Pencarian Google untuk 'ChatGPT' 20 Kali Lebih Tinggi Dibandingkan AI Lainnya, Gemini Tertinggal Jauh
ChatGPT meraih 210 juta pencarian, sedangkan AI lainnya berbagi 10 juta pencarian di Google di seluruh dunia. (Foto: Freepik)
MerahPutih.com - Meskipun banyak platform akal imitasi/artificial intelligence (AI) besar bermunculan sejak 2022, ChatGPT tetap menjadi large language model (LLM) paling populer di pasaran.
Menurut penelitian Finbold, volume pencarian global untuk ChatGPT lebih dari dua puluh kali lipat dibandingkan pesaing terbesarnya, Gemini dari Alphabet (GOOGL).
ChatGPT meraih 210 juta pencarian, sedangkan AI lainnya berbagi 10 juta pencarian di Google di seluruh dunia.
Selain itu, volume pencarian individual untuk platform OpenAI, perusahaan pengembang ChatGPT, di India sebanyak 37 juta pencarian dan di AS 26 juta pencarian. Lebih besar daripada pencarian untuk Gemini, AI kedua yang paling banyak dicari di dunia.
"Sejauh ini, Meta AI mungkin menjadi yang paling merugi sepanajng 2024 karena, meskipun memiliki sekitar 600 juta pengguna pada 2023, volume pencariannya pada Januari 2025 hanya mencapai 590.000," tulis homeofdirectcommerce.com (23/1).
Baca juga:
Penerapan Teknologi Artificial Intelligence (AI) Urai Kemacetan Jakarta
Jumlah itu hanya sedikit lebih baik daripada platform 'terkecil' yang tersedia, Grok dari xAI.
Meskipun minat publik meningkat, AI masih jadi sumber perdebatan tak henti terkait soal batasan etika, profesional, dan hak cipta.
Di satu sisi, berbagai studi tahun 2024 menunjukkan tingkat adopsi yang lebih tinggi dan skeptisisme yang lebih rendah dibandingkan tahun 2023.
Namun di sisi lain, banyak yang tetap kritis terhadap kecerdasan buatan karena kemungkinannya menggeser manusia dari pekerjaan dan berbagai kesalahan dalam operasinya.
Baca juga:
OneRepublic Lepas Album 'Artificial Paradise', Bicara Soal Kecerdasan Buatan
Contoh paling lucu dari kesalahan AI pada tahun 2024 adalah ketika satu model merekomendasikan lem sebagai bahan untuk pizza.
Seperti yang ditunjukkan Andreja Stojanovic, salah satu peneliti AI.
“Perkembangan ini telah diterima oleh perusahaan yang mengembangkan, memperbarui, atau menerapkan berbagai produk AI, dan para investor, setidaknya secara kasat mata, antusias terhadap tren ini," kata Stojanovic.
Kritik bahwa versi AI saat ini bukanlah kecerdasan buatan yang sesungguhnya, tetap banyak, seperti halnya kesalahan yang berasal dari penerapan teknologi ini.
Tak dapat disangkal bahwa AI telah banyak membawa manfaat dalam pertumbuhan industri. Sekarang tinggal bagaimana manusia menyesuaikan diri. (dru)
Baca juga:
Kelemahan dan Tantangan Artificial Intelligence di Masa Depan
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Samsung Bakal Gelar 'The First Look' Jelang CES 2026, Galaxy Z TriFold Segera Unjuk Gigi?
Zentara Rilis Solusi Keamanan Siber Berbasis AI, Perkuat Kemandirian Teknologi Indonesia
Desain Motorola Edge 70 Ultra Terungkap, Siap Bikin Gebrakan Lewat Tombol Khusus AI!
Vivo S50 Pro Mini Muncul di Geekbench, Bawa Chipset Snapdragon 8 Gen 5?
Huawei Pura X2 Meluncur 2026, Kemungkinan Pakai Chipset Kirin 9030
Bocoran Vivo X300 Ultra: Bawa Snapdragon 8 Elite Gen 5 dan Baterai 7.000 mAh
Galaxy Z TriFold Resmi Meluncur 12 Desember di Korea Selatan, ini Spesifikasi dan Harganya
Samsung Luncurkan Galaxy Z TriFold 12 Desember, hanya untuk Pasar Korea di Penjualan Perdana
OPPO Find N6 Sudah Masuk Uji Coba di India, Siap Meluncur dalam Waktu Dekat!
Kamera Samsung Galaxy S27 Ultra Dinilai Mengecewakan, tak Banyak Perubahan?