Pewarna Alami Pada Tenun Aros Baduy Dalam

Zulfikar SyZulfikar Sy - Senin, 07 November 2016
Pewarna Alami Pada Tenun Aros Baduy Dalam

Kain tenun dengan pewarna alami. Ilustrasi. (Dok./pixabay.com/@SilviaStoedter/CC0/free_image)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

Festival Baduy digelar di Kadu Ketug, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Minggu (6/11). Dalam event ini, Tenun Aros khas produksi masyarakat Baduy Dalam di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mendapat perhatian tersendiri. Itu karena tenun ini menggunakan pewarna alami berbahan baku kayu-kayuan dan rempah-rempah.

"Kelebihan tenun aros itu menggunakan pewarna alami dari tanaman kawasan hutan hak ulayat masyarakat Baduy. Kami kewalahan melayani pembeli dari berbagai daerah," kata Karmaen (55 tahun), perajin, warga Baduy Dalam.

Menurut Karmaen, bahan baku pewarna dari kayu-kayuan dan rempah-rempah tertentu dan kemudian dimasak hingga mengeluarkan warna. Selanjutnya tenunan tersebut dicelupkan ke pewarna alami.

Motif warna tenun aros khas masyarakat Baduy Dalam itu hitam-hitam dan bergaris kecil putih. Kebanyakan tenun aros itu dipakai sebagai samping (kain) dan pakaian khusus masyarakat Baduy Dalam yang tinggal di perkampungan Cikeusik, Cibeo, dan Cikawartana.

"Harga tenun aros bervariasi antara Rp300 ribu sampai Rp1,2 juta per potong dengan ukuran 2X3 meter persegi," katanya.

Masyarakat Baduy Dalam tentu berbeda dengan Baduy Penamping atau Baduy Luar yang khas memakai pakaian hitam-hitam. Namun, produksi tenun Baduy Luar itu banyak motif dan warna dibandingkan tenun aros Baduy Dalam. Namun, produksi tenun Baduy Luar itu banyak motif dan warna dibandingkan tenun aros Baduy Dalam.

Amir (40), seorang perajin tenun khas Baduy Luar mengatakan saat ini produksi kain tenun masyarakat Baduy banyak diminati wisatawan domestik hingga mancanegara.

Wajar jika kain tenun Baduy kini dilirik oleh desainer dari Jakarta. Bahkan, desainer itu juga menampilkan fashion yang bahannya dari kain tenun Baduy.

"Kami berharap tenun Baduy bisa dikenal masyarakat luas sehingga memberikan pendapatan ekonomi keluarga," kata Amir.

Ia mengatakan pihaknya saat ini omzet penjualan kain tenun Baduy antara Rp13-15 juta per bulan. Mereka memasarkan produk tenun itu melalui teknologi dalam jaringan internet dan juga membuka galeri di kediamannya di Kadu Ketug, Kabupaten Lebak.

Ia merasa terbantu adanya Festival Baduy, sehingga omzet penjualan meningkat sekitar 70 persen dibandingkan hari normal. Ia meminta pemerintah terus memfasilitasi pemasaran agar produk tenun Baduy mendunia. (diy)

BACA JUGA

  1. Baduy Dalam Kepungan Zaman Kekinian
  2. UNESCO Desak Pemerintah Jadikan Seba Baduy Sebagai Warisan Budaya Dunia
  3. Minta Kolom Agama Diisi, Masyarakat Baduy Geruduk Pendopo Kabupaten Lebak

 

#Tenun Aros Baduy Dalam #Festival Baduy #Baduy Luar
Bagikan
Ditulis Oleh

Zulfikar Sy

Tukang sihir

Berita Terkait

Bagikan