MUA Ungkap Lika Liku Merias Pengantin Hajatan Semasa Pandemi


Tampil dengan APD gown lengkap dengan masker, face shield dan sarung tanggan (FOTO: Dok Pribadi)
BACA JUGA:
"Ketika gelombang COVID-19 cukup tinggi dan aturan PPKM cukup ketat, satu klien bisa reschedule dua tiga kali. Kami kewalahan. Apalagi kalau ada klien mau reschedule di tanggal sama. Susah banget," tuturnya.
Perubahan lain terjadi di masa pandemi, berkurangnya daya beli masyarakat termasuk beli jasa. Bukan hanya menurun dari segi jumlah klien tetapi juga menurun dari segi harga. "Klien selektif mengeluarkan uang. Terus vendor berlomba-lomba menawarkan promo. Efeknya, harga jadi turun banget dari standard pasar," ucapnya.

Mega juga menilai saat ini banyak klien menginginkan pernikahan intimate. "Kalau dulu orang-orang hajatannya big wedding sekarang lebih intimate. Untuk keluarga inti aja".
Perubahan lain juga muncul dalam bentuk pemasaran. Sebagai vendor wedding, ia cukup rutin mengikuti pameran wedding. Namun, pandemi mengubah segalanya. Mega semula hendak menggelar pameran di bulan Juli 2020 harus ditunda hingga waktu tidak ditentukan. "Pameran bulan Juli jadi di postpone sedangkan duit kita sudah masuk dan enggak bisa diapa-apain," jelasnya.
BACA JUGA:
Terlepas dari perubahan cukup membuatnya pusing. Ada sejumlah perubahan dirasanya cukup positif. Klien, menurutnya, lebih seksama dalam membaca terms and condition dibuat pihak vendor. "Biasanya baca untuk formalitas aja. Beberapa malah enggak baca sama sekali. Tetapi sekarang mereka benar-benar baca poin satu persatu," terangnya.
Sebagai orang bekerja dengan kontak fisik cukup intens dan lama, Mega dan timnya tentu cukup berisiko. Ia pun tidak main-main dalam menerapkan protokol kesehatan, bahkan bisa dibilang dua kali lipat lebih ketat dibandingkan masyarakat pada umumnya. "Waktu kontak kami dengan klien cukup panjang bisa dua hingga tiga jam," tuturnya sehingga ia bersama timnya pakai masker N95 dan sarung tangan untuk meminimalisasi risiko.
"Kalau ruangan ramai, kami pakai APD lengkap. Face shield, gloves, APD gown," jelasnya. Meskipun sudah melakukan proteksi seketat mungkin, cara lain juga digunakannya untuk memproteksi keluarganya di rumah. Setiap kali selesai menangani klien, ia akan isolasi mandiri di ruangan dan lantai terpisah dari anggota keluarga lainnya.

Lalu bagaimana bentuk proteksi untuk klien? Dari sebelum pandemi, ia selalu memastikan peralatan make-up akan dipakai dalam keadaan steril. Bedak setelah dipakai disemprot alkohol, kuas dicuci dengan sabun lalu disterilkan di mesin UV. Khusus bagian mata dan bibir, ia memilih sponge disposable (sekali pakai). "Untuk eyeliner, mascara, kami pindah dulu ke palette supaya enggak double dip," urainya.
Kini dengan mulai melandainya angka COVID-19, industri wedding mulai kembali menggeliat. Ekonomi mulai membaik, penyelenggaraan wedding mulai pulih. Longgarnya peraturan membuat pameran wedding sudah diperbolehkan.
Di satu sisi, hal tersebut tentu membuatnya lega. Jumlah klien minta reschedule sudah menurun, roda perekonomian mulai bergerak lancar, seiring pula mulai banyak klien datang. Kendati demikian, tetap ada hal jadi fokus Mega sebagai MUA.

"Concern lainnya bagaimana kita bisa menjaga eksistensi. Dampak pandemi untuk industri ini cukup besar. Banyak banget vendor buat promo gila-gilaan di masa pandemi ini. Jadi kami pikir bagaimana bisa sustain dengan kondisi market seperti ini," jelasnya.
Selain itu, ia merasa tetap harus punya rencana candangan mengingat pandemi belum berakhir. Ia cemas apakah ada gelombang lain, ataukah ada virus varian baru. "Ditambah ada lagi hepatitis akut. Apakah benar hanya menyerang anak-anak di bawah 16 tahun atau gimana? Walau sudah mulai pulih masih tetap dalam kondisi waspada," tuturnya.
Upaya bisa dilakukannya kini dengan memproteksi diri."Kita lihat situasi. Kalau ada gelombang lain COVID-19 kami sarankan klien untuk tes. Kami pun tes secara rutin. PCR sebulan sekali antigen seminggu sekali. Sebelum menangani klien, kami mengurangi kontak termasuk mengurangi aktivitas luar ruangan".

Kini penyelenggaran pernikahan sudah beroleh lampu hijau. Apalagi kini sudah memasuki bulan Syawal atau biasa dianggap Warga +62 sebagai bulan baik untuk melangsungkan pernikahan. Mega pun membocorka peak season untuk hajatan.
"Untuk peak season bulan September, Oktober, November dan Desember itu musim orang nikah. Entah mengapa mulai Januari menurun, Februari juga masih rendah, Maret ada beberapa, April kurang banget karena beberapa percaya bulan empat itu kurang baik. Mei mulai ada karena dekat-dekat lebaran, mulai merayap naik itu bulan Agustus," terangnya. (Avia)
Bagikan
Berita Terkait
Maudy Ayunda Satukan Kecantikan dan Dessert Manis dalam 'Cinnamon Toast'

Tips Make Up Saat Wajah Berjerawat Ala Vinna Gracia

Rose All Day Mudahkan Pelanggan Lewat Konsep Gerai 'Easy & On-The-Go'
Earth Tone Diprediksi Jadi Tren Warna Makeup untuk Lebaran 2024

Menguji Produk Makeup Berbanderol Murah Meriah, Apakah Masih Punya Kualitas?

Wardah dan Garuda Indonesia Rilis Makeup, Terinspirasi dari Langit

Cara Menggunakan 'Primer Makeup' Seperti Seorang Profesional

Cara Mengaplikasikan Makeup Berdasarkan Bentuk Wajah

Ini Makeup 'Hack' yang Perlu Kamu Tahu

Tips Basic Flawless Make Up Look Menyedot Perhatian Pengunjung Beautitastic
