juni 2017
Rekam Jejak Jin Bun, Raja Islam Berdarah Tionghoa
Jin Bun atau Raden Patah. (Ilustrasi: Wacana)

"Islam di Jawa disebarluaskan oleh orang-orang Tionghoa. Wali-wali Gusti Allah sebagian besar juga berdarah Tionghoa, termasuk Panembahan Jin Bun atau Raden Patah," kata Raden Dimas Katja, keturunan Paku Buwana II, saat dihubungi Merahputih.com, Sabtu (10/6).

Lelaki yang juga pengurus Cagar Budaya Kesultanan Pajang itu mengatakan bahwa pengaruh Tionghoa dalam perkembangan Islam di tanah Jawa cukup besar. Bahkan, kerajaan bercorak Islam pertama di Jawa, Kerajaan Demak, didirikan dan dipimpin langsung oleh orang berdarah Tionghoa. Ia adalah Jin Bun, atau yang dikenal masyarakat Indonesia dengan nama Raden Patah.

"Raden Patah, yang memimpin Kerajaan Demak dari tahun 1500-1518, memiliki nama asli Jin Bun. Beliau adalah anak dari Putri Wandan, keponakan Kiai Ban Tong. Putri Wandan ini adalah selir dari Bhre Kertabhumi atau Brawijaya V, Raja Majapahit waktu itu," kata Raden Dimas.

Menurut catatan sejarah Tiongkok, kata Raden Dimas, Brawijaya V telah memiliki istri sah bernama Putri Campa. Kala itu, sang permaisuri belum bisa memberikan keturunan bagi raja. Hal tersebut jelas membuat Brawijaya V was-was. Melihat kecemasan sang raja, Kiai Ban Tong, penasihat Brawijaya V, pun tergerak hatinya. Ia kemudian menghadiahkan keponakannya, Putri Wandan, kepada sang raja.

"Selain untuk meneruskan trah Majapahit, tujuan Ki Ban Tong adalah agar dari rahim keponakannya itu lahir darah raja untuk menyiarkan Agama Kanjeng Rasul (Islam). Putri Wandan beragama Islam, sedangkan Brawijaya V masih beragama Hindu atau Ajaran Budi," ucap sesepuh Cagar Budaya Kesultanan Pajang, Sukoharjo, Surakarta, Jawa Tengah tersebut.

Namun, kata Raden Dimas, setelah Putri Campa mengandung, ia justru meminta Brawijaya V untuk memulangkan Putri Wandan ke pamannya, Ki Ban Tong. Ihwal demikian tak ayal membuat orang nomor satu di Majapahit itu bimbang. Di satu sisi, Brawijaya V begitu mencintai Putri Campa, di sisi lainnya, ia pun tak tega menelantarkan Putri Wandan begitu saja.

"Putri Campa pun memberikan pilihan terhadap Brawijaya V. Kalau ia memilih Putri Wandan, Putri Campa minta dikembalikan ke negara asalnya (sekarang Manila, Filipina). Dikarenakan rasa cintanya yang besar, akhirnya Brawijaya V menyerahkan Putri Wandan ke Adipati Terung atau Arya Damar di Palembang," kata Raden Dimas.

Meski sudah diserahkan untuk Arya Damar, Brawijaya V berpesan kepada adipatinya itu untuk tidak meniduri Putri Wandan sebelum melahirkan anak sang raja. Arya Damar mematuhinya. Selang beberapa waktu setelahnya, Putri Wandan melahirkan seorang anak lelaki yang tampan dan juga berwibawa. Dia adalah Jin Bun, yang memiliki arti orang kuat. Anak lelaki inilah yang di kemudian hari menjadi penguasa tanah Jawa sekaligus penyebar agama Islam.

"Kisah Jin Bun juga bisa dilihat di Kuil Sam Po Kong, Semarang. Perjalanan hidup Panembahan Jin Bun ditulis dalam kronik Tiongkok. Andil orang-orang Tionghoa terhadap Islam di Jawa sangat besar. Pelajarilah sejarah, dan berterima kasihlah terhadap mereka," kata Raden Dimas mengakhiri cerita.

Baca juga artikel lainnya mengenai peranan Tionghoa dalam sejarah dan kebudayaan Indonesia di sini: Campur Tangan Tionghoa Dalam Mempopulerkan Batik.
#Kerajaan Di Indonesia #Kerajaan Nusantara #Sejarah Islam
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan