Persahabatan Aing Tak akan Hancur karena Pria Sepertimu


Perjuangan mempertahankan pertemanan ditengah godaan untuk tidak bersikap egois. (Unsplash_Womanizer Toys)
BERTEPUK sebelah tangan jadi salah satu risiko yang harus dihadapi jika ingin mencintai orang lain. Namun bagai jatuh tertimpa tangga, Rara harus menerima kenyataan bahwa pria yang belakangan ini sibuk menanyakan kabarnya, nyatanya hanya menjadikannya batu loncatan untuk mendapatkan sahabatnya.
Pertanyaan sedang apa atau hanya sekedar mengingatkan untuk makan sering didapat Rara. Sederhana memang, namun berkesan baginya. Menghabiskan waktu berbicara dengan pria ini, menjadi salah satu kesenangan tersendiri bagi Rara.
Namun tanpa disadari, topik percakapan tersebut sesekali menyertakan orang lain. Bukan orang yang tak dikenal, melainkan sahabat baik Rara sendiri. "Wah pas dia tanya-tanya soal sahabatku, aku malah seneng dong, karena aku pikir berarti dia tau banget soal aku," ujar Rara.
Rara kembali meraih ponsel pintarnya dan membuka kembali percakapan tersebut. Setelahnya Rara baru menyadari, percakapan keduanya memang lebih didominasi dengan topik yang menyangkut sahabat Rara, dan bukan dirinya.
Rara bertekad untuk menghapus seluruh percakapannya dengan pria tersebut, yang telah berlangsung selama empat bulan lamanya. Hal ini dianggap Rara mampu membuatnya melupakan pria ini. Sebab Rara mengetahui sahabatnya juga menyimpan rasa yang sama terhadap pria ini.
Rasa ingin menjauh dengan sang sahabat tentu terlintas di benaknya. Namun di satu sisi, Rara tak rela jika persahabatannya yang telah dijalin sejak dirinya duduk di bangku sekolah menengah, harus hancur begitu saja. "Aku sama dia itu sahabatan itu udah sekitar sembilan tahun, dari SMP gitu kan soalnya. Gak rela kalau harus hancur karena cowok itu," ucap Rara.
Tak ingin munafik, membayangkan pria tersebut bersama dengan sahabatnya saja berat. Namun Rara tak ingin merusak kebahagiaan sang sahabat. Oleh karena itu, Rara memilih untuk menutup rapat-rapat hal ini.
Perasaan Rara semakin tak karuan saat menerima telepon dari sahabatnya. "Ra, dia nembak gue," kata teman Rara kepadanya. Rara sebenarnya sudah mengetahui hari ini akan datang, namun Rara tetap merasa tetap tidak siap mendengarnya.
Perasaan Rara semakin tidak karuan saat sahabatnya menjelaskan bahwa dirinya menolak pria itu. Rara tak tau dirinya harus senang atau malah sedih, sebab dirinya mengetahui bahwa sahabatnya juga menaruh rasa dengan pria tersebut.
Rara memberanikan diri untuk menanyakan alasan di balik pilihan sahabatnya. Semakin terkejut, alasan di balik pilihan sahabatnya dilandasi karena dirinya mengetahui bahwa pria tersebut hanya memanfaatkan Rara untuk bisa mendekatinya.
Merasa perasaan Rara sangat terluka akan hal tersebut, sahabatnya memilih untuk menjauh dan menolak pria tersebut. Terdapat satu percakapan antara Rara dan sahabatnya yang paling membekas menurutnya. "Cowok itu banyak, tapi susah buat nyari yang mau nemenin gue untuk berproses kayak lu. Sedangkan dia ngeliat gue udah dengan versi yang paling baik sekarang."
Jika mengingat kembali hal tersebut, Rara bersyukur dapat tetap menjalin persahabatannya. Sebab tak jarang, sebuah persahabatan dapat hancur karena bersaing untuk mendapatkan satu pria yang sama. Ego yang sama-sama tinggi, membuat persahabatan yang telah terjalin sirna begitu saja.
Namun Rara bersyukur, hal ini tidak terjadi pada persahabatannya. Sebaliknya, hubungan keduanya semakin erat walaupun jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Bahkan tak jarang, pria tersebut justru menjadi bahan pembicaraan dan lelucon keduanya saat sedang bertemu.
"Cowok itu sekarang malahan jadi bahan candaan kita gitu kalau lagi ngobrol. Aku juga malah mau bilang makasih ke cowok itu, karena udah buat memori indah di persahabatanku," tutup Rara. (cit)