Perjuangan Pemuda yang Suka Dance Cover
Baginya percaya diri adalah kunci. (Foto: Instagram/@atw0215)
SEBAGAI pria yang suka menari, Albert Tanuwijaya pernah mendapatkan hujatan dari orang sekitarnya. "Cowok masa modern dance," begitu komentar seorang pria yang menyaksikan penampilan Albert.
Terkadang, dance atau tarian dipandang hanya dapat dilakukan oleh perempuan saja. Padahal, dance memiliki banyak varian dan tak semua gerakan itu feminim. Dance itu sebuah hobi yang tak memandang gender.
Untuk tampil pun, biasanya menggunakan makeup atau riasan yang memperlihatkan konsep atau tema dari dance itu. Penampilan juga penting lho dalam dance.
Biasanya, seorang pria yang menggunakan makeup akan dihujat oleh netizen. Dapat dilihat contohnya seperti boyband Korea yang tengah mendunia sekarang, masih banyak orang-orang yang menghujat mereka karena dance maupun riasan mereka.
Albert, yang kini berusia 20 tahun sudah menyukai dance sejak dirinya duduk dibangku SD kelas 5. "Pas kelas 3 SMP, SMA, kuliah. Awal kuliah itu kayak lebih mendalami lagi. Mulai suka banget sama dance cover," jelasnya. Ia mengaku pertama kali menari dengan latar lagu Super Junior Mr. Simple untuk sekadar iseng.
Albert bercerita melewati masa SMP dengan kegemarannya menari cukup sulit. Hampir tidak ada siswa laki-laki yang menjadi anggota ekskul dance. "Pernah, tepatnya waktu SMP. (Ekskul) modern dance itu cowoknya cuma tiga dan bahkan nurun jadi dua dan bahkan nurun jadi satu. Akhirnya sisa aku doang."
Tentu sebagai satu-satunya siswa laki-laki di ekskul dance sekolahnya, Albert semakin sering mendapatkan cibiran. "Diledekin banci juga pernah ya," ungkap Albert.
Namun, bagi Albert, hal itu mungkin berasal dari faktor pelatihnya yang bisa dibilang cenderung feminim. Gerakan-gerakan yang diajarkan juga lebih feminim, sehingga ia harus meminta pelatihnya untuk memberikan gerakan khusus pria.
“Karena waktu itu juga aku gak sepede itu kalau nari yang feminim. Akhirnya dilihat temen cowok-cowonya, akhirnya ya diledekin gitu," tambah Albert. Semua hujatan yang didengar oleh Albert sempat membuatnya sakit hati.
"Sempet sakit hati sedikit. Kayak gimana ya, aku emang mungkin karena tipe orang yang gak dendam lama-lama, gak sakit hati lama-lama. Ya paling sempet sakit hati atau downnya paling ya gak nyampe sehari malah," ungkap Albert.
Hanya butuh beberapa menit bagi Albert untuk melupakannya. Segala aktivitas tari menari tetap dilanjutkannya, seolah hujatan itu tak berarti baginya. Albert tetap melakukan apa yang ia suka.
"Pede aja sih, karena aku pribadi tidak menemukan kesalahan dalam menari gitu ya. Dalam menyalurkan hobiku dalam dance itu sama sekali aku gak melihat kesalahan."
Orang tuanya selama ini mengajarkan Albert untuk tetap menjalani hobinya itu. Selama itu membuatnya nyaman dan tak merugikan orang lain dukungan kedua orang tua tetap ia dapatkan. Hal ini juga yang membuat Albert bertahan dan konsisten menjalani hobinya.
Entah itu gerakan dari boyband atau girlband, secara pribadi Albert tetap merasa percaya diri. ”Jujur aku pribadi, pede-pede aja sih dan keliatan juga gerakan feminimnya cowo tuh segimana enaknya, bagusnya kayak keliatan gitu lho. Jadi masih bisa dibagi ‘oh ini gerakan cowo, oh ini gerakan cewe’ gitu lho. Ada juga gerakan yang cocok untuk dua-duanya seperti itu,” jelasnya.
Pendalamannya dalam hobi dancenya ini juga memberikannya prestasi-prestasi yang membanggakan. Saat duduk di bangku kelas 2 SMA, Albert pernah memenangkan penghargaan kecil ketika berkompetisi di salah satu kampus Bogor. Ia meraih juara tiga.
“Kalau untuk prestasi-prestasi selanjutnya, paling prestasi internal ya waktu itu sama UKM atau ekskulnya kampus, waktu sempet meraih juara dua sama temen-temen di dalam satu UKM itu dan ya cukup seneng sih bisa tampil juga," paparnya. (mic)