Obituari Dwi Koendoro Empunya Panji Koming


Dwi Koen, kartunis besar dalam sejarah media massa di Indonesia. (Foto: merahputih.com)
PANJI Koming penasaran dengan gawai Pailul. Ia melihat rekannya sedang asyik memahat batu. "Sejarah Majapahit?" tanya Koming.
Pailul menggeleng. Ia menyebut gawaiannya justru untuk sejarah lima abad mendatang. "Tentang janji untuk tidak melupakannya," kata Pailul.
Panji Koming setia menyimak Pailul berproses di atas batu. Setelah rampung, Koming setengah kaget melihat tulisan di batu. "Selamat Jalan Pak Swan".
Komik Panji Koming tersebut, terbit Minggu (18/8) di Kompas, didedikasikan Dwi Koendoro Brototatmodjo untuk kepergian salah seorang tokoh perintis harian Kompas, Pollycarpus Swantoro.
Di komik tersebut Dwi begitu khas menampilkan sisi paling digemari P Swantoro, sejarah. Ia pun memberi pesan di dalam komiknya untuk tidak melupakan seseorang.

Hari ini, (22/8), sang penggubah Panji Koming, Dwi Koendoro Brototatmodjo, berpulang. Lelaki kelahiran Banjar, 13 Mei 1941 ini, dikenal luas sebagai sosok berdedikasi tinggi di dunia kartun.
Dwi mula-mula jatuh hati dengan kartun ketika di pasar malam menjumpai film-film kartun. Ia kemudian menggemari film kartun keluaran Walt Disney.
Dari penggemar kartun, Dwi lantas coba-coba membuat corat-coret di kertas. Di umur 14 tahun, ia memberanikan diri mengirim kartun garapannya ke sebuah media massa. Majalah Teratai mengamini dan menerbitkan kartunnya.
Makin tertarik di dunia seni rupa, Dwi memutuskan untuk bersekolah di Sekolah Seni Rupa Indonesia, Yogyakarta, setamat SMP di Surabaya. Ia pun lanjut berstudi di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta.
Selama menempuh studi di ASRI, Dwi pernah menjadi jurnalis harian Kedaulatan Rakyat. Keinginan besar menjadi kartunis membawanya hijrah ke Jakarta pada 1971. Ia lantas bekerja sebagai kartunis untuk Majalah Stop.

Dua tahun kemudian, Dwi pindah kerja di biro iklan Intervista sampai menduduki posisi art director. Ia mencoba tantangan baru bergabung dengan Gramedia, kemudian dipercaya menjadi Kepala Bagian Produksi Gramedia Film.
Di tengah pekerjaan itu, Dwi melahirkan Panji Koming pada 14 Oktober 1979. Kartun berlatar tempat di Majapahit itu menjadi sarana keluar dari sumpeknya kerja harian. Ia pun undur diri sebagai karyawan pada 1982 dan berinisiatif mendirikan PT Citra Audivistama, perusahaan di bidang film animasi, iklan, dan dokumentar.
Pengalaman dan kreatifitasnya berbuah penghargaan Piala Citra sebagai sutradara terbaik film dokumentar Sepercik Kenangan, Segelombang Teladan pada FFI 1981.
Panji Koming kemudian dilamar harian Kompas. Komik berisi karakter lugu Koming, Ni Woro Ciblon, Pailul, Ni Dyah Gembil, Mbah, dan Denmas Arya Kendor, terbit setiap minggu dengan tema-tema aktual. Komik Panji Koming begitu kentara berisi pesan kritis terhadap fenomena sosial namun dibawakan dengan kelakar.
Kini, sang dalang Panji Koming telah berpulang. Panji Koming tentu akan merindunya. Selamat jalan Dwi Koendoro. (ronggo)