Misteri Kematian Kapten Tack
Lukisan tragedi terbunuhnya Kapten Tack. (tropenmuseum)
PARA petinggi VOC di Batavia geram. Catatan keluhan terhadap keraton Kartasura menumpuk. Dua hal paling sering dikeluhkan, polah seorang pemberontak asal Bali bernama Utung Surapati dan timbunan hutang Kartasura.
Mereka pun mengutus Kapten Francois Tack untuk mengurai dua masalah tersebut. Terkait hutang, karena jumlahnya amat besar, sang kapten mendapat mandat untuk mengorting sebanyak 16% agar pihak keraton mampu melunasi.
Demi memuluskan rencana, Kapten Tack mengajak seorang syahbandar paling ulung dalam perundingan, bernama Jeremias van Vliet. Rombongan utusan VOC kemudian bertolak Batavia pada 1685.
Di perjalanan, rombongan mengenang kembali sang target sosok pemberontak nan pernah berada di pihaknya saat pertempuran di Banten dan Priangan, Untung Surapati.
Surapati, seturut MC Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200—2008, kemudian balik memusuhi dan menyerang sepasukan VOC pada januari 1684, membunuh 20 dari 39 serdadu berkebangsaan Eropa, kemudian lari ke arah timur. Peristiwa tersebut membuat VOC berang dan menargetkan Surapati sebagai musuh utama.
Di dalam keraton, perjuangan Surapati mendapat dukungan. Kelompok anti-VOC semakin menguat. Patih Anrangkusuma bahkan membujuk Raja Kartasura Amangkurat II untuk melindungan Untung Surapati beserta gerombolannya.
Amangkurat II limbung. Dia sangat berhati-hati agar keretakan di dalam keraton tidak terjadi. Menjelang kedatangaan sang utusan VOC, Amangkurat II semakin berkabut rasa bimbang. Di satu sisi, raja tidak bersedia menyerahkan Untung Surapati, sementara VOC pun tak ingin dihadapinya secara langsung. Dia pun bersiasat.
Kapten Tack, seturut M.C. Riklefs pada War, Culture, and Economy in Java, 1677—1726: Asian and European Imperialism in the Early Kartasura Period, tiba di Kartasura pada 6 Februari 1686 bersamaan dengan sebuah acara besar tahunan dalam kalender Jawa, perayaan peringatan hari lahir Nabi Muhammad pada 12 Rabiulawal di Jawa, dikenal dengan Garebeg Mulud.
Bagi Tack rangkaian Garebeg Mulud mempermudahnya berkomunikasi dengan seluruh pihak terkemuka di Jawa, karena Kartasura berminggu-minggu dipenuhi para buparti dan bangsawan. “Ini adalah saatnya untuk mengumpulkan pajak dan pertemuan politik tingkat tinggi”, tulis Ricklefs.
Di luar dugaan, Kapten Tack justru terjerat siasat Amangkurat II. Sebuah serangan tipuan dilancarkan di luar keraton. Sang kapten termakan jebakan mengira Untung Surapati sedang beraksi. Dia memerintahkan pasukannya menggempur.
Saat hanya tersisa Kapten Tack dan segelintir pasukannya, tiba-tiba Untung Surapati sepasukan muncul di dalam areal keraton. “Di depan istana, dia diserang oleh Surapati dan prajurit-prajurit Amangkurat II yang menyamar sebagai orang Bali.” Tulis Ricklefs.
Tack menemui ajal pada 8 Februari 1686. Terdapat 20 luka pada tubuhnya. 74 serdadunya pun tewas. Sisanya bergerak mundur ke garnisum VOC. Di sana mereka singgah hingga tanggal 20 Maret, kemudian bergerak ke Jepara.
Segera setelah kematian Tack, Surapati pergi ke Pasuruan, Jawa Timur. Patih Anrangkusuma lantas menggabungkan diri. Di sana, Surapati membentuk suatu daerah kekuasaan baru nan kian lama kian besar pengaruhnya di ujung timur.
Sementara itu, Amangkurat II berusaha mencuci tangan atas kematian Tack dengan mengirim surat kepada petinggi VOC di Batavia menyatakan dirinya tak terlibat. (*)
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
Kuliner Wajib Cicip saat di Kartasura