Menjadi Karyawan Teladan Tidak Harus Capek Menuruti Atasan


Ilustrasi karyawan
ANDA ingin menjadi karyawan teladan tapi merasa capek karena harus menuruti semua kemauan atasan? Sebenarnya, tidak perlu menuruti semua yang diinginkan oleh atasan jika mau menjadi karyawan terbaik. Apalagi harus senggol kanan senggol kiri. Artinya, Anda harus bentrok dengan karyawan lain. Tidak perlulah melakukan hal tersebut.

Terlepas dari hal tersebut, menjadi karyawan teladan berarti menunjukkan kapabalitasnya di tempat kerja. Ini bukan hanya menjadi ajang show off atau pamer kepada orang lain. Seharusnya, ini diniati sebagai cara untuk terus mengembangkan diri dalam pekerjaan.
Jadi, apakah Anda ingin menjadi karyawan terbaik di perusahaan untuk pamer atau agar terus termotivasi untuk terus mengembangkan diri?
3 Kunci Jika Ingin Jadi Karyawan Teladan

Menuruti semua kata atasan bukanlah cara yang tepat untuk menjadi seorang karyawan yang terbaik. Apalagi jika ternyata atasan memiliki pendapat atau kebijakan yang salah. Tentu tidak seharusnya Anda mengikuti, kan? Sebaliknya, Anda harus mengingatkan.
Jadi, lupakan dulu menuruti semua apa kata atasan. Untuk menjadi karyawan teladan, ada 3 hal penting yang harus Anda lakukan.
1. Inisiatif
Karyawan yang baik selalu memiliki inisiatif dari setiap pekerjaan yang mereka lakukan. Karyawan tidak lagi seperti robot yang diperintah dan harus menuruti instruksi dari atasan. Memang ada guideline dari setiap pekerjaan yang harus karyawan kerjakan. Namun, jika Anda harus punya inisiatif sendiri agar pekerjaan yang Anda emban bisa diselesaikan dengan lebih cepat.
Inisiatif ini pula yang membedakan antara karyawan biasa dan karyawan teladan. Karyawan yang biasanya hanya menerima perintah. Dan ketika ada masalah, mereka menunggu solusi dari atasan. Berbeda dengan karyawan yang teladan. Mereka cenderung vocal dan berani mengajukan solusi di setiap masalah yang ada.
Selain itu, ciri lain dari karyawan yang penuh dengan inisiatif tidak sering complaining. Selalu ada hambatan dari setiap pekerjaan. Namun, karyawan yang terbaik bakal mencari jalan bagaimana agar hambatan bisa diatasi dan pekerjaan bisa diselesaikan dengan baik. Bukan justru mengadu pada atasan karena pekerjaan yang diberikan sulit untuk dilaksanakan.
2. Professional
Ini juga yang tak kalah penting untuk Anda lakukan jika ingin menjadi karyawan teladan. Menjadi karyawan harus professional. Artinya, Anda harus bisa bedakan mana pekerjaan dan mana urusan pribadi.
Faktanya, banyak karyawan yang sulit membedakan antara kedua hal tersebut. Contohnya saja memilih rekanan kerja yang ternyata ada hubungan keluarga. Ini terdengar sepele. Akan tetapi, ini bisa menjadi terbukanya pintu masalah yang lain seperti kolusi dan koruspi. Akibatnya, ketidakprofesionalan ini menyebabkan perusahaan bisa hancur.
3. Jujur
Sebenarnya, ini yang paling penting. Karyawan teladan bukan karyawan yang cerdas. Memang kecerdasan itu penting. Akan tetapi, jauh lebih penting jika karyawan itu jujur.
Jika karyawan jujur, tidak ada niat untuk melakukan pengkhiatanan terhadap kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan. Pengkhianatan tersebut bisa berupa perilaku koruptif seperti tidak masuk tepat waktu, mengambil yang bukan haknya, dan lain sebagainya.
Jadi, bisa dikatakan kejujuran itu menjadi pondasi utama ketika Anda ingin menjadi karyawan teladan.
Karyawan Teladan Bukan Karyawan Penurut

Persepsi mengenai karyawan yang teladan itu karyawan yang selalu menuruti apa kata atasan seharusnya dibuang-buang jauh. Apalagi jika Anda bekerja di sebuah industri kreatif. Bukan penurut yang dibutuhkan melainkan seberapa kreatif Anda. Itu yang ditanyakan.
Kenapa kok harus menjadi karyawan teladan? Karena ini akan mempengaruhi banyak hal, seperti gaji, kapabilitas diri, serta penilaian. Jika Anda butuh surat keterangan kerja suatu saat nanti untuk hal-hal penting, maka Anda harus menunjukkan diri sebagai karyawan yang teladan, yaitu karyawan yang jujur, professional, serta insiatif.
Agar bisa menjadi karyawan seperti itu, harus ada komitmen. Setiap karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi atas pekerjaan yang mereka harus kerjakan, maka predikat menjadi karyawan teladan sangat mudah untuk didapatkan. Pasalnya, komitmen inilah yang membuat seorang karyawan akan selalu melakukan yang terbaik.
Karyawan Teladan di Era Industri 4.0

Perubahan terjadi di dunia kerja. Jika dulu karyawan yang baik itu adalah karyawan yang harus datang tepat waktu dan pulang larut malam karena harus menyelesaikan pekerjaan lebih dahulu, sekarang tidak. Di era digital atau yang juga disebut dengan era industri 4.0, pekerjaan harus dikerjakan dengan kreativitas. Pekerjaan lebih mengandalkan otak, bukan hanya otot.
Itulah mengapa banyak jenis pekerjaan yang tidak menuntut karyawan untuk datang pagi. Bahkan, mereka bisa bekerja dari mana saja asalkan pekerjaan selesai. Untuk itu, menjadi karyawan teladan di era digital berbeda dengan di era dulu. Patokannya jelas. Karyawan harus mengerjakan sebuah pekerjaan dengan hasil terbaik dan tercepat. Semakin baik hasilnya, maka semakin bagus predikat yang akan ia dapatkan.
Oleh sebab itu, soft skill yang harus dimiliki oleh seorang karyawan tidak hanya berupa kemampuan inisiatif, professional, serta kejujuran, tapi diperlukan juga kreativitas. Karena poin yang terakhir ini yang bakal membuat Anda lebih menonjol dibandingkan dengan karyawan lainnya. Dengan demikian, atasan akan dengan sangat mudah memberikan predikat karyawan teladan kepada Anda.
Semua itu butuh proses. Tidak semerta-merta Anda langsung mendapatkan predikat tersebut. Yang menjadi ujian terberat adalah konsistensi. Yang pasti, dengan menjadi karyawan terbaik, Anda sebenarnya sudah membuktikan sendiri bahwa Anda terus berkembang, bukan hanya sekedar pemer atau untuk mendapatkan kenaikan gaji. (Futuready)
Bagikan
Andika Pratama
Berita Terkait
4 Pekerja Proyek Tower BTS Telkomsel yang Disandera KKB Berhasil Dievakuasi
