Reggae Dunia Berduka, Lee 'Scratch' Perry Tutup Usia


Lee 'Scratch' Perry meninggal di usia ke-85. (Foto: Instagram/@leescratchperry)
DUNIA musik kembali berduka. Seorang penyanyi, produser hingga pencetus musik dub yang sangat berpengaruh di lini reggae, Lee ‘Scratch’ Perry menghembuskan napas terakhir di usia ke-85.
Dilansir dari The Guardian, media setempat melaporkan berita bahwa Perry meninggal di rumah sakit Lucea, Jamaika utara, Minggu (29/8) waktu setempat. Dengan penyebab kematian yang masih belum terkonfirmasi.
Baca juga:
View this post on Instagram
Perdana Menteri Jamaika, Andrew Holness memberikan pernyataan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga Perry.
“Hari ini Jamaika tidak diragukan lagi telah kehilangan ritme dan jiwa dari ikon musik produktif yang menginspirasi begitu banyak orang. Lee ‘Scratch’ Perry benar-benar menjadi salah satu tokoh kreatif terpenting yang pernah dihasilkan Jamaika.” Ucap Andrew Holness.
Perry menciptakan apa yang disebut sebagai ‘Loping Tempo’ yang membertuk akar suara reggae, dan berhasil melabungkan nama legenda Bob Marley bersama dengan The Wailers.
Sementara, produksi suara dub-nya, dengan penggunaan ruang dan gema yang menghantui berpengaruh besar pada genre post-punk, hip-hop, musik dansa, dan lainnya.
Bukan hanya memenangkan hati para penggemar musik reggae. Ia merupakan salah satu seniman asal Jamaika yang terhormat, bahkan di kalangan musisi dengan nama besar. Sebut saja Keith Richards yang menjulukinya sebagai ‘the Salvador Dali of Music’. “Dia adalah misteri. Dunia adalah instrumennya. Kamu hanya perlu mendengarkan,” ucap Richards.
Karier Perry membentang tujuh dekade, ia telah bekerja dan memproduseri berbagai musisi, termasuk Bob Marley dan the Wailers, the Congos, Adrian Sherwood, Beastie Boys, Paul McCartney, Max Romeo dan masih banyak musisi lainnya.
Baca juga:
Bob Marley Rilis Video Klip No Woman No Cry Untuk Merayakan Hari Reggae Sedunia
View this post on Instagram
Lahir dengan nama lengkap Rainford Hugh Perry pada Maret 1936 di barat laut Jamaika, pada usia 15 ia memilih untuk meninggalkan sekolah dan pindah ke Kingston pada 1960an. Kemudian Perry muda dipekerjakan oleh Clement ‘Coxsone’ Dodd sebagai kepala studio reggae dan label Studio One, sebagai asisten.
Sempat menjadi DJ, manajer toko dan akhirnya menjadi artis rekaman, hingga mendapat julukan ‘Scratch’ dari rekaman pertamannya bernama The Chicken Scratch yang rilis pada 1965.
Sampai akhirnya memutuskan hubungan dengan Dood karena konflik pribadi dan keuangan, kemudian pindah ke Amalgamated Records milik Joe Gibbs. Hingga 1968, Perry membentuk labelnya sendiri bernama ‘Upsetter Records’.
Pada 1973 Perry membangun sebuah studio di halaman belakangnya di Kingston, dan menamakannya sebagai ‘Black Ark’ yang berhasil melahirkan berbagai musik reggae dan dub klasik yang tidak terhitung totalnya.
Lee ‘Scratch’ Perry merupakan kunci dalam membawa musik Jamaika ke panggung mancanegara, sihir yang berhasil menciptakan pelbagai akar musik reggae dan akan bertahan selama bumi ini masih berputar. (far)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
RADWIMPS Rayakan 2 Dekade Karier Lewat Album ‘Anew’ dan Tur Akbar di Jepang

Jackson Wang Kolaborasi iPhone 17 Pro, Rilis Videoklip ‘Let Loose’

Lirik Lagu 'Enough for You' Reality Club, Bawa Kisah Patah Hati dan Kekecewaan Mendalam

Lirik Sarat Makna Lagu 'Now & Forever', Tampilkan Sisi Introspektif dan Emosional Drake

Menyelami Pesan Religius Reality Club dalam Lagu ‘Close to You/Jauh’, Simak Lirik Lengkapnya

James Vickery Rilis Album ‘JAMES.’, Tampilkan Sisi Paling Personal dalam Kariernya

Sukses Tur Asia, Elijah Wood Perkenalkan Single Baru 'Slicked Back Hair'

Sundanis Hadirkan 'EGP', Hiphop-Dangdut Bernuansa Sunda yang Siap Guncang Industri Musik

Dere Ceritakan Keresahan dalam Lirik Lagu 'Bianglala'

JBL Festival 2025: dari Nostalgia Ari Lasso hingga Energi Gila-gilaan Slank
