Peluru Terakhir bukan untuk Peltu Tatang Koswara


Tatang Koswara saat live di Hitam Putih, Trans7. (Foto: Trans7)
MerahPutih Nasional- Kepergian seorang sniper terbaik dunia asal Indonesia, Tatang Koswara (68), pada hari Selasa (3/3), menyisakan duka. Duka yang mendalam ini tidak hanya bagi kerabat maupun keluarga yang ditinggalkan.
Dari berbagai kisah yang ditorehkan oleh Tatang sepanjang karirnya sebagai prajurit tempur, kisah bidikan dan picu senapan Tatang saat operasi militer di Timor Timur yang kini menjadi Republik Demokratik Timor Leste membuat Tatang dikenal oleh publik. Namanya terus meroket.
Seperti dituturkan Tatang saat dirinya tampil sebagai bintang tamu di acara Talkshow HitamPutih, Tatang mengisahkan saat dirinya mendapat perintah dari atasannya untuk menghabisi komandan lawan dalam sebuah operasi militer tahun 1975 di Timor Timur
Tatang yang kala itu berpangkat Sersan menuturkan dirinya pernah tertimpa naas. Ia tertembak pihak lawan saat sedang mengintai musuh. Tatang kala itu bertugas sebagai penembak runduk atau dikenal dengan istilah sniper.
"Saya seorang diri mengintai posisi musuh pukul 22.00 malam. Saat itu, saya mengamati posisi musuh dengan teropong malam untuk memberikan informasi pada pasukan yang akan menyerang keesokan harinya," ujar Tatang saat tampil di acara 'Hitam Putih' kemarin.
Tatang melanjutkan saat dirinya menyusup ke daerah lawan, ia menemukan markas musuh. Ia mendekat dan berhenti pada jarak sekitar 300 meter. Dari hasil pengintaian yang dilakukannya dengan seksama, Tatang pun melihat ada seorang komandan sayap militer Partai Fretilin, Falintil, menjadi target atas perintah atasannya.
Ia pun mulai membidik sang komandan Falintil tersebut. Ia tidak langsung menembak. Dengan sabarnya ia menunggu saat yang tepat untuk menghabisi target yang diperintahkan oleh atasannya tersebut.
"Saya sudah bidik dia dari malam. Tapi sniper itu beda dengan pasukan biasa. Harus sabar, harus cermat dan hati-hati," ujar Tatang.
Ketika targetnya mulai bergerak menjauh dari induk pasukan. Tatang pun berpikir hal itu kesempatan terbaik buat menghabisi musuh. Tatang menarik picu senapan. Sebutir peluru pun melesat dan mengenai sasaran. Sang komandan Falintil roboh tak bernyawa. Tugas dan perintah atasannya pun selesai ia kerjakan. Dan, ia pun mulai bergegas meninggalkan lokasi. (Baca: Usai Berbagi Pengalaman Hidup, Tatang Koswara Wafat)
Namun, rupanya sejumlah pasukan Fretilin melihat peristiwa itu. Naas pun tak dapat ditolak. Mereka langsung mengarahkan senapan dan menghujani tembakan ke arah lokasi Tatang bersembunyi.
Tembakan membabibuta dari pihak lawan akhirnya melukai Tatang.
"Saya tidak tertembak langsung. Peluru dari pihak lawan itu memantul kena kayu dan mengenai kaki saya. Awalnya tidak sakit, tapi terus mengeluarkan darah," ujar Tatang.
Menyadari luka akibat tembakan dari pihak lawan yang terus mengeluarkan darah dan akan meninggalkan jejak. Tatang pun langsung mengambil jalan pintas. Ia melakukan operasi darurat terhadap lukanya dengan peralatan seadanya, sebuah gunting kuku.
Dengan menggunakan gunting kuku Tatang pun mengorek luka serpihan peluru di tengah hujan peluru yang diselesaikan dari pasukan Fretelin yang kehilangan komandannya.
"Saya pakai gunting kuku," kata Peltu Tatang kepada Deddy Corbuzier pemandu acara Hitam Putih.
Saat talkshow 'Hitam Putih' kemarin, Tatang pun menuturkan dirinya membawa 50 peluru dalam setiap tugas. 49 pelor dihabiskan buat menewaskan musuh, termasuk duel dengan sniper lawan. Sisanya sebutir peluru sengaja selalu disimpan oleh Tatang.
Menurut Tatang setiap sniper atau penembak runduk diajarkan menembak diri sendiri daripada tertangkap musuh dan disiksa buat diinterogasi untuk menggali informasi.
Sebutir peluru yang disimpan Tatang adalah bentuk kepatuhan atas doktrin prajurit yang diterimanya.
"itu sesuai apa yang diajarkan kepada saya, peluru terakhir itu digunakan untuk diri saya sendiri. Daripada saya jatuh ke tangan musuh, lebih baik menembak diri sendiri," sebut Tatang saat tampil di acara 'Hitam Putih' kemarin.
Lebih jauh Tatang juga mengatakan, bahwa sniper juga diwajibkan menghancurkan senjata miliknya dan memecahkan teleskop bidik bila sudah terkepung.
"Senjata itu sangat akurat. Tak boleh sampai jatuh ke tangan musuh, harus dihancurkan," pungkas Peltu Tatang Koswara.
Tatang tak pernah menggunakan butir peluru terakhir selama menjalani tugas sebagai sniper. Ia tetap bertugas hingga memasuki masa pensiun pada kesatuan TNI AD.
Usai talkshow 'Hitam Putih' yang disiarkan Trans 7 kemarin, Peltu Tatang Koswara sempat pingsan. Tatang sempat dibawa ke RS Medistra Jakarta. Namun akhirnya ia menghembuskan nafas terakhir. Ia meninggal dunia akibat serangan Jantung. Selamat Jalan Peltu Tatang Koswara. (man)