Pemuda "Zaman Now" Harus Ingat Pengorbanan Menyatukan Bangsa Indonesia

Guru Besar Fakultas Psikologi UI Prof Hamdi Muluk (Foto Ist)
MerahPutih.com - Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Hamdi Muluk, M.Si mengatakan saat ini masih ada yang mengungkit-ungkit masalah pribumi dan nonpribumi, penduduk lokal dan tidak lokal, gubernur muslim dan gubernur nonmuslim. Hal itu hanya membuat bangsa ini menjadi terpecah belah.
“Itu biasanya politisi atau orang-orang yang punya ideologi-ideologi yang tidak suka dengan Indonesia. Termasuk lah kaum-kaum radikal yang ingin mendirikan negara khilafah dan segala macam. Harusnya persoalan-persoalan bahwa kita ini plural, kita ini beda keagamaan, beda budaya dan sebagainya harusnya sudah selesai,” katanya di Jakarta, Jumat (3/11).
Menurutnya, hal tersebut bisa terjadi karena penyakit anak muda sekarang biasanya sangat mudah diiming-iming oleh kelompok yang ingin mengganti ideologi bangsa ini karena kelompok tersebut dapatg membaca situasi atau kekurangan yang ada di negeri ini.
“Kelompok tersebut menghasut dengan manajemen negara kita gagal karena adanya korupsi, banyak ketidakadilan dan sebagainya. Itu dijadikan alasan oleh kelompok kelompok tersebut untuk mendirikan negara khilafah. Sehingga sebagian anak muda kita begitu percaya dan berpikiran ‘negara ini nggak beaer ya formatnya’. Itu yang terjadi dan harus diwaspadai,” kata Hamdi.
Selain itu menurutnya, sudah ada sebagian dari anak-anak muda bangsa sekarang ini sudah menganggap masalah ideologi bangsa kita ini sudah final sehingga sebagian anak-anak muda itu tidak mau isu-isu itu digeret-geret yang sengaja dihembuskan oleh kelompok-kelompok radikal.
“Karena buat anak muda yang sudah mengerti ini sudah bisa kok mengisi kemerdekaan ini dan mereka mikirnya seperti ekonomi kreatif, bikin karya yang lebih konkrit, bikin kesenian, olahraga, pendidikan dan ada yang sudah berpikir gimana kita bisa kirim manusia pergi ke bulan. Pemuda-pemuda seperti itu bisa diperbanyak lagi,” katanya.
Hamdi mengungkapkan, menurut hasil survei 80 persen anak muda sudah tidak masalah dengan NKRI dan Pancasila. Hanya 20 persen yang menganggap Pancasila sudah tidak relevan.
“Mereka setuju dengan ideologi ini. Tapi, yang 20 persen ini yang perlu diwaspadai agar tidak mempengaruhi yang 80 persen menjadi radikal,” ucapnya.
Hamdi mengatakan pengorbanan para pejuang dan pendiri bangsa membentuk negara ini sangat besar. Menurutnya, sangat disayangkan jika bangsa ini terpecah belah.
“Mahal sekali ongkosnya kalau generasi muda ini berfikir mengganti negara dengan khilafah selain ideologi selain Pancasila," ujarnya.
Pemuda zaman sekarang harus bisa mencontoh pemuda zaman dahulu sebelum Indonesia merdeka.
“Mau apapun sukunya, apapun agamanya semuanya bisa bersatu bahu membahu dan berkorban demi kemajuan bangsa. Kita jangan mau kalah dengan bangsa lain. Itu yang harus disadari anak muda sekarang,” katanya mengakhiri. (*)