Mengulik Makna Album ‘Prof Jo’: Transformasi Jo Soegono dari Eksperimen hingga Kedewasaan Musik
Jo Soegono baru saja melepas album perdana. (Foto: merahputih.com/febrian adi)
MerahPutih.com - Album Prof Jo dari Jo Soegono memuat sembilan trek yang menggambarkan eksplorasi rasa, warna, dan identitas yang semakin matang dari seorang musisi yang terus mengasah diri.
Dirilis dua tahun setelah versi EP dengan judul yang sama, Prof Jo hadir sebagai pengembangan yang jauh lebih utuh—sebuah suguhan musikal yang tak hanya kaya suasana, tetapi juga menegaskan karakter Jo yang kian tegas dan mudah dikenali.
Enam hari setelah album tersebut mengudara di berbagai platform digital, Jo melepas euforia dan syukurnya dalam sebuah pesta perilisan yang digelar pada 27 November 2025.
Bertempat di Little League, Jakarta, momen tersebut berlangsung sederhana namun penuh kehangatan. Tanpa panggung besar maupun dekorasi mencolok, suasana intim justru menjadi cerminan bagaimana Jo ingin dekat dengan para pendengarnya.
“Nggak perlu megah, yang penting hangat,” ujar salah satu tamu, merangkum atmosfer malam itu.
Dalam balutan kemeja dan celana putih, Jo tampil santai namun percaya diri. Pakaian tersebut seakan menegaskan sisi bersih dan jujur dari musiknya.
Puluhan orang hadir—mulai dari teman dekat, kolega musisi, hingga para pendengar setia. Beberapa bahkan ikut bernyanyi ketika Jo membawakan lagu-lagu dari album barunya, menciptakan suasana akrab dan penuh cinta terhadap musik.
Jo beberapa kali menyapa penonton, melontarkan candaan ringan, dan membagikan senyum ramah yang menjadi ciri khasnya. Interaksi hangat itu membuat pesta rilis semakin hidup, memperlihatkan bahwa Jo tidak hanya merayakan karya, tetapi juga merayakan kedekatan dengan orang-orang yang mendukungnya.
Baca juga:
Jo Soegono Rilis Album Debut 'Prof Jo', Suguhkan Kisah Hangat dan Jujur dalam 9 Lagu
Album yang Kaya Warna dan Cerita
Prof Jo bukan sekadar album baru; ia adalah lanjutan perjalanan panjang yang dimulai melalui EP pertamanya pada 2023. Kini, versi album penuh menghadirkan visi yang lebih matang. Setiap trek merangkum cerita berbeda, menghasilkan warna musik yang kaya—dari samba rock, latin jazz, hingga bossa nova—semuanya berpadu dengan karakter lembut dan hangat khas Jo.
Kesan sinematik begitu terasa, terlebih karena inspirasi penulisan yang dipengaruhi film-film romansa dan musik cinta ala latin.
“Album ini memang gue bikin supaya bisa jadi soundtrack harian orang,” ujar Jo. Dan tampaknya, ambisi itu tercapai: setiap lagu mengalir halus, membalut emosi lembut yang nyaman di telinga.
Sebelum tampil malam itu, Jo berbincang dengan merahputih dan mengungkap sedikit makna di balik Prof Jo.
“Gue pernah tergabung dalam choir salah satu gereja di Jakarta, banyak orang Timur dan Flores di situ. Dari sanalah gue dapat referensi musik,” kenangnya. Proses musikalnya berawal dari piano, sebelum ia akhirnya berpindah ke gitar—alat yang kini menjadi ekspresi utamanya.
Baca juga:
David Bayu Lepas Album Kedua 'Segalanya Itu Kamu', Kisah Personal dalam Balutan Musik Hangat
Mengenai preferensi musik, Jo bercerita, “Awalnya gue suka Soul. Dari situ mulai masuk ke reggae, latin, blues, sampai dub.” Ia tumbuh dalam keluarga yang dekat dengan musik.
“Bokap suka dengerin musik latin kayak Sergio Mendes dan Carlos Santana. Nyokap musisi band city pop namanya Frontline,” tuturnya sambil tersenyum.
Lingkungan musikal itu pula yang membentuk fondasi album Prof Jo.
“Ini datang secara natural. Dari lingkungan gue sampai akhirnya jadi album ini. Gue lebih mematok perasaan, gue tuh ngulik banget orangnya,” lanjutnya. Ketertarikannya pada budaya Timur juga mewarnai karya tersebut. “Gue pakai bahasa Maluku di beberapa lirik, walaupun cuma tahu satu dua kata. Kenal dari keluarga bokap.”
Menariknya, hampir seluruh instrumen dalam album ini ia mainkan sendiri.
“Untuk semua instrumen itu gue sendiri yang ngisi. Gue juga banyak ngulik sampel pas era COVID, lagi sering dengerin hip hop terutama J Dilla,” katanya. Hal itu membuat “Prof Jo” terasa sangat personal.
“Ini album paling jujur dan santai dalam pengerjaannya. Biasanya gue kalau bikin lagu buru-buru,” ujarnya sambil tertawa. Soal pemilihan judul, ia menjelaskan, “Gue belajar musik-musik latin kayak bossa nova atau samba yang menurut gue susah banget. Setelah tekun dan merasa bisa sampai titik ini, gue pikir yaudah, tulis ‘Prof’ aja.”
Baca juga:
Shakira Jasmine Rilis Album 'kira', Kisah Tentang Luka dan Upaya Pulih
Prof Jo: Babak Baru yang Membumi dan Bernyawa
Dengan sembilan trek yang sarat pengaruh budaya, emosi personal, dan eksplorasi bunyi, “Prof Jo” menjadi penanda perkembangan signifikan bagi Jo Soegono. Album ini bukan hanya menampilkan kematangan bermusik, tetapi juga keberanian menghadirkan dirinya yang paling jujur.
Dari pesta rilis yang hangat hingga cerita proses kreatifnya, satu hal menjadi jelas: Jo Soegono adalah musisi yang terus tumbuh, melangkah, dan merayakan perjalanannya—dengan musik sebagai bahasa yang paling tulus. (Far)
Bagikan
Berita Terkait
Mengulik Makna Album ‘Prof Jo’: Transformasi Jo Soegono dari Eksperimen hingga Kedewasaan Musik
Anne-Marie Hadirkan Versi Baru Lagu 'Merry Xmas Everybody' yang Penuh Nostalgia dan Kehangatan
Sentuhan Elegan Laufey Menghidupkan Kembali Lagu Natal Klasik 'Santa Claus Is Comin’ to Town'
ENHYPEN Dipastikan Comeback pada Januari, Janjikan Album Keren
Lutfhi Aulia Hadirkan Single Menyentuh 'Apa Kabar Kalian?', Simak Lirik Lagunya
Nabila Sabhi Rilis Single 'Cuma Kamu' dengan Nuansa Ceria dan Romantis, Simak Lirik Lagunya
Anggis Devaki Rilis 'Menua Bersama', Kisah Cinta Hangat tentang Komitmen Seumur Hidup
Rayremar Kembali dengan Single 'Rasamala', Lagu Personal Tentang Kehilangan
Coldiac Hadirkan Kembali Lagu Klasik Oddie Agam 'Arti Kehidupan', Simak Lirik Lengkapnya