Penggunaan Antibiotik Sebabkan Kecacatan


Penggunaan abtibiotik secara sembarangan bisa berujung kecacatan dan kematian. (foto: pixabay/val-gb)
KESADARAN masyarakat dalam menerapkan pola hidup sehat meningkat, tapi kesadaran untuk menggunakan obat antibiotik dengan bijaksana masih sangat kurang. Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan 86,1% masyarakat Indonesia menyimpan antibiotik yang diperoleh tanpa resep. Itu menunjukkan penggunaan antibiotik yang tidak rasional pada masyarakat begitu tinggi. Padahal, penggunaan antiobiotik secara sembarangan dengan dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi antiobiotik.
Resistensi antibiotik menyebabkan bakteri resisten dengan cepat dan tidak dapat lagi dimatikan dengan antibiotik. Hal itu tentu saja mengancam kemampuan tubuh dalam melawan penyakit infeksi. Berbagai ragam penyakit pun akan sulit disembuhkan. Dampaknya ialah kecacatan dan kematian.
BACA JUGA: Susu vs Yogurt, Manakah yang Lebih Sehat?
Resistensi antibiotik merupakan salah satu ancaman bagi kesehatan global. Menurut data World Health Organization, kematian yang disebabkan resistensi antibiotik mencapai 700 ribu jiwa. Jika tidak ada tindakan, jumlah itu akan meningkat hingga 10 juta kematian di 2050.
Supaya bisa dikendalikan, kasus resistensi antibiotik menjadi prioritas kesehatan WHO, pemerintah terkait, dan pihak terkait sehingga terbentuklah Program Pengendalian Resistensi Antibiotik di tingkat fasilitas layanan kesehatan.

Rumah Sakit Universitas Indonesia bekerja sama dengan World Health Organization, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Pertanian untuk mengontrol hal tersebut. Direktur Umum RS Universitas Indonesia, Dr dr Budiman Bela, SpMK (K) menyarankan setiap rumah sakit di Indonesia perlu mengembangkan dan mengimplementasikan program penggunaan antibiotik yang bijak. "Kami harap semua rumah sakit dapat mengimplementasikan mengembangkan Program Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA) di lingkungan masing-masing," jelasnya.
Ia menilai, dengan mengikuti semua tahapan di PPRA, setiap rumah sakit mampu mengendalikan penggunaan antibiotik yang tidak wajar di sekitar lingkungannya. Semakin banyak rumah sakit yang peduli akan hal tersebut, semakin luas pula keterjangkauan masyarakat akan penggunaan dosis antibiotik. "Sebagai bagian dari academic health system, Universitas Indonesia bekerjasama dengan PPRA RSUI mengusulkan diadakannya penelitian bersama fasilitas layanan kesehatan supaya lebih banyak pihak yang mendapatkan informasi tentang penggunaan antibiotik, pola mikroba, dan resistensi," lanjutnya.(avia)