Pakar Nilai Menteri Baru Harus Berhati-hati dalam Berkomunikasi dan Fokus Pada Program 'Quick Wins'
Presiden Prabowo Subianto melakukan perombakan kabinet di lima kementerian penting dan melantik pejabat untuk satu kementerian baru (Tangkapan layar youtube)
Merahputih.com - Pakar Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Tunjung Sulaksono, memberikan pandangannya terkait para menteri baru hasil perombakan kabinet Presiden Prabowo Subianto. Ia menilai para pejabat baru ini harus berhati-hati dalam berkomunikasi untuk menghindari kontroversi.
Tunjung menekankan pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi politik dan public speaking bagi para menteri baru.
Perombakan kabinet yang mengganti lima menteri ini, menurutnya, merupakan langkah strategis pemerintah untuk merespons ketidakpuasan publik, termasuk desakan dari gerakan "17+8" yang menuntut perbaikan kinerja dan transparansi.
Baca juga:
Dinilai Mengejutkan, IPR Sebut Reshuffle Kabinet Prabowo Fokus pada Ekonomi dan Politik Hukum
Lebih lanjut, Tunjung menyatakan bahwa menteri baru tidak hanya dituntut untuk menunjukkan kinerja yang optimal, tetapi juga harus segera mengambil langkah-langkah nyata yang berdampak langsung bagi masyarakat.
Ia menyarankan agar menteri baru memprioritaskan program-program quick wins dalam 100 hari pertama, terutama di bidang ekonomi dan ketenagakerjaan, guna menyelesaikan persoalan yang memicu kemarahan publik.
"Menteri baru harus segera menyelesaikan berbagai persoalan yang menjadi penyebab kemarahan publik," kata Tunjung.
Dalam ilmu pemerintahan, ada tiga alasan utama yang mendasari perombakan kabinet, yaitu terkait kinerja, politis, dan yuridis. Alasan kinerja muncul ketika performa menteri dinilai belum maksimal.
Alasan politis terkait dengan upaya meredam ketegangan atau kontroversi. Sementara alasan yuridis berkaitan dengan kasus hukum yang menjerat pejabat sebelumnya.
Baca juga:
Reshuffle Kabinet Dinilai Jadi Sinyal Pergantian 'Gerbong Jokowi' ke 'Wagon Gerindra'
Tunjung juga menyoroti bahwa salah satu pertimbangan dalam perombakan kabinet ini adalah gejolak demonstrasi yang terjadi pada akhir Agustus 2025 lalu.
"Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, sendiri menyatakan salah satu pertimbangan perombakan kabinet adalah gejolak demonstrasi akhir Agustus 2025 lalu," ujar Tunjung.
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Lepas Atlet Indonesia ke SEA Games 2025, Prabowo Janjikan Bonus Rp 1 Miliar untuk Peraih Emas
Momen Presiden Prabowo Subianto Tinjau Jembatan Pantai Dona Pasca Banjir Bandang di Aceh
Momen Presiden Prabowo Subianto Tiba di Bandara Raja Sisingamangaraja XII Tapanuli Utara
Prabowo Minta Percepatan Pembangunan Jembatan Penyeberangan untuk Pelajar di Daerah
Prabowo Subianto Yakin Ekonomi Indonesia Tetap Tenang dan Mampu Bertahan dari Gempuran Perang Dagang
Ketika Video Anak Sekolah Menyeberangi Sungai Bikin Presiden Prabowo Batalkan Janji Libur Akhir Pekan
Banjir & Longsor Hantam 3 Provinsi di Sumatra, Prabowo Didesak Tetapkan Status Bencana Nasional
Jubir Ungkap KPK Belum Terima Surat Keputusan Rehabilitasi Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi
Bandara di Morowali tak Diawasi Bea Cukai dan Imigrasi, Pengamat: Jangan Sampai Jadi Lokasi Transaksi Ilegal
Prabowo Beri Rehabilitasi ke Eks Dirut ASDP, DPR: Penegak Hukum tak Boleh Gegabah