Rachmawati Soekarnoputri: Indonesia Mengalami Paradoks

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Jumat, 17 November 2017
Rachmawati Soekarnoputri: Indonesia Mengalami Paradoks

Rachmawati Soekarnoputri. (MP/Fadhli)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih.com - Salah seorang putri Presiden RI pertama Ir Sukarno, Rachmawati Soekarnoputri menyebutkan bahwa Indonesia mengalami paradoks, di mana perikehidupan yang dijalankan tidak selaras dengan falsafah yang dianut oleh bangsa Indonesia.

Pendiri Universitas Bung Karno (UBK) tersebut menyampaikan hal itu dalam sambutannya pada Acara Wisuda ke-XV UBK di Jakarta, Kamis, yang juga dihadiri oleh sejumlah tokoh, di antaranya istri mantan Presiden Sukarno, Ratna Dewi Soekarno, mantan Ketua MPR Amin Rais, mantan Menkopolhukam Tedjo Edhy Purdijatno, mantan Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid, mantan Panglima TNI Djoko Santoso, dan mantan KSAD Tyasno Sudarto.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto juga menyampaikan orasi ilmiah dengan tema Membangun Kesadaran Nasional: Nasionalisme, Demokrasi, dan Masa Depan Indonesia.

Rachmawati dalam sambutannya mengatakan Indonesia didirikan dengan falsafah Pancasila dan selaras ajaran Bung Karno Trisakti.

Dalam Trisakti disebutkan pertama berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam berkebudayaan. Namun sayangnya kini, justru menjauh dari nilai-nilai dasar tersebut.

"Tapi alangkah sayangnya sebagaimana yang kita ketahui, terjadi semacam paradoks, Indonesia mengalami paradoks," katanya dihadapan 1.086 wisudawan dan wisudawati.

Di bidang politik, menurut Rachmawati, Indonesia memasuki era demokrasi liberal yang menganut prinsip-prinsip satu orang satu suara (one man one vote).

"Ini bertentangan dengan Pancasila di mana kita harusnya mengemukakan prinsip-prinsip musyawarah mufakat, yang menjadi dasar demokrasi di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pancasila," katanya.

Di bidang ekonomi, Indonesia mengalami era liberal kapitalistik, yang menganut prinsip-prinsip liberalisme yang bebas berkompetisi, berorientasi pasar bebas (freefight liberalisme, free market oriented).

"Ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip berdikari maupun keadilan sosial sebagaimana diamanatkan sila ke-5 yaitu sila tentang membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," katanya.

Sementara di bidang sosial, menurutnya, masyarakat semakin renggang. Semakin jauh dari nilai-nilai gotong royong. Kepentingan diri sendiri maupun golongan semakin mengemuka dalam mengejar kekuasaan.

"Ini pernah disinggung Bung Karno, diprediksi oleh Bung Karno pada tahun 50-an. Dulu jiwa kita dihikmati oleh aku untuk semua, sekarang justru aku buat aku dan ini sangat bertentangan dengan jiwa atau prinsip-prinsip dasar Pancasila sebagai falsafah dasar negara kita," katanya.

Untuk itu, menurutnya, membangun kesadaran nasional sangat penting untuk kepentingan nasional bangsa dan negara. "Pentingya kita membangun kesadaran kita, diri kita sendiri terhadap tanggung jawab kita, masa depan kita dengan membangun diri kita sendiri, self help, kata Bung Karno," katanya. (*)

#Rachmawati Soekarnoputri
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Bagikan