Pengamat: Pemberian Sanksi Harus Pertimbangkan Latar Belakang Mengemis


Kakek Suaedi (Foto Facebook)
MerahPutih, Nasional-Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Devie Rachmawati mendukung wacana penertiban pengemis. Namun, penanganannya harus mempertimbangkan latar belakang si pengemis melakoni pekerjaan tersebut.
Terungkapnya aksi penipuan kakek Suaedi, 75, bisa menjadi pintu masuk bagi Pemerintah untuk mempertegas sanksi bagi pengemis. Penanganan pengemis harus memperhatikan faktor pemicu menjadi pengemis.
Devie mengatakan pengemis adalah masalah sosial yang terjadi di mana-mana. Bahkan, di negara yang tingkat ekonominya mapan, seperti Singapura dan Australia.
"Tapi, di sana ada aturan hukum yang tegas," kata Devie saat dihubungi Rabu (17/6).
Menurutnya faktor pendorong seseorang mengemis ada beberapa macam, namun faktor utamanya adalah sifat malas. Faktor ekonomi dan sulitnya mendapat pekerjaan, membuat mengemis bisa menjadi pekerjaan bagi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Namun, mengemis hanya menjadi pekerjaan sementara bagi mereka.
Devie menambahkan penanganan pengemis harus mempertimbangkan latar belakang atau faktor pemicu tersebut.
Untuk kasus seperti Suaedi, dapat dikategorikan penipuan sehingga bisa menggunakan pasal-pasal di dalam hukum pidana. Menurut Devie, tanpa sanksi tegas, pengemis akan tumbuh menjadi penyakit sosial.
"Biasanya akan diikuti oleh orang lain. Mereka akan tergiur mendapat uang banyak dengan cara mudah. Tapi, sejauh ini hanya menarik pelaku orang dewasa. Pengemis anak-anak biasanya hanya korban eksploitasi," terang peneliti senior Prapancha Research itu.
Bermula dari postingan Netizen di sebuah media sosial, kabar mengenai Suaedi, pria malang yang gigih mencari uang, langsung merebak. Simpati masyarakat mengalir kepada Suaedi. Namun, Dinas Sosial Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur membongkar kebohongan Suaedi.
Dengan berpakaian badut Winnie the Pooh, Suaedi berpura-pura sakit stroke dan mengaku hidup sebatang kara. Pria asal Mojokerto, Jawa Timur ini berharap belas kasihan dari orang yang lalu lalang di depan Lippo Mall di Sidoarjo. Dari pekerjaan tersebut, Suhaedi bisa mengantongi pendapatan Rp500 ribu per hari. Dengan penghasilan tersebut, Suaedi mampu membangun rumah mewah dan memiliki tujuh istri.
Baca Juga:
Model Hot di Tiongkok Jadi Pengemis
7 Negara Dengan Pengemis Terkaya di Dunia
Terminal Masih Jadi Tempat Favorit Pengemis di Kramat Jati