PBNU Ingatkan Umat Tidak Gunakan Ayat Qur'an Untuk Menyerang


Logo PBNU
Rais Syuriah PBNU K.H. Ahmad Ishomuddin menilai menjelang Pilkada serentak 2017, kampanye hitam akan semakin banyak bermunculan. Selain itu, ada juga kampanye yang mengangkat citra dan pamor calon.
"Saat kampanye berlangsung kita justru melihat kenaikkan citra dan pamor si calon. Bahkan ada pula saling menyerang berupa black propaganda maka seorang calon akan menyerang kehormatan, melecehkan orang lain, menjelaskan kesalahan orang lain dengan tujuan agar orang lain jatuh, citranya buruk," ujar Ahmad saat ditemui di Media Gathering Bawaslu, di kawasan di Jakarta Pusat, Kamis (13/10).
Ahmad menegaskan seharusnya pasangan calon fokus pada program supaya Jakarta lebih maju.
"Hal ini juga menjadi tanggung jawab kita semua. Media itu salah satu pilar demokrasi. Media itu harusnya jangan bisa dibeli. Tidak boleh media menjadi alat untuk menjelekkan, memojokkan lawan politik. Netral sama sekali tidak mungkin. Tapi media harus berhati-hati untuk menyampaikan, jangan sampai menjadi tidak amannya Jakarta," jelasnya.
Jakarta yang merupakan ibukota, seharusnya menjadi contoh bagi daerah. Oleh sebab itu, tidak boleh ada kampanye yang menyeret SARA atau penghinaan terhadap salah satu kandidat.
"Hendaknya setiap ucapan dalam agama yang kita anut, akan membawa konsekuensi dunia dan akhirat. Sentimen identitas, jangan jadi bahan untuk menggagalkan pilkada di DKI. Adapaun persoalan memilih, wajar saja kalau ada calon orang jawa, kemudian dipilih orang jawa, itu wajar," tuturnya.
Lebih lanjut, terkait isu hangat penistaan Al-quran oleh Ahok, Ahmad mengingatkan bagi selurug umat Islam untuk tidak menggunakan ayat Qur'an guna menyerang.
"Saya mengingatkan agar umat Islam jangan menggunakan ayat Qur'an dan hadis nabi untuk menyerang. Menggunakan ayat Qur'an untuk mencari jabatan," tandasnya. (Abi)