Piringan Hitam Masih Berjaya Dikoleksi


Piringan hitam atau vinyl tak tergeser teknologi digital. (Foto: Pexels/Mike)
KALAU saja Thomas Alva Edison pada tahun 1877 tidak menemukan alat pemutar audio, maka media audio yang dikenal sekarang bisa jadi tidak pernah ada. Edison pemutar audio berupa perangkat silinder yang terbuat dari lapisan lilin yang dibungkus dengan kertas timah.
Seiring perkembangan zaman yang begitu cepat, pemutar audio kemudian berubah menjadi piringan hitam (PH) berikut pemutarnya. Perkembangan media audio tak berubah sampai kemudian di tahun 1960-an dengan hadirnya kaset, kemudian compact disc dan format penyimpanan audio berbasis digital.
Baca Juga:
Meskipun terjadi perubahan zaman, namun keberadaan PH ternyata tak mudah disingkirkan begitu saja. Malahan masih bertahan hingga era digital saat ini. Seperti catatan di tahun 2017 yang dibuat oleh Nielsen Music menyebutkan di Amerika saja ada sekitar 14 juta rekaman PH. Angka ini menurut Billboard merupakan angka tertinggi sejak tahun 1991.
Fisik

Keunggulan dari piringan hitam adalah bentuk fisiknya. Semuanya nyata ada di genggaman atau tersimpan dengan rapih di lemari. Bahkan bentuk fisik ini bisa memberikan keintiman sesama teman dengan mendiskusikan keseluruhan PH itu. Mulai dari desain sampul, penataan lagu, musiknya, kualitas rekaman dan berbagai hal lainnya.
Sementara bila mendengarkan layanan audio streaming, keunggulannya adalah sangat praktis. Lagu kesukaan dapat didengarkan dimana saja, hanya tinggal mencari dalam aplikasi penyedianya saja. Sayangnya lagu itu secara fisik bukanlah milik pendengarnya. Lagu itu miliki penyedia aplikasi.
Mengulang konsep

Menurut situs penelitian industri rekaman MusicWatch, hampir setengah dari pembeli PH berusia di bawah 25 tahun. Ini menunjukan bahwa setiap generasi baru memiliki pandangan tentang masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Kaum milenial menyukai konsep vintage. Mereka hendak mengulang kembali keunikan pada masa lalu yang membuat mereka tertarik untuk mengoleksinya meskipun dengan harga selangit.
Baca Juga:
Kolektor

Kolektor yang serius membantu mendorong kelahiran kembali PH. Mereka akan berburu PH langka dari rekaman-rekaman musisi atau album langka. Yang kemudian menambahkannya ke koleksi pribadi di rumah. MusicWatch mencatat 27% pembeli PH berusia 36 tahun atau lebih berusaha untuk mengoleksi PH-PH berkualitas dan mengoleksinya.
Kualitas audio

Kelebihan dari pemutar PH adalah dapat mengatur kualitas musik sesuai dengan kenyamanan pendengaran. Disinilah seninya mendengarkan musik. Selain menghabiskan waktu dan uang untuk memburu PH musisi atau album tertentu, perangkat pemutarnya termasuk yang tak pernah habis dikulik.
Namun bukan berarti audio rekaman pada PH memiliki kualitas buruk. Malahan sebaliknya kualitas audio PH jauh di atas kualitas audio digital yang terkompresi. (iel)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Lirik Lagu 'Love Song' dari Justin Bieber, Gambarkan Rasa Cinta yang Tulus kepada Sang Istri

Kembali Viral di Media Sosial! ini Lirik Lagu 'Waiting For You' dari Jay Chou

Momoland Akhirnya Kembali Lewat Single 'Rodeo', Berikut Lirik Lengkapnya

Lirik Lagu 'CRZY' dari Haechan NCT, Kisahkan Perasaan Gila Seseorang karena Cinta

Menyelami Kesedihan dan Harapan di Lirik Lagu ‘Will We Ever Be Friends Again’ Bryan Adams

Melanie Subono Hidupkan Kembali Lagu 'SATU' Superglad, Simak Lirik Lengkapnya

Chris LaRocca Buka Hati Lewat Single 'last pair of boots in town', Lagu Pemanasan Menuju EP 'dog years'

Melankolia Berkilau LANY dalam Single Terbaru ‘Last Forever', Simak Lirik Lengkapnya

Lirik Lagu 'SPEED DEMON' Justin Bieber, Single dari Album Terbarunya 'SWAG II'

Fabio Asher Persembahkan Single Romantis 'AKU BERJANJI', Ceritakan tentang Ketulusan Cinta
