Nuansa Jawa Klasik di Resepsi Pernikahan Ketua MK dan Adik Jokowi


Pernikahan adik Jokowi dan Ketua MK mengusung konsep Jawa Klasik. (Foto: dok.Polres Surakarta)
PERNIKAHAN Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof. DR. H. Anwar Usman, SH., MH., dengan adik kandung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Hj. Idayati, digelar Kamis (26/5). Prosesi itu kental dengan nuansa budaya Jawa.
Dalam pernikahan ini, Idayati dan keluarga sengaja mengangkat konsep pernikahan Jawa klasik. Untuk memunculkan nuansa tersebut, maka pakaian, aksesori dan dekorasi gedung pun dimaximalkan sesuai konsep.
Baca juga:

Dimulai dari dekorasi, Ranu Asmoro sang dekorator langganan keluarga presiden mengemukakan konsep pernikahan Jawa klasik ini sarat nilai budaya adiluhung, sebagai sebuah ibadah batin manusia.
Menurut Ranu, konsep Jawa klasik ini bisa mengharmonikan kekayaan budaya dari berbagai daerah menjadi satu kekayaan budaya nusantara yang penuh nilai filosofis.
Begitu pula dengan pakaian yang dipilih, tetap dengan konsep Jawa Klasik. Pakaian Jawa gaya Mangkunegaran berupa beskap warna hitam secara telangkup dipakai oleh seluruh keluarga dan panitia.
Idayati menggunakan kebaya berwarna Merah Marun, berbordir emas. Sedangkan, Anwar akan mengenakan Beskap terbuka dengan warna serupa.
Pasangan berbahagia ini mengenakan kain motif Sidomulyo, mengingat keduanya berstatus janda dan duda sebelum menikah. Menurut perancang busana Hanif Aisyah, setiap kain memiliki makna. Kain motif Sidomulyo memiliki bentuk geometris serupa bidak-bidak persegi. Masing-masing bidak dapat berisi motif kupu-kupu, garuda, atau pohon.
Baca juga:

Arti yang terkandung dalam batik Sidomulyo ini memang cukup dalam. Nama sidomulyo sendiri berarti menjadi mulia diambil dari kata 'sido' yang artinya menjadi dan 'mulyo' yang artinya mulia.
Maka, kain batik motif Sidomulyo ini memiliki makna agar orang yang mengenakannya bisa mendapatkan hidup bahagia, sejahtera dan berlimpah rezeki. Kemuliaan hidup yang terkandung dalam filosofi batik Sidomulyo itu hanya dapat dicapai apabila manusia mampu mengendalikan empat nafsu yang dimiliki manusia, yakni amarah, lawwamah, supiyah, dan mutmainah. Pandangan akan kemuliaan dan mengendalikan nafsu ini sesuai dengan ajaran Jawa untuk menentukan keberadaan dalam sistem ruang dan waktu kosmos membentuk kesatuan.
Pada acara resepsi, tuan rumah menyambut para tamu dengan konsep mengalir atau yang dalam bahasa Jawa disebut dengan banyu mili. Para tamu tidak berlama-lama dalam gedung tempat resepsi. Acara resepsi digelar sekitar 30 menit setelah akad nikah selesai. Para tamu yang berasal dari kalangan pejabat, politisi maupun kolega berdatangan di acara tersebut.
Para tamu rata-rata hanya berada di dalam gedung dalam waktu singkat. Mereka datang kemudian bersalaman dengan pengantin dan foto bersama. Setelah itu tamu segera meninggalkan gedung tersebut. (DGS)
Baca juga: