Telusur Elok Aceh

Pocut Baren, Pejuang Perempuan dan Ulama Asal Bumi Rencong

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Rabu, 25 Juli 2018
Pocut Baren, Pejuang Perempuan dan Ulama Asal Bumi Rencong

Pocut Baren bersama beberapa pasukannya. (Sumber: sportourism.id)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MATI satu tumbuh seribu. Mungkin istilah ini sangat tepat disematkan untuk perjuangan masyarakat Aceh kala menghadapi penindasan kolonial Belanda. Tidak hanya kaum lelaki, golongan perempuan pun tak ciut nyali ketika harus berbenturan fisik dengan para penjajah.

Sabtu, 4 November 1905, meski Cut Nyak Dhien telah ditangkap Belanda bukan berarti perlawanan rakyat Aceh padam. Masih ada satu lagi sosok perempuan bahkan sanggup membuat Belanda keteteran.

Perempuan itu bernama Pocut Baren. Namanya tercatat dalam buku Prominent Women in The Glimpse of History karya Ibrahim Alfian.

Perjuangan Pocut Baren

Pocut Baren. (Sumber: tirto.id)

Pocut Baren lahir pada 1880 dari keluarga bangsawan lokal di Aceh Barat. Ayahnya, Teuku Cut Anmat Tungkop merupakan seorang uleebalang (hulubalang) sangat disegani dan menjadi salah satu pemimpin rakyat melawan penjajah.

Sejarah mencatat, setidaknya ada 19 petinggi militer diterjunkan secara bergantian untuk menangkap sang pejuang. Mereka itu di antaranya Letnan HJ Kniper, Letnan Brewer, dan Letnan CA Reumpol.

Selain membuat para perwira tersebut pusing bukan alang kepalang, tindakan berani Pocut Baren juga membuat balatentara Belanda porak poranda pada saat mengobarkan perang pada 1903 sampai 1910.

Pocut dan Cut Nyak Dhien sama-sama berjuang di daerah Aceh Barat.

Mereka bahu-membahu melancarkan perang gerilya. Pocut Baren dengan setia mendampingi Cut Nyak Dhien, tidak semata lewat perlawanan terhadap Belanda, juga dalam pengembaraan bersama. Dari satu tempat ke tempat lain, dari satu hutan ke hutan lain, dengan menahan lapar dan penderitaan.

Lewat pengalaman bertempur diperolehnya dari perjuangan bersama Cut Nyak Dhien, Pocut Baren pun kian kukuh untuk terus melawan Belanda.

Dalam suasana perang, Pocut menikah dengan seorang uleebalang di Gume, Woyla Barat, bernama Ampon Rasyid. Bersama dengan suaminya mereka memimpin perlawanan rakyat daerah Woyla. Pasangan suami-istri tersebut keluar masuk hutan bergerilya melawan Belanda.

Ujian terberat Pocut Baren pun datang. Rekan seperjuangan nan sangat dihormatinya, Cut Nyak Dien, ditangkap Belanda pada Sabtu, 4 November 1905. Disusul kemudian tewasnya Ampon Rasyid, suami Pocut dalam pertempuran melawan Belanda di wilayah Keujren Game, Aceh Barat.

Kehilangan rekan seperjuangan dan suami tidak membuat Pocut kehilangan semangat atau bermuram durja.

Saat tampuk pimpinan perang berada di pundaknya, Pocut melakukan mobilisasi pasukan nan terserak dan membangun benteng perang di Gunong Macan untuk dijadikan sebagai pusat pertahanannya.

Bersama pasukan tersebut, Pocut Baren kembali mengatur strategi guna melakukan penyerangan terhadap kolonial Belanda.

Digambarkan oleh HC Zentgraaff, Pocut Baren selalu diiringi oleh semacam pengawal, terdiri dari lebih kurang tiga puluh orang pria. Ia selalu memakai peudeueng tajam (pedang tajam), sejenis kelewang bengkok, mungkin sejenis pedang Turki yang sangat terkenal di pantai barat Aceh.

Berbagai serangan yang dilakukan Pocut Baren terhadap tangsi-tangsi militer ataupun patroli tentara Belanda membuat para petinggi militer Belanda pusing tujuh keliling, dan mereka kembali terpaksa harus mendatangkan bala bantuan dari Batavia.

Ali Hasjmy dalam buku Wanita Aceh sebagai Negarawan Panglima Perang mengisahkan, mendapat serangan dari Pocut Baren Belanda tak tinggal diam. Mereka melancarkan serangan balasan. "Serangan besar-besaran dipimpin Letnan Hoogers pada 1910, membuat benteng pertahanan Pocut Baren di Gunong Mancang pun luluh lantak."

Pasukan Srikandi Aceh itu tunggang langgang. Bersembunyi di dalam hutan kemudian. Benteng pertahanan pahlawan perempuan itu sontak menjadi lautan api, dan baru bisa padam setelah nyaris sepekan. "Pembakaran ini menyisakan mayat-mayat yang gosong di Gunong Macang termasuk mayat Teuku Cut Ahmad, ayah Pocut Baren," tulis Ali.

Pocut Baren bersama sisa pasukannya yang selamat kembali membangun pertahanan baru di sebuah kaki bukit yang strategis. Letaknya tidak jauh dari tangsi militer Belanda di Tanoh Mirah. Pocut pun kemudian menyusun strategi untuk melakukan serangan balasan.

Pocut Baren memutuskan menyerang markas Belanda. Penyerbuan ini menelan korban di kedua belah pihak. Tak hanya itu, Pocut Baren pun berhasil dilumpuhkan. Kakinya terluka parah, akibat tertembak. Pocut Baren ditawan Belanda. Perlawanan panglima perang Tungkop nan gagah berani ini berakhir. (*)

#Pocut Baren #Pahlawan Perempuan #Telusur Elok Aceh
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Bagikan