Puluhan Karya Tanpa Judul Padati Galeri Kertas Studio Hanafi


Suasana Pameran 'Gambaur di Studiohanafi. (MP/Zaimul Haq)
PULUHAN lukisan tanpa judul terpajang di dinding-dinding Galeri Kertas, Studio Hanafi. Para pengunjung dibuatnya heboh bercengkrama sembari menerka makna-makna yang tersimpan di balik karya itu. Tak hanya gambar, ratusan perahu kertas tampak bergerombolan di dinding dan meja-meja. Perasaan kagum dan penasaran masih berkecamuk dalam benak pengunjung.
"Jika kalian bertanya mengenai judul, saya bisa menjelaskan satu persatu dengan panjang. Namun, saat ini saya hanya akan mengantar kalian sampai pintu masuk ruang pameran saja," kata Ugeng T. Moetidjo dalam sambutannya pada pameran 'Gambaur', Sabtu (13/10).

Ia memaparkan, pemilihan tema Gambaur lahir dari gabungan dua suku kata yakni, 'Gambar' dan 'Baur'. Dalam pameran ini Ugeng menampilkan rupa-rupa gambat. Tapi tetap dalam prinsip dasar. kertas.
"Gambar terdiri dari rupa-rupa gambar. Yang ini dan yang itu. Yang begini dan begitu. Terserah ragam jenisnnya, prinsip dasarnya adalah kertas sebagai media," celetuk Ugeng memaparkan karyanya.
Dalam pameran kali ini Ugeng menampilkan semua karyanya yang dibuat secara manual oleh tangannya. Hal ini berangkat dari prinsipnya yang mengatakan semua gambar yang diproduksi melalui mesin adalah hasil kerja non-emosional.
Sebelum sampai ke pameran tunggal pertamanya, Ugeng sudah melintasi berbagai macam zaman dan waktu yang berbeda-beda. "Intinya, semua karya tersebut terinspirasi dari suasana mati berkali-kali," jelasnya.
Cecil Marianai selaku desainer grafis secara khusus menuliskan dalam catatan pameran, Gambaut oleh Ugeng adalah reka permainan mengurai-sandikan rangkaian pengalaman realitas di kota hingga pengasingannya di peristiwa pameran.
"Judul ini sebuah karya yang harus paling kentara di ujung tombak pameran, namun dipraktik-praktik pameran pada umumnya sering dianggap non-karya atau tak langsung ketara sebagai karya," tuturnya.
Heru Joni Putra, Kurator galerikertas melihat modus tentang 'pembauran' tidak sekedar mengutak-ngatik beberapa potong gambar menjadi ikatan visual saja. Ugeng menurutnya berhasil melkukan pembauran dengan memasukkan kertas bekas produksi industry tertentu yang dugunakan sebagai salah satu medium karyanya.
"Ada bentuk yang berbaur, sifat yang bercampur, atau corak yang bersatu padu. Dengan begitu, gambar-gambar tersebut memberikan kepada kita pembauran yang sesungguhnya tidak sesederhana sebagaimana terlihat sekilas," kata Heru.
Pameran pertama Ugeng dan yang ketujuh bagi galerikerta ini akan dipamerkan selama satu bulan ke depan. Dalam pameran ini juga terdapat sesi pemilihan Perupa Muda untuk ikut berkolaborasi.
Proses pemilihan perupa muda akan berlangsung selama dua hari, Yakni 15-16 Oktober 2018 pukul 16.00 sampai 18.00 di galerikertas. Dimana perupa muda akan mempersentasikan karyanya kepada Ugeng T. Moetidjo. (Zai)
Baca juga:Mereduksi Keraguan "Setengah Isi/Setengah Kosong" Fiametta Gabriela
Bagikan
Berita Terkait
Resmi Ditutup, ini 5 Galeri di Art Jakarta 2025 yang Menarik Perhatian Pengunjung

Antara Alam dan Modernitas: Konsep Unik VIP Lounge Art Jakarta 2025

JICAF 2025: Pameran Ilustrasi Terbesar di Indonesia Hadirkan Pengalaman Seni 'New Heights'

IMOS 2025 Siap jadi Tempat Bertemunya Teknologi dan Seni, Hadirkan Motor Tercanggih dan Kompetisi Modifikasi Paling Kreatif

Dari Bali hingga Korea, Art Jakarta 2025 Hadirkan Arus Baru Seni Kontemporer

Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

ARTSUBS 2025 Hadirkan Ragam Material dan Teknologi dalam Ruang Seni yang Lentur

PT KAI Gelontorkan Rp 3,05 Miliar Buat UMKM, Termasuk Pameran Internasional
