Orang-orang di Balik Nama Besar Benyamin S


Benyamin S ditemani Bing Slamet saat menghadap Presiden Soeharto. (Istimewa)
KESUKSESAN Benyamin S dalam dunia hiburan tak serta merta besar begitu saja. Di balik keberhasilan lelaki yang telah menghasilkan 75 album musik dan 53 film itu, ternyata dibayangi beberapa sosok seniman kenamaan Indonesia lainnya.
Ketika masih menjadi pelajar SMA di Perguruan Taman Siswa Kemayoran, pada tahun 1955, Ben membentuk grup lawak bersama Kho Tjeng Lie atau yang lebih dikenal dengan nama Ateng Soeripto dan Baharudin (Diding).
Wahyuni dalam buku Kompor Mleduk; Benyamin S menyebutkan, ketika SMA, kenakalan Ben membuat dirinya ditegur langsung oleh sesepuh atau kepala sekolah Taman Siswa waktu itu, Pak Said.
Lantas, untuk mengambil hati Pak Said yang dihormatinya itu, Ben memutuskan untuk menunjukkan kebolehannya melawak dalam acara ulang tahun Perguruan Taman Siswa yang diadakan di Gedung Kesenian Jakarta, Minggu, 13 Juli 1958.
"Dia ikut mengisi acara bersama Ateng dan Baharudin (Diding)," tulis Wahyuni dalam buku tersebut.
Setelah lulus SMA, di tahun-tahun akhir dekade lima puluhan, pergaulan dan persamaan minat terhadap dunia musik membuat Ben bertemu dengan beberapa anak-anak Kemayoran seperti Rachmat Kartolo, A Rachman, dan Yahya.
"Ketiga orang itu adalah anak-anak musisi, dan kebetulan di rumah Rachman terdapat alat-alat musik yang cukup lengkap," ungkap Wahyuni.
Tahun 1957, Ben bergabung ke dalam kelompok musik yang bernama Melody Boys yang terdiri dari A Rachman (pimpinan dan gitar melodi), Timbul Heri Sukarjo (bass), Achmad (klarinet), Iman Kartolo (piano dan saxophone), Pepen Effendi (vokal), Suparlan (gitar rythm), Eli Srikudus (vokal), Rachmat Kartolo (vokal), Benyamin S (penyanyi latar dan bongo), Saidi (bongo besar), Yoyok Jauhari (vokal), Zainin (perkusi dan penyanyi latar).
Setelah sukses bersama Melody Boys, pada 1970 melalui Ateng, Ben berkenalan dengan Bing Slamet di Studio Dimita. Pada saat itu, kata Wahyuni, Bing adalah penyanyi dan pelawak yang menjadi idolanya. "Setelah kenal, Ben memberanikan diri untuk memberikan lagu ciptaannya yang berjudul Malam Minggu kepada Bing," kata Wahyuni.
Setelah syair dan nada sedikit diubah, Bing Slamet kemudian menyanyikan serta merekam lagu yang diberi Ben dengan judul Nonton Bioskop. Lagu yang dirilis dengan format piringan itu meledak di pasaran.
Saking suksesnya, lagu tersebut kemudian direkam ulang ke dalam format pita kaset. Kesuksesan Bing menyanyikan lagu itu juga mulai mendongkrak nama Ben. "Ini lagu milik adik saya, Benyamin," kata Bing Slamet seperti yang dikutip dari buku Kompor Mleduk.
Dalam hal bermusik, pengaruh Bing sangat kuat terhadap Ben. Tokoh Betawi itu selalu mengakui bahwa Bing Slamet adalah salah satu sahabat sekaligus gurunya. Bing memang sangat berperan dalam karier Ben.
Selain Bing Slamet, ternyata ada sosok lain yang memberikan pengaruh cukup besar dalam penciptaan lagu-lagu Benyamin. Dia adalah Djoko Subagyo. Djoko yang asli Solo bukan hanya menulis lagu untuk Ben, tetapi juga turut berperan dalam mematangkan konsep musik gambang kromong kombinasi.
Pada saat itu, Djoko merasa budaya Betawi beserta hiruk-pikuk Jakarta yang menaunginya sudah sangat mendarah daging dalam dirinya. Sehingga dia berpikir corak kehidupan Betawi dari hari ke hari mendekati kepunahan dan kesenian aslinya semakin terdesak ke pinggir kota.
Keadaan tersebut mendorong Djoko menciptakan lagu Betawi seperti Ondel-Ondel dan Tukang Kridit yang merekam kehidupan Betawi, yang perlahan mulai menghilang. Djoko sangat memercayai Ben untuk menyanyikan lagu-lagu ciptaannya.
Menurut Djoko, sosok Ben dinilai mampu menghidupkan kembali lagu-lagu tersebut. Di masa itu, Ben juga pernah bernyanyi bersama A Riyanto dan kelompok band Empat Nada.
Kemudian, sosok yang tak kalah penting adalah Eddy Sud. Pria yang sudah dikenal Ben sejak lama itu, pada awal tahun 1980, mendatangi Ben dan memberikan bantuan untuk mendongkrak kembali karier Ben yang sempat kacau. Eddy Sud selalu berusaha mengajak Ben dalam setiap acara resepsi resmi, festival, atau pertunjukan. (*)