Pengalaman Pahit Mochtar Riady Saat Berjudi
Noer Ardiansjah - Selasa, 26 Januari 2016
Pendiri Lippo Group Mochtar Riady (tengah). (Foto: lippokarawaci.co.id)
MerahPutih Peristiwa - Perjalanan karir seorang konglomerat Indonesia Mochtar Riady tak semudah yang dibayangkan. Banyak rintangan yang harus dihadapi oleh pendiri Lippo Group ini.
Pria yang lahir pada tanggal 12 Mei 1929 ini dibesarkan dari keluarga sederhana di Kota Malang, Jawa Timur. Pada umur sembilan tahun, Mochtar ditinggal oleh ibunya yang saat itu meninggal setelah melahirkan sang adik.
Beruntungnya, Mochtar memiliki ayah bernama Li A Pi yang penuh tanggung jawab dan selalu mendidiknya. Ia diajarkan untuk berlaku jujur dan bekerja keras jika ingin mendapatkan sesuatu.
"Memang pengaruh dari ayah saya sangat besar. Dia adalah seorang ayah yang paling bertanggung jawab. Dia tidak pernah melalaikan saya. Saya diajak cari uang harus pakai keringat," ucap Mochtar saat peluncuran buku autobiografinya yang berjudul "Manusia Ide" di Jakarta Pusat, Selasa (26/1).
Kehidupannya bersama sang ayah pun berjalan singkat. Saat Mochtar berumur 11 tahun, ayahnya ditangkap oleh tertara Jepang karena dianggap ingin melakukan perlawanan.
Di masa yang sulit tersebut, Mochtar terhasut untuk bermain judi oleh tiga orang sekampung yang usianya lebih tua sepuluh tahun. Hingga akhirnya Mochtar ketagihan bermain judi siang dan malam.
Karena judi tersebut, ia mengalami kekalahan yang cukup banyak. Bukan hanya menghabiskan perhiasan dan simpanan uang ayahnya, ia juga berhutang dengan jumlah yang cukup besar hingga Mochtar terpaksa kabur dari rumah selama dua hari untuk menghindari penagihan.
"Saya bilang ke mereka kalau kekalahan saya sebelumnya adalah permainan curang. Saya mengancam mereka untuk melaporkan ke polisi," kenangnya.
Pengalaman pahit dalam bermain judi tersebut membuatnya kapok. Bahkan hingga menjadi seorang pengusaha besar, Mochtar mengaku tidak pernah bermain judi atau berspekulasi.
"Di situ saya mendapat pengalaman kalau judi itu begitu jahat. Sampai sekarang saya tidak berani berjudi. Pas saya berbisnis, berapekulasi pun tidak berani karena tidak benar," tuturnya. (yni)
BACA JUGA:
Bagikan
