Pengungsi Iran, Inspirasi 'The Terminal', Meninggal di Bandara Paris


Mehran Karimi Nasseri merupakan inspirasi di balik film 'Terminal' (Foto: zenfs.com)
MEHRAN Karimi Nasseri telah tinggal selama 18 tahun di bandara Charles de Gaulle, Paris. Kisah hidup laki-laki Iran itu menginspirasi film Steven Spielberg, The Terminal (2004).
Sekitar tengah hari, Sabtu (12/11), kisah hidup Karimi Nasseri berakhir. Pejabat otoritas bandara Paris mengatakan pengungsi Iran itu meninggal setelah serangan jantung di Terminal 2F bandara tersebut. Polisi dan tim medis telah berusaha merawat, tetapi tidak dapat menyelamatkannya.
BACA JUGA:
‘Black Panther: Wakanda Forever’ Merangsek ke Puncak Box Office AS
Karimi Nasseri, yang mengaku sebagai orang Inggris, diyakini lahir pada 1945 di Provinsi Khuzestan, Iran. Ia tinggal di Terminal 1 Bandara Charles de Gaulle dari tahun 1988 hingga 2006. Penyebab pertama ia tinggal di sana ialah ketidakpastian hukum karena ia tidak memiliki surat izin tinggal dan kemudian karena pilihan.
Setelah tinggal di bandara, ia menghabiskan beberapa waktu di rumah sakit untuk operasi. Kemudian, uang hak film yang ia terima membuatnya dapat membayar kamar di sebuah hotel di dekat bandara.
Setelah itu, dia kemudian tinggal di tempat penampungan bagi para tunawisma. Dalam beberapa minggu terakhir, Karimi Nasseri telah kembali tinggal di bandara. Demikian keterangan yang disampaikan petugas bandara.
Kisah hidup inspiratif

Kisahnya mengilhami sebuah opera Prancis pada 1993 oleh komposer Jonathan Dove. Sutradara Steven Spielberg membuat The Terminal, yang dibintangi Tom Hanks dan Catherine Zeta-Jones, dari kisah Karimi Nasseri.
Meskipun perusahaan produksi dilaporkan membayar Nasseri untuk hak atas ceritanya, dia tidak disebutkan dalam film atau materi publikasi resmi apa pun. Sebuah autobiografi, ditulis ghost writer Inggris Andrew Donkin, diterbitkan pada 2004.
Menurut catatan resmi hidupnya yang kemudian ia debat sendiri, Nasseri lahir di selatan Iran yang kaya minyak. Ia punya lima saudara lainnya dari ayah seorang dokter yang bekerja untuk Anglo-Iranian Oil Company.
Saat berusia 23 tahun, tak lama setelah ayahnya meninggal karena kanker, ibunya memberi tahu bahwa ia bukan ibu kandungnya dan bahwa kelahirannya merupakan hasil perselingkuhan antara ayahnya dan seorang perawat Skotlandia.
Sebelum dikirim ke Inggris, ia menghabiskan tiga tahun mempelajari Studi Yugoslavia di Universitas Bradford dan berpartisipasi dalam aksi menentang Shah, gelar kerajaan yang secara historis digunakan tokoh-tokoh monarki Iran. Keterlibatannya dalam aksi tersebut menjadi alasan paspornya ditarik ketika kembali ke Teheran.
Setelah diberikan status pengungsi oleh Belgia pada 1981, ia mencoba melakukan perjalanan ke Inggris untuk menemukan ibu kandungnya, yang ia yakini tinggal di Glasgow. Dia membuang surat-surat identitasnya di atas kapal yang menuju Inggris dengan keyakinan bahwa dia tidak akan lagi membutuhkannya. Namun, ia jatuh ke dalam ketidakpastian tanpa kewarganegaraan.
Berulang kali ditahan setibanya di Inggris, Nasseri dikirim kembali ke Belgia atau Prancis. Akhirnya, dia menyerah dan menetap di Bandara Charles de Gaulle pada Agustus 1988. Pada 1992, pengadilan Prancis memutuskan bahwa Nasseri telah memasuki bandara secara legal sebagai pengungsi dan tidak bisa diusir.
BACA JUGA:
Memilih tanpa kewarganegaraan

Setelah ceritanya menjadi terkenal selama bertahun-tahun, Nasseri ditawari kewarganegaraan pertama oleh Belgia dan kemudian Prancis. Namun, ia menolak dokumen tersebut karena tidak ditujukan kepadanya.
Dia kemudian meninggalkan identitas Iran dan mengklaim bahwa dia merupakan warga negara Inggris yang lahir di Swedia. Dia menolak untuk menandatangani namanya selain sebagai Sir Alfred Mehran, nama yang muncul di salah satu surat korespondensinya dengan otoritas Inggris.
Di Charles de Gaulle, dia dilaporkan menghabiskan sebagian besar waktunya di bangku merah di lantai bawah terminal 1, menolak sumbangan dan hadiah selain voucer makan sesekali dari staf bandara.
Saat ditanya seorang jurnalis pada 2003 apakah dia merasa marah karena kehilangan 15 tahun hidupnya di terminal bandara, dia menjawab, “Tidak marah. Aku hanya ingin tahu siapa orangtuaku.”(aru)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
'What’s Up with Secretary Kim' Diadaptasi Jadi Film Versi Indonesia, Intip Sinopisis hingga Deretan Pemainnya

Lagu 'Tentang Seseorang' Kembali Populer setelah Dinyanyikan El Putra Sarira untuk OST 'Rangga & Cinta', Simak Lirik Lengkapnya

'Predator: Badlands' Tayang November 2025, Ketika Pemburu Alien dan Android Bekerja Sama untuk Bertahan Hidup

Oktober 2025 Jadi Bulan Paling Horor, Intip 8 Film Indonesia yang Siap Bikin Merinding di Bioskop

'Tron: Ares' Tayang 8 Oktober 2025 di Indonesia, Hidupkan Kembali Dunia Fiksi Digital karya Steven Lisberger

Film 'Tumbal Darah' Siap Teror Layar Lebar 23 Oktober 2025, Angkat Tema Pesugihan dan Keluarga

Dwayne Johnson Tampil Total di 'The Smashing Machine', Kisah Pahit di Balik Ketenaran Petarung UFC

Final Destination: Bloodlines Raup Rp 5,2 Triliun, Michiel Blanchart Siap Hadirkan 'Teror Baru'

PFN Hadirkan Film Menuju Pelaminan Angkat Kisah Romansa Budaya Jawa dan Minang

Film 'Legenda Kelam Malin Kundang', Tafsir Horor Modern dari Folklore Ikonik Indonesia
